Bapak Sedang Diuji Oleh Allah

Jombang, 17 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di Kediaman

BAPAK SEDANG DIUJI OLEH ALLAH [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Perkenankanlah saya turut mendo’akan atas kebaikan dan keselamatan serta perlindungan dari Allah Yang Maha Kuasa kepada Bapak dan keluarga Pak Harto. Atas nama pribadi serta seijin dari Allah saya merasa ingin membantu sesuai dengan kemampuan saya. Saya adalah pengasuh pada pengajian keliling Majelis Ta’lim Darut Taubah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Sobo Langit daerah Surabaya dan Jombang, Jatim. Di setiap kesempatan saya selalu menyampaikan kepada para jama’ah, bahwa keadaan Bapak pada situasi sekarang ini telah mengalami ujian terbesar dari Allah sekaligus fitnah dan pengkhianatan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun sebagai hamba Allah yang beriman dan seorang prajurit sejati. Bapak akan selalu tabah dan tegar menghadapi situasi yang tersulit sekalipun.

Demikian pula terhadap putra dan putri Bapak, semoga diberikan kekuatan iman dan ketabahan atas segala persoalan yang ada.

Pak Harto, sejak tahun 1985 sampai dengan kemarin tanggal 1 Juni 1998 saya sering bermimpi tentang keberadaan Bapak dan keluarga termasuk Ibu Tien (Almarhumah) dan saya yakin mimpi tersebut merupakan petunjuk dari Allah Yang Maha Kuasa oleh karena semuanya terjadi dengan sebenarnya. Karena tidak adanya kemampuan untuk berkirim surat hingga baru sekarang saya diperkenankan oleh Allah untuk bersurat pada Bapak.

Sebagai seorang pemimpin negara juga sebagai manusia biasa Bapak tidak luput dari kekurangan dan kesalahan dan semua itu telah Bapak akui pada setiap kesempatan baik di depan Sidang Umum MPR-RI atau pada kesempatan wawancara dengan para wartawan.

Namun masih ada juga orang-orang yang tidak peduli terhadap Bapak dan selalu mencari-cari kesalahan yang sebenarnya hanya untuk memenuhi ambisi pribadi.

Pak Harto, anak-anak mahasiswa dan beberapa anggota masyarakat akhir-akhir ini sering mengadakan demonstrasi sebenarnya hanyalah korban dari kelompok-kelompok dan individu-individu yang semata-­mata ingin meneari kepentingan kelompok atau pribadi dan sama sekali tidak mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Setelah seeara resmi Bapak menyatakan berhenti sebagai Presiden RI, saya merasa ada beberapa kejanggalan, seakan-akan Bapak dipaksa oleh situasi atau orang-orang di sekitar Bapak yang tidak memiliki tanggung jawab penuh. Kebanyakan mereka tidak memahami maksud (I’tikad) Bapak dalam turut serta melaksanakan proses reformasi secara total (di segala bidang) dengan membentuk Komite Reformasi.

Tentang isu atau hujatan sementara pihak atas adanya KKN dan atau kecurigaan terhadap tindak kesalahan Bapak, saya merasa yang demikian bukan semata-mata faktor pribadi Bapak, namun lebih merupakan faktor birokrasi demi berIangsungnya lembaga pemerintahan yang bersifat ukuwah (bersatu). Untuk hal tersebut semoga Bapak dapat menjernihkan situasi yang ada demi kelangsungan hidup penyelenggaraan negara sebenar-benarnya.

Saya menghargai segala perjuangan Bapak sejak mempertahankan kemerdekaan RI, peralihan proses revolusi dari Orla menjadi Orba hingga bentuk-bentuk pembatasan sistem politik di negeri ini yang terkadang ada efek negatif yang memang harus dilaksanakan dalam menjaga stabilitas nasional dari unsur-unsur tindak kekerasan (anarki) serta perusuhan.

Bapak telah berusaha meneiptakan ketentraman dan pemerataan hasil kemerdekaan bangsa ini seeara bertahap dan berkesinambungan. Bapak telah menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dengan menyatakan berhenti sebagai Presiden RI untuk menjaga terjadinya pertentangan atau kerusuhan di negeri ini dengan mengorbankan segala kepentingan Bapak dan keluarga.

Sebagai warga negara, mohon hendaknya Bapak dan keluarga masih membantu memberikan yang terbaik kepada nusa dan bangsa ini. Segala sikap positif dan do’a serta niat baik Bapak sangat diperlukan dalam turut memperjuangkan kelangsungan negara dan bangsa ini. Semoga Bapak menerima segala apa yang terjadi karena segala yang terjadi haruslah terjadi dan semuanya akan diwedar di hadapan Sang Pencipta.

Demikian surat saya kirim karena bermimpi: Bapak menangis di atas pusara Bapak Soekarno (Presiden Rl Pertama), kemudian saya didatangi Ibu Tien (Almarhumah) dengan Mbak Tutut (putri Bapak) yang Mbak Tutut berkata kepada saya: Tolonglah Bapak dido’akan keselamatannya dan diberi ketenangan hatinya.

Maka karenanya saya beranikan diri menulis surat ini kepada Bapak. Mohon ma’af bila khilaf,

billahit taufiq wal hidayah. (DTS)

Wassalam,

H. Moch. Adam

Mojoagung Jombang

Jawa Timur

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 487-489. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.