PRESIDEN KUNJUNGI DESA TRANSMIGRASI SUKAMAJU DAN TANA TORAJA

HM Soeharto dalam berita

PRESIDEN KUNJUNGI DESA TRANSMIGRASI SUKAMAJU DAN TANA TORAJA [1]

 

Ujungpandang, Antara

Presiden Soeharto Kamis siang mengatakan di Sukamaju, Kabupaten Luwu (Sulsel), jika kita terlambat melaksanakan transmigrasi berarti bencana bagi rakyat Indonesia, terutama yang berada di Pulau Jawa.

Presiden mengatakan, pulau Jawa yang paling kecil diantara lima pulau besar di Indonesia berjubel oleh penduduk yang meliputi 65 persen dari rakyat Indonesia yang berjumlah 135 juta. Ini sudah sangat padat.

Presiden mengemukakan hal itu ketika berada di tengah2 rakyat di desa transmigrasi Sukamaju, dalam rangkaian acara kunjungan kerja di daerah Sulsel.

Presiden mengatakan, di pulau2 besar lainnya yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya penduduknya masih jarang. Ini berarti kita tidak berterima kasih akan rakhmat Tuhan yang disebarkannya merata di seluruh Indonesia.

Kekayaan alam itu harus diolah untuk meningkatkan kemakmuran bangsa, tapi karena di pulau2 lainnya itu kekurangan tenaga kerja, maka kekayaan alam itu tak dapat kita olah dan kita manfaatkan.

Oleh karena itu perlu diadakan transmigrasi supaya kekayaan alam itu bermanfaat bagi bangsa Indonesia seluruhnya, baik yang datang maupun yang menetap di sana.

Presiden mengemukakan bahwa biaya transmigrasi bukan kecil. Rata2 biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk setiap KK. berkisar Rp. 800.000 dan jika dihitung biaya lainnya seperti sarana2 dan sebagainya mencapai satu juta  rupiah. Kepada para transmigran Presiden berseru agar bekerja sebaik2nya supaya biaya yang dikeluarkan itu memberikan hasil yang sepadan bagi kepentingan mereka juga.

Presiden beserta nyonya Tien Soeharto dan rombongan tiba di desa transmigrasi Sukamaju di kecamatan Bone-Bone itu dengan dua helikopter dari Soroako setelah meresmikan pabrik pengolahan nikel Inco.

Ketika turun dari helikopter, Presiden dikalungi bunga oleh Leila Aziza (14 tahun) dan Nyonya Tien Soeharto menerima karangan bunga dari Amran (12 tahun), masing2 puteri dan putera Bupati KDH Kabupaten Luwu Drs. Samad Suhaib.

Di desa transmigrasi Sukamaju Presiden dan rombongan telah mengadakan peninjauan keliling diperkebunan cengkeh yang diusahakan oleh transmigran.

Presiden berdialog dengan para petani, dengan cara khas Pak Harto, santai, humor dan ramah.

Gelar Adat Tertinggi

Sore itu Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Tana Toraja. Pesawat helicopter yang membawa Presiden dan rombongan mendarat di Enrekang, Kabupaten Tetangga dan dari sana Presiden dan rombongan dengan mobil menuju Makale, Ibukota Kabupaten Tana Toraja yang jaraknya 74 Km.

Di Makale Kamis malam Presiden menerima gelar:

“Kambulu Katayungana Matariallo Taddunga Malelena Sang Torayah”

uatu gelar adat tertinggi di Tana Toraja yang berarti pemimpin, pembimbingan, dan pelindung rakyat bumi dan adat Tana Toraja.

Pemberian gelar itu berdasarkan keputusan DPRD Dati II Tana Toraja, dan diserahkan dalam suatu upacara adat yang meriah dihadapan para pemangku adat, pemuka2 masyarakat dan rakyat yang memenuhi halaman kantor Pemda Kabupaten Tana Toraja.

Ketua pemangku2 adat didampingi kepala2 adat mengikatkan pedang perang di pinggang pak Harto dalam upacara yang disebut “Patacini” yang dilanjutkan dengan taburan kembang yang disebut “Dipasakei”.

Malam upacara itu diramaikan dengan pertunjukan kesenian Tana Toraja. Dalam kunjungan ke Tana Toraja ini, Presiden beserta Ny. Tien dan rombongan akan menyaksikan pusat2 pariwisata dan obyek2, seperti perkampungan tua tradisionil, kuburan di gua2 dan sebagainya.

Presiden dan rombongan kembali ke Ujungpandang Jum’at siang untuk meninjau pabrik kertas Gowa dan kampus SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) berikut pusat latihan pertaniannya.

Menurut rencana Presiden dan Ny. Tien Soeharto beserta rombongan kembali ke Jakarta Jum’ at sore.  (DTS)

Sumber : ANTARA (31/04/1977)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 599-600.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.