PRESIDEN SOEHARTO HARAPKAN SWASTA ASING BERJALAN SERASI DENGAN PEMBANGUNAN INDONESIA [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengharapkan agar swasta asing mampu dan mau menserasikan kepentingannya dengan dasar2 serta arah pembangunan Indonesia, ketika hari Kamis meresmikan sebuah pabrik farmasi terbesar di Indonesia.
Pabrik farmasi PI Hoechst Indonesia, terletak di Pulo Mas, Jakarta di pinggir jalan raya by pass dibangun di atas tanah seluas 3.000 m2 dengan harapan yang dikemukakannya itu adalah wajar dan adil.
“Kepada penanam2 modal asing” demikian Presiden, pemerintah telah diberikan perangsang dan fasilitas2 yang menarik. Sebagai imbalannya kitapun mengharapkan penanaman modal asing itu ikut mendorong maju pembangunan menurut arah yang kita cita2kan.”
Pabrik farmasi itu merupakan joint venture antara pengusaha Jerman barat dengan Indonesia, perbandingan saharusnya 70 % Jerman dan 30 % Indonesia.
Tidak Boleh Hambat Ekonomi Nasional
Presiden menyatakan, kemampuan bangsa Indonesia untuk tetap memelihara tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dan rasa tanggungjawab sosial penanam modal asing akan merupakan faktor yang saling memperkuat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam hubungan ini dikemukakan jaminan mengenai keuntungan timbal balik yang sepantasnya kepada kedua belah pihak. “Dalam arti itulah penanaman modal asing di Indonesia tidak harus diartikan sebagai faktor yang akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional,” demikian Presiden.
Presiden menyatakan percaya, bahwa Hoechst yang merupakan pelopor perusahaan swasta asing yang menanamkan modalnya Indonesia juga akan bergerak diatas dasar dan arah itu. Kepada tenaga2 Indonesia, Presiden minta agar belajar sebaik2nya dan mengambil pengalaman berharga dalam bekerja di pabrik ini.
Tidak Boleh Ditunda-tunda
Kepala Negara mengatakan, dalam melaksanakan pembangunan yang banyak dimensinya, modal dan keterampilan merupakan faktor2 yang membatasi ruang gerak dan sasaran2 yang ingin kita capai.
Tetapi, kata Presiden menegaskan, “pelaksanaan pembangunan itu tidak mungkin kita tunda2 lagi.”
Justeru untuk melaksanakan pembangunan itu, faktor2 pembatas harus kita atasi. Presiden kemudian menyatakan, dalam menghadapi tugas dan tantangan pembangunan harus tetap kita sadari, bahwa berhasilnya pembangunan sepenuhnya berada di pundak bangsa Indonesia sendiri.
Akan tetapi di lain pihak, kita memandang mungkin dalam perlu untuk memanfaatkan segala potensi dari luar yang dapat menunjang dan bersama-sama membangun negeri ini.
“Karena itulah,” demikian Presiden, “Indonesia membuka pintu yang lebar bagi penanaman modal asing. Melalui penanaman modal asing inilah kita harapkan mengalirnya kemari modal pengetahuan, keterampilan, pengetrapan teknologi dan kemana kepengusahaan, yang memang sangat kita perlukan untuk mempercepat proses pembangunan.”
“Kita juga mengharapkan, agar dengan penanaman modal asing itu akan dapat mendorong perkembangan kemampuan usaha nasional, yang pada saatnya nanti harus menjadi kekuatan ekonomi nasional.”
Demikian Presiden Soeharto. (DTS)
Sumber: ANTARA (03/05/1973)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 195-197.