Jakarta, September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
yang kami hormati di Tempat
INGIN MENGUNDANG BAPAK [1]
Pertama kali, saya menulis surat kepada anda, dengan ini saya mohon maaf sebelumnya. Nama saya Mie Ogura, bertempat tinggal di Tokyo dan berkebangsaan Jepang.
Tahun 1944 tepatnya bulan Januari, saya turut serta bala bantuan yang di Indonesia disebut sebagai PMI pada tentara Jepang yang ditugaskan selama kurang lebih 2 tahun di Surabaya. Kemudian setelah perang selesai (dalam arti kalah) sekitar dua tahun lamanya di daerah Malang khususnya Desa Pujon dan status kami adalah sebagai tawanan. Hidup sebagai tawanan di Pujon setiap harinya banyak hal yang membuat kami sangat menyenangkan sehingga hati kami begitu erat dan menyatu dengan tanah air Indonesia.
Saya begitu terkesan sehingga ingin memanggil ibu saya untuk tinggal bersama dan sehidup semati untuk Indonesia. Setelah perang selesai dan saya kembali ke Tokyo, Indonesia tetap saya kenang. Saya menjalin persahabatan dengan orang-orang di Surabaya, sama-sama bekerja di kampung sebagaimana keluarga sendiri. Meskipun saya kembali pulang tetapi orang-orang Indonesia tetap saya cintai dan ingin membantu untuk kemajuan negara Indonesia, semua itu telah tertanam di dalam hati saya. Telah 50 tahun lamanya pemikiran itu tumbuh di dalam diri saya sendiri dan semua penghasilan yang saya dapatkan, saya sumbangkan untuk negara Anda yaitu Indonesia.
Saya telah menyumbang bagi anak-anak yang tidak mampu dari tingkat dasar dan atas di Jakarta, Medan, Surabaya dan Yogyakarta, jumlahnya telah mencapai 100 orang. Semuanya saya salurkan melalui Yayasan Warga Persahabatan, yang dipimpin oleh Mr. Kumpul N. Otsudo. Mr. Kumpul Otsudo adalah bekas tentara Jepang (PETA). Indonesia pada waktu itu masih hidup susah dan tersiksa. Bekas tentara yang masuk PETA tetap tinggal di Indonesia. Dari sekian banyak yang tersisa saat ini mencapai 40 orang saja dan mereka pun telah berusia lanjut. Mr. Kumpul Otsudo juga memberi bantuan bagi yang memerlukan. Untuk masa yang akan datang, bagi keturunan yang berdarah Jepang juga ikut saling gotong royong mencapai keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Orang-orang muda Indonesia juga sangat saya harapkan untuk belajar kebudayaan Jepang maupun bahasanya. Telah saya dirikan sebuah sekolah bahasa Jepang, di Jalan Tebet Raya Jakarta. Mr. Kumpul Otsudo juga termasuk di dalamnya. Sekolah itu saya beri nama “Mie Gakuen” yang mempunyai arti Lembaga pendidikan bahasa Jepang. Lembaga ini, supaya lebih maju, telah didirikan sebuah kantor di Jepang diproses oleh Mr. Katsuyoshi Kadohara. Mr. Katsuyoshi Kadohara telah 20 tahun tinggal di Indonesia menjalankan tugas perusahaan perikanan, dan beliau sangat mencintai Indonesia. Beliau juga turut membantu kemajuan Indonesia, anak pertamanya lulusan sarjana di Universitas Indonesia dan telah menikah dengan orang Indonesia. Mr. Katsuyoshi juga turut membantu kemajuan Indonesia.
Bapak Soeharto, berapa harta benda yang Anda miliki saya tidak tahu, tetapi saya mendengar dan melalui berita mengenai anda, maupun tentang kekayaan yang diberitakan. Bantulah orang-orang yang susah, itulah yang saya sangat harapkan. Seperti yang saya dengar juga sewaktu AIm. Ibu Tien Soeharto masih hidup, beliau juga telah memberi sumbangan sosial bagi usia lanjut di daerah Yogyakarta.
Seperti tersebut di atas yang saya harapkan, terutama kepada Bapak Soeharto yang saya sangat hormati. Seperti apa yang saya pikirkan, bahwa dasarnya manusia tidak memiliki apa-apa. Inilah suatu rasa untuk mencintai Indonesia. Dan untuk orang-orang muda di masa yang akan datang.
Saya juga tidak berbeda jauh dengan anda, saya lahir pada tahun 1921. Hanya status dan kedudukan saja yang berbeda. Cintailah negeri Indonesia dan juga hayatilah dalam hati, itulah yang saya minta dari anda.
Demikianlah kesan dan pesan yang saya tuliskan, dan jagalah kesehatan anda dengan baik-baik. Tahun ini, tepatnya bulan Oktober 1998, akan saya berikan Beasiswa kepada siswa SMP dan SMU di Jakarta. Di samping itu juga akan memperingati hari jadi 5 tahun berdirinya Lembaga Pendidikan Bahasa Jepang (MIE GAUKEN). Saya berkeinginan mengundang anda dalam rangka peringatan ini, apabila anda berkenan datang merupakan suatu kebanggaan bagi kami dan kebesaran yang tak terhingga.
Akan saya kirimkan undangan sebagai tamu kehormatan. Undangan tersebut belum bisa saya kirimkan beserta surat ini, dikarenakan masih terlalu cepat untuk diberitahukan. Sungguh merupakan harapan kami apabila anda bersedia menghadiri acara tersebut. (DTS)
Horrnat saya,
Mie Ogura
Jepang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 503-505. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.