Semoga Bapak Menerima Cobaan Ini Dengan Lapang Dada

Samarinda, 1 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

yang dimuliakan Allah

di Jakarta

SEMOGA BAPAK MENERIMA COBAAN INI

DENGAN LAPANG DADA [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bismillahirrakhmaanirrakhiim.

Yang bertandatangan di bawah ini saya,

Nama                                    : Drs. M. Chulaimi

Umur                                    : 48 tahun

Pekerjaan                           : Pemilik TK-SD Depdikbud Samarinda

Pangkat/Gol                       : Penata Muda Tk. I/IIIb/sejak 1-10-1993

Istri                                        : Nariyah (37 tahun) Transmigran tahun 1954 asal Borobudur Jateng

Anak                                      : 2 orang perempuan dan laki-Iaki:

a. Sukma Betariah (17 tahun) siswa SMA 4 kelas II calon penerima beasiswa tahun 1998/1999. Waktu di SMP dikirim Jambore Nasional di Cibubur.

b. Ali Hasyimi (9 tahun) murid SDN 071 Samarinda Ilir

Cita-Cita                               : Ingin sekali berjabat tang an dengan Bapak dan Mbak Tutut

Indonesia melewati krisis separah apapun, hal itu membuat saya sering bersitegang dengan sejawat walaupun mereka pangkat lebih tinggi III/c; III/d dan sampai VI/a demi membela Bapak, sampai-sampai saya berteriak kalian ini punya eselon, kalian pejabat, kalian ini dihidupi Pak Harto dengan inpresnya. kok malah menyerang Pak Harto.

Perasaan tegang berlanjut, sampai-sampai saya disodori buletin yang dicetak rapi terkesan cetakan mahal, yang isinya banyak memfitnah Bapak, Bapak ada hubungan darah dengan Habibielah, saya katakan ini fitnah, sebab pada saat gentingnya Makassar hal-hal yang noda tidak bisa dilakukan kalau ingin selamat, karena semua paman saya dan pakde saya bertugas di Makassar paman-paman saya dari Yon 701 dan pak de saya dari Tanjung Pura, sedang di sebelah barat rumah saya adalah markas 515 Lumajang di mana saya ikut mengucapkan selamat jalan tentaraku melalui kereta api, ini saya sampaikan agar mereka nampaknya tidak sadar musuh-musuh kita tidak senang Indonesia berhasil membangun mereka berada di sekitar kita, misalnya sembunyi di Timtim, di ormas, di LSM, ini bisa lari ke luar pulau Jawa, jadi pegawai negeri mereka ini melakukan gerakan pada saat yang tepat dan hati-hati.

Namun apa hendak dikata pernyataan Bapak berhenti karena mereka yang menikmati hasil pembangunan langsung tidak ada yang membela Bapak.

Saya sangat kecewa karena keinginan untuk bisa berjabatan tangan dengan Bapak menjadi sirna. Tekad Bapak untuk menolong rakyatnya juga terlihat penampilan Mbak Tutut yang akan membagi segala apa yang dimilikinya dapat saya lihat betapa mulyanya Bapak beserta putri Bapak untuk memperjuangkan nasib rakyatnya. Orang-orang yang dengki semakin kerasukan untuk menjatuhkan Bapak dan mereka itu berhasil. Musibah apa yang akan menerpa bangsa Indonesia, setelah membiarkan pimpinannya diobrak-abrik yang emosional politik tidak etis, mengapa elite politik Golkar tidak mampu mengarahkan massanya untuk membendung gerakan minoritas.

Sebagai orang yang belum pernah menerima kenikmatan langsung seperti bersalaman dan bertemu dengan Bapak maupun puteri Bapak apalagi materi walaupun ini sangat saya dambakan sejak lama rasanya putus sudah, lebih hancur lagi bilamana Allah menurunkan bencana kepada umat yang laknat kepada pemimpinnya.

Harapan saya Bapak menerima lapang dada dan membaca ayat Kursi, surat Al Ikhlas, surat Al Falaq, surat An Naas, agar mereka yang tidak suka, karena dibakar paksa menjadi sadar dan serta dibuka hatinya untuk mendapatkan pintu ampunan dari Tuhan, sebab itu perlu dilakukan karena signyalemen Bapak tentang perang saudara yang bisa mendatangkan pertumpahan darah bisa diralat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala la khaula wa laa quwata illa billahil aliladziem.

Saya yang sampai sekarang tinggal di rumah bekas bongkaran bantuan K.H. Dhafar Sabran (alm.) Ketua Yayasan Masjid Raya Samarinda, karena belum mampu membangun rumah sendiri masih setia dan yakin strategi Sapak, ketulusan Sapak, keikhlasan Sapak dan keluarga Sapak berjuang untuk rakyat adalah sesungguhnya.

Semoga Allah melindungi Sapak dan keluarga dan orang-orang yang masih setia kepada Sapak, amin, amien ya robbal’ alamin.

Sebagai Penilik Sekolah sekarang disebut Pengawas SD saya prihatin terhadap peristiwa-peristiwa tragedi yang terjadi di kota Samarinda misal seringnya perkelahian, pembunuhan, pengrusakan, kebanyakan melibatkan remaja. Alternative pencegahannya sebenarnya bisa dilakukan pada saat mereka masih di SD dengan pemberian bekal pelajaran optimal baik intra co kurikuler maupun extra kurikuler sehingga bekal dasar ini akan dibawa mereka ke tingkat SMP, SMA dan seterusnya, saya teliti anak-anak yang suIit diatur kebanyakan pada saat di SD tidak dikendalikan nilainya tidak karuan terutama nilai PPK dan PMP, Agama dan IPS termasuk Sejarah angka baik tapi tidak lahir batin, belum sesuai dengan kemampuan anak sebenarnya, ini juga di SMP, dampaknya pada saat di SMU dan di perguruan tinggi.

Hal ini membuat saya ingin jadi kepala Kandep karena saya punya kiat saya hubungi Pak Sekwilda yang kebetulan tetangga dan berhasil beliau menghubungi Ka Kandep, Kotamadya, beliau tidak berhasil karena masih banyak yang senior, ini terjadi pada tahun 1955 padahal saya mengantongi pendidikan SEPALA, nasib apa yang menimpa saya ini.

Cita-cita untuk memperbaiki citra pendidikan melalui Sapak Sekda Kodya untuk melobi Ka Kandep tidak berhasil, tidak membuat patah semangat pada tahun 1996 saya menghubungi H. Always As (Sekretaris DPD Golkar Kaltim) beliau setuju konsep yang kemudian membuat surat kepada Sapak Ka Kanwil Depdikbud yang kebetulan calon DPRD dalam Pemilu 1997, namun suratnya kurang ditanggapi dan sedihnya Ka Kanwil Depdikbud justru mengangkat orang yang baru beberapa bulan jadi Penilik dan belum mengantongi pendidikan SEPALA, saya tidak iri, cuma kan tidak proporsional.

Surat ini saya buat setelah saya sakit sejak Sapak dipaksa mundur ada keinginan mengonsep surat dan konsep itu selesai badan sudah merasa sehat dan pada tanggal 3 Juni 1998 yang 23.00. Hari Kamis tanggal 4 Juni 1998 mulai saya tik semoga cepat selesai dan segera saya kirim dan semoga dan sampai kepada Bapak. Dan saya akan sangat senang bilamana surat yang saya buat dari gagasan pada saat saya sakit typus bisa tercapai dan mendapat tanggapan.

Sekali lagi terima kasih atas kesediaan Bapak sudi membaca surat saya ini. (DTS)

Wassalamu’alaikum wr. wb

Hormat dan sujud saya,

M. Chulaimi

Samarinda

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 731-734. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.