Dulu Kerap Bertemu

Surabaya, 2 Juli 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

Jalan Cendana No.8

Jakarta Pusat

DULU KERAP BERTEMU [1]

 

Dengan segala hormat,

Mungkin Bapak tidak mengnal kami lagi, tetapi kami dulu bertemu Bapak dalam tahun 1945 di Jogyakarta. Sebagai sesama pejuang, awal kemerdekaan kita kerap bertemu atau bertatap muka.

Kami masih teringat perjuangan BKR, TKR, TRI dan TNI di benteng Firt Vredenburg, Jogya, di mana Bapak bermarkas. Saat itu, Bapak sebagai Komandan Batalyon 10 berpangkat Mayor, kemudian sebagai komandan Resimen I berpangkat Letnan Kolonel di Diyisi IX Istimewa (kemudian Diyisi III) Jogyakarta. Panglima Diyisi: Bapak May. Jend. RM. Soesalit.

Kami saat itu adalah anak buah Mayor Ahn. Brig. Jend. Soekandar belakangan menjadi Kepala Staf. DIY. Diponegoro di Bataliyon 15, kemudian di Resimen IV dan akhirnya sebagai Letnan I dipindah ke bagian Persenjataan DIY. III yang saat itu dipimpin oleh Alm. Mayor Lego Prajitno.

Selama Bapak memegang pucuk pimpinan negara kita, tidak pernah ada niat ataupun keinginan dari kami untuk mengganggu Bapak. Dari jauh kami ikut berbahagia, bahwa Bapak dengan rahmat Tuhan YME mendapatkan anugerah yang demikian besar dan mulia. Kami bangga, Bapak yang juga kami kenal itu menjadi Presiden Negara Republik Indonesia.

Pada saat ini, di waktu Bapak mendapat ujian yang maha berat, banyak orang yang menghujat tanpa mengingat jasa-jasa Bapak untuk negara, nusa dan bangsa. Justru saat inilah kami merasa terpanggil untuk menghubungi Bapak dan mengganggu Bapak dengan surat sederhana ini, yang pada hakekatnya ikut mendoakan Bapak sekeluarga dan menyampaikan ikut rasa sedih dan prihatin. Harapan kami Bapak sekeluarga tetap tabah dalam ujian ini. Semoga Tuhan YME senantiasa menyertai serta melindungi Bapak sekeluarga disaat-saat yang sulit dan penuh cobaan ini.

Sebenarnya kami ingin sekali sowan, bertemu kembali dengan Bapak sebagai sesama pejuang 1945, bercakap-cakap untuk melupakan derita sejenak, sambil berkenalan juga dengan putra-putri Bapak. Namun semuanya tentu memerlukan persiapan, mengingat agenda Bapak yang tentu masih sangat padat. Lagi pula, sebagai “lansia”, kami juga perlu mengumpulkan dana dulu, guna bekal berkunjung ke Jakarta. Demikian ungkapan kami, semoga Bapak berkenan untuk membacanya apalagi bila Bapak berkenan memberi balasan, kami akan sangat berbesar hati. (DTS)

R.M. Soewahjoedji Poerbonegoro

Surabaya

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 605-606. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.