TADJUK RENTJANA : COMMANDER’S CALL

TADJUK RENTJANA : COMMANDER’S CALL [1]

 

Djakarta, Kompas

Commander’s Call untuk th 1970 berlangsung di Djakarta dari Senin 23 Februari sampai Rabu 25 Februari. Untuk keperluan itu, segenap pimpinan ABRI dari semua angkatan dan semua daerah berkumpul di Djakarta.

Menurut tadjuk harian angkatan bersendjata kemarin Commander’s Call akan membitjarakan berbagai masalah. Jadi itu integrasi dan konsolidasi ABRI baik sebagai kekuatan pertahanan-keamanan maupun kekuatan sosial-politik, soal prosesnja pembangungan lima tahun dan pemilihan umum.

Commander’s Call itu adalah jang pertama setelah reorganisasi struktur ABRI dan pemindahan (tour of duty) personalia pimpinan ABRi selesai.

Karena ABRI djuga kekuatan sosial-politik, maka bisa dikatakan bahwa dalam reorganisasi dirinja golongan2 sosial-politik lainnja ketinggalan lagi.

Tinggallah ABRI memperkeras lagi disiplin dan hirarkinja sampai kebawah. Djuga diharapkan integrasi dan konsolidasi itu dijadikan pangkal untuk mampu membersihkan diri bukan sadja dari inflitran2 idiologi-politik tapi djuga dari penjelewengan2.

Kita sudah mengira selesai reorganisasi ABRI, Presiden Soeharto akan berpaling kepada golongan2 politik lainnja. Saran sudah ia keluarkan agar golongan2 politiknya mengelompokkan dirinya menjadi 3.

Saran Presiden itu termasuk kewadjibannja sebagai mandataris MPRS tentulah ia berkewadjiban mengingatkan golongan politik bahwa ketetapan MPRS no 22 th 1966 mengamanatkan penjederhanaan partai.

Sekalipun sama2 kekuatan sosial-politik, pengelompokkan partai2 tidak akan berdjalan setjepat reorganisasi ABRI, sebab struktur dan hirarkinja memang berlainan.

Tetapi kalau partnernja sudah direorganisir sedangkan partai2 belum, djanganlah hanja bersungut2 sadja kalau mereka merasa ketinggalan atau lebih rendah dalam partnership itu.

Ketjuali tertib permainan dalam setiap partnership berlaku djuga kadar kemampuan dan kewibawaan. Makin mampu dan berwibawa, akan makin besar peranan partai2 dalam partnership.

Untuk peranan partai2 sendiri, maka saran pengelompokkan itu ada urgensinja. Setelah reorganisasi ABRI jang akan disusul dengan pengerasan kembali disiplin dan pembersihan dari oknum dan unsur jang menyeleweng, Presiden Soeharto maupun ABRl akan lebih leluasa dalam mendjalankan tugasnja.

Ini memang diperlukan dan kita harapkan. Dalam keleluasaan, Kepala Negara sebagai Pemimpin Nasional akan lebih mampu menghadapi tugas pembinaan Negara.

Bukan sekedar “to govern” tetapi “to reign”. To govern kita artikan memerintah sehari2 setjara rutin dan sektoral. To reign adalah memerintah setjara keseluruhan dengan perspektif masa depan jang pandjang.

Kita harapkan djuga Presiden Soeharto dan ABRl akan lebih leluasa dan pertjaja menganggapi soal2 kemasjarakatan.

Kita hanja ingin melihat adanja kepastian arah jang menunjang terlaksananja pembangunan dan proses demokrasi. (DTS)

Sumber: KOMPAS (21/02/1970)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 549-550.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.