PRESIDEN BUKA PAMERAN INDUSTRI DI GEDUNG POLA JANGAN SILAU DENGAN BARANG2 BUATAN LUAR NEGERI

PRESIDEN BUKA PAMERAN INDUSTRI DI GEDUNG POLA JANGAN SILAU DENGAN BARANG2 BUATAN LUAR NEGERI [1]

 

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto semalam telah meresmikan pembukaan pameran industri di Gedung Pola, tahun 1975 dengan melakukan pemukulan gong tiga kali. Bunyi gong yang berdengung di lantai pertama Gedung Pola itu dibarengi dengan penekanan tombol oleh Ny. Tien Soeharto yang membuka tabir yang menutupi peta besar Tanah Air Indonesia.

Peresmian pembukaan pameran dihadiri oleh Wakil Presiden Hamengkubuwono, sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan dan pejabat2 korps diplomatik di Jakarta.

Pimpinan Penyelenggaraan Pameran Ditjen Industri Logam/Mesin Ir. Soehartoyo dalam laporanya menyatakan bahwa berbeda dari tahun lalu, pameran kali ini tidak hanya bersifat untuk menggalakkan pemasaran produksi industri dalam negeri tetapi juga bersifat edukatif dan informatif.

Dalam rangka menggalakkan pameran barang2 produksi dalam negeri pameran ini dimaksudkan untuk menunjang para pengusaha dalam memperkenalkan hasil produksinya kepada masyarakat.

Kalau selama ini masyarakat bahwa barang dalam negeri adalah jelek dan silau akan barang buatan luar negeri, maka dengan pameran ini masyarakat diajak untuk membuktikan sendiri kemampuan industri dalam negeri sehingga dapat menghilangkan kesan yang keliru tersebut.

Dengan peragaan2 yang ada dalam pameran diharapkan pula dapat membangkitkan minat pemuda/pemudi Indonesia untuk lebih mengembangkan kemampuan industri di Indonesia.

Selama 10 hari pameran di gedung itu akan merupakan Pekan Industri dan kemudian dilanjutkan sebagai pameran tetap. Presiden Soeharto, Ny. Tien Soeharto dan wakil Presiden Hamengkubuwono sesaat setelah meresmikan pembukaan pameran tersebut kemudian mengadakan perjalanan keliling stand2 pameran. (DTS).

Sumber: SUARA KARYA (20/08/1975)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 728.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.