PRESIDEN:
JAGA KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KESELAMATAN PENERBANGAN [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menginstruksikan Menteri Perhubungan Emil Salim untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap keselamatan penerbangan di Indonesia.
Kepala Negara menyampaikan instruksinya itu setelah ia menerima laporan dari Menteri Emil Salim di Cendana, Sabtu siang, mengenai usaha2 pencarian dan penyelamatan korban2 kecelakaan pesawat Twin Otter MNA yang jatuh di Gunung Tinombala, Sulteng, tanggal 29 Maret yang lalu.
Menteri Perhubungan juga diinstruksikan untuk terus mengikuti usaha2 pencarian dan penyelamatan lima dari 23 penumpang dan awak pesawat yang sampai hari Sabtu malam belum diketahui nasibnya.
Disamping itu, Presiden menyatakan penghargaan dan kekagumannya atas jasa2 dan keberanian empat orang anggota Kopasgat yang diterjunkan di tempat kecelakaan dan para pilot helikopter yang telah berhasil menerjunkan keempat anggota pasukan tersebut dan mengangkut penumpang yang masih hidup serta jenasah mereka yang telah meninggal dunia.
Keempat anggota Kopasgat itu adalah Koptu Dominicus, Kopda Sunardi, Peltu Yophie Lekahena dan Senna Mugiran. Sedangkan para pilot itu adalah Toni Suwarso Mahyudin (co-pilot), Suhari, Zainal (co-pilot), John Arthur dari International Air Transport, Suhada dan Tangahu.
Penghargaan Kepala Negara juga disampaikan kepada Mayor Mulyono yang memimpin operasi “sweeping” (penyapuan) dari atas dan bawah untuk mencari korban2 yang meninggalkan pesawat.
Menteri Emil Salim menjelaskan kepada para wartawan bahwa prioritas pencarian kini ditujukan kepada ke lima orang yang belurn diketahui nasibnya itu.
Atas pertanyaan, ia mengemukakan, pencarian akan dihentikan hanya setelah team SAR yang sekarang berada di lapangan memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha pelacakan tersebut.
Diantara ke lima orang itu adalah Kapten Pilot, Letkol (U) Ahmad Anwar.
Merpati Ganti Rute
Menteri Emil salim mengatakan bahwa jalur penerbangan Palu-Toli2 sebenarnya bukanlah daerah yang sulit untuk diterbangi karena puncak2 gunung yang ada di daerah itu dapat diketahui. Yang menjadi masalah adalah kabut tebal yang menyelimuti puncak2 gunung tersebut. Cuaca baik hanya berlangsung pukul 06.00 – 08.00 pagi dan 04.00 – 06.00 sore.
MNA, menurut Emil Salim, mempunyai “alternative route” Jalur pengganti) yakni melewati pantai barat untuk menghindarkan puncak2 gunung itu.
Rute Palu-pantai barat Toli2 itu memang 10 menit lebih lama, tetapi Merpati telah memutuskan rute tersebut sebagai jalur tetap sekarang, bukan hanya sebagai jalur pengganti, kata Emil Salim.
Ia juga menyebutkan bahwa MNA kini juga telah membeli “locater beacon”, suatu alat yang bisa menunjukkan tempat pesawat jika kecelakaan terjadi.
“Kini sedang dalam proses pemasangan …,”katanya.
Semula pemasangan alat tersebut hanya direkomendasikan (recommended) saja, bukan diperlukan (required).
Tetapi kini penggunaan alat tersebut akan ditetapkan, terutama pada jalur penerbangan yang sulit, kata Emil Salim lebih lanjut.
SAR Perlu Satu Heli dan Satu Kapal Laut
Emil Salim berpendapat PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) perlu memiliki sebuah helikopter dan sebuah kapal laut sendiri yang bisa dikerahkan se-waktu2 bila diperlukan. Sekalipun belum mempunyai pesawat terbang dan kapal laut sendiri kini SAR berhak memobilisir setiap pesawat atau kapal yang diperlukan.
”Yang menjadi masalah ialah dimana helikopter dan kapal laut itu ditaruh dalam keadaan tak ada kecelakaan …?”, katanya.
Ia menyebutkan Surabaya, Ujungpandang, Medan dan Jakarta sebagai tempat yang strategis bagi penempatan kapal laut SAR itu.
Emil Salim juga berpendapat perlunya setiap KODAU (Komando Daerah Udara) dilengkapi dengan team mti pasukan SAR yang sudah berpengalaman.
Sekarang ini, katanya menerangkan, setiap KODAU telah memiliki masing2 15 orang anggota pasukan untuk SAR, tetapi mereka baru mendapatkan latihan saja dan belum pemah praktek.
Apa Bung Tidak Takut ……… ?”
Emil Salim menceritakan bahwa semangat juang regu SAR sangat tinggi. Sebagai contoh ia menirukan pertanyaannya kepada Koptu Dominicus:
“Apa bung tidak takut” (diterjunkan dari helikopter dan harus hinggap di puncak pohon).
Pertanyaan itu, menurut Emil Salim, dijawab:
“Saya melihat orang yang masih hidup dan merasa perlu menolong orang itu maka apa yang terjadi dengan diri saya tidak menjadi penting …….”
Ia juga menceriterakan bagaimana jawaban Pilot Toni Suwarso :
“Kalau pekerjaan ini untuk mencari minyak atau kayu, saya tak mau…”
Menyinggung masalah “kode ethik penerbang”, ia menjelaskan bahwa kode ethik untuk pilot dan nakhoda kapal laut berbeda. Untuk nakhoda berlaku dilarang meninggalkan kapal yang sedang mendapatkan kecelakaan (to abandon ship), sedangkan untuk kapal terbang larangan itu tak ada.
Penjelasan itu diberikan sehubungan dengan adanya semacam tuduhan bahwa kapten Ahmad Anwar telah melakukan “desersi” (dalam hal ini meninggalkan pesawat dan para korban).
“Beri dulu kesempatan kepada semua untuk mengendapkan perasaannya, biar mereka tenang kembali, pengalaman itu pahit bung. Pengalaman itu luar biasa, ..”, katanya.
Ia mengatakan untuk memberikan penilaian masih ”too premature” (terlalu awal). “Kita tak tahu kondisi waktu itu…”katanya lebih lanjut.
Tak Ada Keluhan
Menteri Emil Salim mengatakan bahwa tidak ada keluhan dari kepala2 kampung mengenai hilangnya warga mereka karena turut mencari para korban tersebut. Beberapa hari yang lalu dilaporkan beberapa orang penduduk asli telah tersesat.
Ia mengingatkan bahwa yang dimaksud penduduk asli disini adalah para transmigran, jadi mereka juga tidak ahli dalam turun naik gunung.
Menurut Emil Salim, uang Bank Dagang Negara yang berjumlah Rp 50 juta telah diketemukan dan sudah diserahkan kepada cabang BDN Toli2. Juga telah diketemukan kantong pos serta dokumen2 lainnya.
Mengenai ganti rugi untuk para korban, ia menerangkan, ganti rugi akan diberikan sesuai dengan ketentuan yang ada, yakni berdasarkan ketentuan asuransi.
Tentang sebab2 kecelakaan, Emil Salim mengatakan bahwa sebuah team yang terdiri dari petugas ditjen perhubungan udara dan MNA telah dibentuk. Team itu kini sedang mengumpulkan bahan2 termasuk kepingan2 pesawat, diantaranya desk board, untuk kemudian diteliti dengan tujuan akhir mengetahui sebab2 kecelakaan. (DTS)
Sumber : ANTARA ( 17/04/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 564-567.