MENARIK PERHATIAN KARENA MEREKA TOKOH2 PENTING

Majdjen Tjokropranolo Tentang Pemensiunan Djenderal2

MENARIK PERHATIAN KARENA MEREKA TOKOH2 PENTING [1]

 

Djakarta, Kompas

“Mengapa pemensiunan Djenderal2 Angkatan Bersendjata tahun ini nampak mendapat perhatian istimewa dari masjarakat?”, tanja wartawan “Kompas” kepada Major Djenderal Tjokropranolo, Sekretartis Militer Presiden RI dalam suatu pertjakapan hari Selasa.

Tjokropranolo mendjawab: “Saja kira, karena mereka itu adalah ‘prominente figuren’. Djendral2 jang baru2 ini dipensiunkan, menurut saja, adalah orang2 jang mempunjai kemampuan dan ‘brain’ jang tjukup. Mereka adalah ‘goedekrachten’ (tenaga2 jang baik) dan idealist. Dan saja merasa gembira, bahwa pers memberikan tanggapan jang baik atas pensiunan Djenderal2″.

Menanggapi pertanjaan, Tjokropranolo menjatakan, bahwa ia tidak melihat adanja gedjala2 di masjarakat jang mempolitisir pemensiunan terhadap beberapa Djendral.

Djenderal berbintang dua itu mendjelaskan pula, bahwa sesudah tahun 1965, baru sekarang inilah diadakan pemensiunan, karena sebelumnja tidak dimungkinkan oleh keadaan.

Bahkan, kata Tjokropranolo, seorang achli ekonomi, jakni Prof. Dr. Sadli berpendapat bahwa sekarang ini saatnja jg paling tepat untuk pensiun. Karena pada saat pembangunan ini para pensiunan itu mendapat kesempatan untuk membuktikan kemampuannja sebagai pedjuang dalam melaksanakan pembangunan.

Sampai2 Prof. Sadli menjarankan pada iparnja jg djuga mendjadi seorang anggota ABRI untuk meminta pensiun sadja.

Menurut Majdjen Tjokropranolo, masa pensiun minimal adalah 48 tahun dan Maksimal 52 tahun.

“Tentu ada pengetjualian2. Tapi pengetjualian2 ini djanganlah sampai digeneralisir”, katanja.

Dua tahun sebelum pensiun para anggota ABRI dibebastugaskan. Masa ini disebut Masa Persiapan Pensiun (MPP). Dan MPP diberikan atas permintaan sendiri. Kalau mereka tidak mengadjukan permohonan, mereka akan dipensiun dengan sendirinja, bila batas maksimal 52 tahun, tertjapai. MPP merupakan masa untuk menjesuaikan diri dan untuk mengadakan persiapan2 terdjun dalam masjarakat. Tapi saja kira, kata Tjokropranolo, memang lebih baik kalau pensiun diambil waktu masih 48 thn Karena pada usia itu, setjara fisik tentu kita masih lebih kuat, sehingga mudah untuk mendapatkan pekerdjaan dim masjarakat. Kalau sudah berumur 52 tahun, kondisi fisik kita sudah lebih menurun. Sehingga kalau kita, misalnja masih bekerdja di perusahaan atau pabrik sudah akan sulit diterima. Karena kondisi fisik tidak memungkinkan lagi.

Harus diingat, tidak semua djendral2 jang pensiun itu, sudah baik kehidupan ekonominja. Ada djuga jang sulit.

Tanja: “Siapa Dewan jang menentukan bahwa si A harus dipensiunkan, dan B tidak?

” Djawab: “Ada Dewan jang bertugas untuk itu. Dewan Djabatan dan Kepangkatan ini ada di Angkatan dan ditingkat Departemen Pertahanan & Keamanan. Dewan jang ada ditiap Angkatan Perang dan Kepolisian, mengusulkan kepada dewan jang sama ditingkat Departemen Hankam. Setelah dibahas, hasilnja dikembalikan kepada Dewan jang ada di Angkatan. Kemudian dikembalikan lagi ke Hankam, jang seterusnja menjarnpaikan kepada Presiden. Presidenlah jang memberikan keputusan terachir.

Tanja: “Apakah pensiun jang diberikan kepada Djendral2 baru2 ini adalah atas permintaan mereka sendiri ?”

Djawab: “Ja, tapi djuga ada musjawarah”.

Tanja: “Apakah Djendral Nasution akan pensiun djuga?” (Lahir bulan Desember tahun 1918. Djadi berusia 51 tahun, red)

Djawab: “Dia belum minta”.

Tanja: “Apakah benar Djendral Panggabean akan pensiun tahun depan ?”(lahir 29 Djuni tahun 1922 djadi berusia 48 tahun, red)

Djawab: “Saja tidak tahu”

Ditambahkan pula oleh Majdjen Tjokropranolo, bahwa pemensiunan perwira2 tinggi, sekaligus memberi kesempatan pada jang muda2 dari Akademi Militer, untuk memimpin ABRI.

Kesempatan untuk memimpin ABRI harus mulai diberikan kepada tenaga2 muda, untuk menghindari kemungkinan terdjadinja “gap” dalam kepemimpinan ABRI.

Sekretaris Militer, Presiden RI itu menjebut beberapa nama perwira tinggi lulusan Akademi Militer, jakni Djendral Sajidiman, Habib dan Purbo.

Tanja: “Apakah anggota2 ABRI jang sudah dipensiun atau sedang ber MPP itu dibimbing oleh Hankam?”.

Djawab: “Hankam akan membantu mereka menurut batas2 kemampuan Hankam. Misalnja kalau mereka akan bekerdja disuatu perusahaan dan perusahaan itu meminta jaminan mengenai kemampuan mereka maka Hankam akan memberikannja” .

Tanja: “Apakah anggota2 ABRI jang sudah pensiun, boleh memasuki Partai Politik dan sekaligus mendjadi aktivis suatu parpol?”.

Djawab: “Larangan memasuki partai politik tidak ada. Dan memang banjak jang memasuki partai. Tapi saja kira, sebagai pedjuang, mereka lebih suka aktif dalam melaksanakan dan mewudjudkan pembangunan”.

Tanja: “Sekalipun sudah pensiun kalau dibutuhkan, apakah perwira2 tinggi ABRI itu bisa diaktifkan kembali ?”.

Djawab: “Bisa. Karena mereka adalah perwira2 tjadangan”.

Demikianlah pertjakapan “Kompas” dengan Majdjen Tjokropranolo jang mengatakan, bahwa soal pensiun dalam ABRI adalah “een gewoon daad” (Soal biasa). (DTS)

Sumber: KOMPAS (06/10/1970)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 567-569.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.