KEMERDEKAAN POLITIK HARUS BERJALAN DENGAN KEMERDEKAAN EKONOMI

KEMERDEKAAN POLITIK HARUS BERJALAN DENGAN KEMERDEKAAN EKONOMI [1]

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto pada peresmian pembukaan pameran dan Pemasaran Hasil Produksi Industri Dalam Negeri di Gedung Pola Jakarta Senin Malam menekankan bahwa kemerdekaan ekonomi untuk mana semangat kebangsaan, jiwa patriotisme bukan hanya dibidang politik, tetapi juga harus dikembangkan di lapangan2 lain termasuk lapangan ekonomi.

Memberikan amanatnya pada upacara yang juga dihadiri Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Sultan Hamengku Buwono IX dan para Menteri dari Kabinet Pembangunan II itu, Presiden menandaskan bahwa kita dahulu berjoang memberikan segala2nya yang mungkin kita berikan untuk kemerdekaan.

Tetapi kita tidak hanya ingin menikmati kemerdekaan politik, hidup bebas dari kekuasaan asing dan hidup bebas melaksanakan cita2 kita sendiri. Dalam alam kemerdekaan itu, kita ingin memperbaiki kesejahteraan kita semua, kita ingin mengejar kemajuan dan kita ingin menikmati keadilan yang merata. Untuk itu kita harus membangun bangsa dan negara kita dalam segala lapangan, di lapangan ekonomi, politik sosial dan kebudayaan dan pertahanan keamanan.

Agak Terlambat

Berkata Presiden “kita menaruh perhatian yang besar pada pembangunan di bidang ekonomi. Ini sama sekali berarti bahwa pembangunan dilapangan lain kita abaikan. Kita memusatkan perhatian pada Iapangan ekonomi itu karena berhasilnya kita dalam pembangunan ekonomi mernpakan kunci penting daripada terwujudnya kesejahteraan, kemajuan dan keadilan sosial yang kita cita2kan tadi adalah mustahil dan berekadilan sosial hanya akan berarti meratakan kemiskinan belaka.”

Presiden mengakui bahwa kita terlambat melaksanakan pembangunan ekonomi itu. Kita baru melaksanakan 24 tahun sesudah Indonesia merdeka. Kita baru melaksanakan dengan penuh kesungguhan dan dengan cara2 yang secara ekonomi dapat dipertanggung jawabkan, setelah lahirnya Orde Baru dan beberapa tahun sesudahnya harus bekerja keras melepaskan diri dari kemorosotan ekonomi yang lebih buruk dan menerobos kemacetan2 produksi, tambah presiden.

Usaha2 itu menurut Presiden telah memberi hasil: sehingga dalam tahun 1969 kita dapat memulai melakukan Repelita I hasil yang dicapai telah banyak, tambahnya.

Arahnya Tepat

Presiden menilai bahwa semau hasil yang dicapai tsb. menandakan garis pembangunan yang ditempuh selama ini telah menemukan arahnya yang tepat. Namun demikian kita tetap harus waspada, jangan sampai lengah sehingga kemajuan2 yang telah dicapai itu menjadi mandeg atau merosot kembali, kata Presiden.

Karena itu, demikian Presiden dalam Repelita II segala hasil yang telah dicapai hams dipertahankan malahan harus diperkuat dan dalam Repelita II ini masalah2 yang digarap harus meluas dan meningkat.

“Pada dasarnya kemerdekaan politik harus seiring dengan kemerdekaan ekonomi. Untuk itu semangat kebangsaan, jiwa patriot bukan hanya penting dibidang politik, tetapi juga hams dikembangkan dilapangan2 lain, termasuk lapangan ekonomi”, kata Presiden.

Ini mengharuskan adanya kecintaan terhadap pembangunan dengan kekuatan sendiri, mengharuskan adanya kecintaan memproduksi sendiri. “Karena itu sekali lagi, pada kesempatan ini, saya ingin mengajak masyarakat untuk lebih banyak lagi memakai barang2 produksi dalam negeri”, kata Presiden.

“Dengan memakai produksi industri dalam negeri, maka berarti kita telah mendorong gerak pembangunan ini”, tambahnya.

Maksud dan Tujuan

Sementara itu Direktur jenderal Perindustrian dasar selaku Pimpinan Penyelenggara Pameran dan Pameran hasil Produksi Industri dalam Negeri, Ir. Suhartoyo mengatakan bahwa maksud dan tujuan peragaan hasil2 produksi industri dalam negeri itu tidak hanya ditujukan pada atau untuk kepentingan para pengusaha saja, tetapi yang lebih penting ialah untuk memperkenalkan dan mempertanggungjawabkan perkembangan industri dalam negeri kepada seluruh rakyat Indonesia dengan disertai harapan agar rakyat Indonesia mencintai bidang industri bangsa sendiri.

Dijelaskan bahwa barang2 yang dipamerkan seluruhnya hanyalah hasil2 produksi industri dalam negeri, baik yang masih dalam tingkat assembling sampai ke tingkat sepenuhnya dibuat dalam negeri, meliputi semua jenis industri kerajinan dan ringan sampai dengan industri dasar berat, termasuk didalamnya industri logam dasar, permesinan, kimia, tekstil, elektronika dan alat2 rumah tangga listrik, alat angkutan darat, laut, udara, pharmasi, pengolahan bahan tambang, pengolahan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, bahan bangunan dan saran industri. (DTS)

SUMBER: SUARA KARYA (20/08/1974)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 480-482.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.