KORBAN BENCANA ALAM JANGAN SAMPAI KENA PUNGLI [1]
Jakarta, Berita Yudha
Wakil Presiden Hamengkubuwono minta lebih ditingkatkannya pengawasan agar bantuan bagi para korban bencana kurang pangan Karawang dapat benar2 sampai ke tangan mereka yang membutuhkan.
Kepada Menteri Nakertranspko Prof. Dr. Subroto di Istana Merdeka Selatan kemarin, Hamengkubuwono lebih lanjut menyatakan agar penduduk yang ambil bagian dalam proyek padat karya yang dilaksanakan di daerah itu juga jangan sampai menjadi korban pungutan liar.
Selesai diterima Wakil Presiden, kepada pers Subroto yang juga duduk sebagai Ketua Team Penanggulangan Korban Bencana Kurang Pangan menyatakan, pola dan paket penanggulangan korban bencana kurang pangan Karawang akan diterapkan di daerah2 lain yang terkena bencana seperti itu.
Selain Karawang juga ada daerah2 lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat yang terlanda kurang pangan akibat musim kering panjang yang melanda. Laporan2 dari daerah tersebut terus mengalir ke pusat.
Dikatakan, selain musim kering panjang, penurunan produksi padi dan palawija sampai 20 persen atau lebih dari tahun yang sudahjuga mernpakan indikasi adanya kekurangan pangan yang perlu ditanggulangi.
Subroto menyebut sistem monitoring persediaan pangan terus disempurnakan hingga bahaya kurang pangan sudah dapat diketahui pada gejala awalnya.
Lima Langkah
Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional awal bulan ini menetapkan lima langkah yang diambil Pemerintah dalam menanggulangi korban bencana kekurangan pangan di daerah Karawang.
Kepada penduduk yang benar2 sudah tidak mampu Pemerintah menyediakan bantuan cuma2 berupa beras 250 gram per penduduk per hari. Di daerah tersebut tersedia 250 ton beras untuk penduduk tidak mampu di kecamatan2 Pedesaan Rawamerta, Cilamaya, Batujaya, Klari dan Jatisari. Bantuan beras tersebut diberikan untuk jangka satu bulan, karena diharapkan mulai awal Nopember nanti penduduk sudah dapat ambil bagian dalam proyek2 padat karya yang dilaksanakan disana.
“Kalau 250 ton juga belum cukup, Depsos di Jabar juga punya persediaan untuk membantunya”, tambahnya.
Bank Pangan daerah Karawang didirikan guna membantu petani2 yang membutuhkan. Lumbung2 paceklik didirikan yang memberikan pinjaman kepada petani pada musim2 kurang pangan. Mereka mengembalikan pinjaman itu secara mengangsur pada musim panas nanti. Untuk Bank Pangan ini. Pemerintah menyediakan 900 ton beras dan 100 ton jagung sebagai modalnya.
Pemerintah juga menyediakan bibit2 padi dan palawija sebagai pinjaman yang akan diberikan pada saat memasuki masa tanam. Selain bibit padi varitas unggul tahan wereng, kepada petani juga diberikan pinjaman bibit palawija terutama jagung, kacang2an, sorgum, dll.
Proyek2 padat karya yang akan dilaksanakan di daerah itu, kata Subroto lebih lanjut akan mendapat menyerap sekitar 10.000 penduduk dengan pendapatan Rp. 200,- per-jiwa per hari.
Proyek2 padat karya itu meliputi pembuatan saluran sekunder di Pedes, Rawamerta dan Batujaya, proyek pembuatan saluran tersier 861.000 meter kubik dan proyek pembuatan saluran drainase 160.000 meter kubik. Kedua proyek tersebut mampu menyerap 7.000 dan 1.500 tenaga kerja.
Pemberian kredit kecil “Candak Kulak” juga dilaksanakan di daerah itu. Saat ini 3 BUUD (2 di Jatisari dan 1 BUUD di Cilamaya) telah menyalurkan kredit kecil tersebut. Kini sedang disiapkan lima BUUD lagi di Rawamerta, Batujaya, Pedes, Klari dan Rengasdengklok. Tenaga2 pelaksananya sedang dididik untuk kemudian mulai aktif menyalurkan kreditnya 1 Nopember mendatang.
Tetap Ikut
Tentang kredit Bimas/Inmas yang dibebaskan pengembaliannya karena peminjamnya gagal panen (puso) Subroto menjelaskan bahwa jumlahnya mencapai Rp. 35 juta lebih. Disamping itu juga ada kredit Bimas/Inmas sebesar Rp. 383,5 juta yang telah dibayar oleh petani peminjam, tetapi nyangkut di pihak ketiga.
Pemerintah memberi kesempatan kepada petani2 kelompok tersebut untuk ikut kembali dalam program Bimas/Inmas 77178, katanya.
Kepada para petani, Subroto menganjurkan untuk memperluas usaha taninya tidak hanya menanam padi, tetapi juga menanam palawija dan tanaman pangan lainnya. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu terjadi tanaman padi mereka gagal, sudah tersedia makanan pengganti yang lain. (DTS)
Sumber: BERITA YUDHA (18/10/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 604-605.