PRESIDEN : "UANG SAKU SAYA HABIS…….."
"Uang saku saya habis …..", demikian kata Presiden sambil tertawa riang setelah ia membeli dua lembar kain tenunan asli dan 10 kalung perak hasil kerajinan rakyat Kecamatan Maliana, Kabupaten Bobonaro, Timor Timur, Senin siang, untuk Ny. Tien Soeharto.
Kepala Negara mengeluarkan sendiri uang dari dalam dompetnya untuk membayar hasil kerajinan rakyat yang dibeli oleh isterinya.
Barang2 kerajinan rakyat itu dipasarkan oleh para pengrajin di bawah pohon, beberapa meter dari tempat upacara peringatan. HUT-II integrasi Timor Timur di Maliana Kepala Negara dan Ny. Tien Soeharto sangat menaruh perhatian kepada hasil2 kerajinan rakyat itu.
Tanpa segan2, Presiden dan Ny. Tien Soeharto berjongkok, meraba2 barang2 itu sambil menanyakan cara membuat dan berapa harganya.
"Sepuluh ribu rupiah, per lembar," demikian jawab gadis penjual tenun itu. Segera Ny. Tien membungkuk dan mengambil dua lembar.
Selesai membeli kain itu, Ny. Tien menuju ke tempat penjaja kalung dan menanyakan berapa harganya per buah, "tiga ribu rupiah satu", jawab penjualnya, segera Ibu Negara mengambil sepuluh kalung.
Halusnya kain tenun itu dan cermatnya pembuatan kerajinan perak itu telah menarik perhatian Presiden dan Ibu Tien.
Akrab dan Ramah
Sekalipun dimana2 Presiden mendapat sambutan hangat dan meriah, namun sambutan rakyat di Maliana, menurut pengamatan wartawan Antara adalah yang paling meriah.
Jumlah tarian adat yang disuguhkan dan jumlah penyambut di Maliana adalah yang paling besar. Alat2 musik tradisionil dipukul ber-talu2 diantara gema teriakan
"Hidup Bapak Presiden, Merdeka".
Pastor Santara Perera, yang telah bertugas di Maliana selama 30 tahun, atas pertanyaan mengatakan bahwa meriahnya suasana penyambutan itu mungkin disebabkan daerah kabupaten Bobonaro sejak dulu adalah basis Apodheti dan UDT.
Menurut Pastur Perera, hanya ada satu dua orang saja pengikut Fretilin didaerah itu, sebelum Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia dua tahun yang lalu.
Pastur ini, atas pertanyaan, mengatakan bahwa kehidupan rakyat Maliana bertambah baik secara bertahap sejak integrasi itu.
Disebutkannya jumlah sekolah bertambah banyak sejak integrasi. Penguasaan bahasa Indonesia di daerah itu dinilainya juga yang paling cepat, terutama di kalangan anak2.
Diakuinya, daerah Bobonaro adalah daerah yang paling aman di Timor Timur dalam masa pergolakan sebelum integrasi.
Sebelum meninggalkan tempat upacara itu, Presiden dan Nyonya Tien menerima tanda kenang2an dari rakyat setempat berupa sebilah pedang dan selembar kain tenunan asli. Presiden mengeluarkan pedang itu di hadapan rakyat yang segera menyambutnya dengan tepuk tangan yang gemuruh.
Presiden dan Nyonya Tien sebelum turun dari podium mengajak rakyat memekikkan salam nasional.
"Merdeka, Merdeka ….". (DTS)
Dili, Antara
Sumber: ANTARA (18/07/1978)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 801-802.