AKAN BAHAS MASALAH BILATERAL DAN REGIONAL:
PERTEMUAN SOEHARTO-FRASER JUMAT DI BALI
Presiden Soeharto bersiap-siap mengadakan pembicaraan “empat mata” dengan Perdana Menteri Australia, Malcom Fraser hari Jum’ at depan di Pertamina Cottage, Bali, setelah Selasa mengadakan pembicaraan serius lebih kurang 90 menit dengan Perdana Menteri Republik Korea, Choi Kyu Hah di Istana Merdeka.
Sekretaris Jendral PBB Kurt Waldheim, sesuai dengan acara kunjungannya ke berbagai negara Asia, Selasa petang tiba di Jakarta dan Rabu pagi ini mengadakan pembicaraan “empat mata” untuk membahas berbagai masalah yang berkembang dewasa ini.
Menteri Sekretaris Negara Soedharmono menyatakan, pertemuan antara Presiden Soeharto dengan P.M. Fraser dalam rangka membahas hubungan bilateral, masalah regional dan Internasional.
Soedharmono membantah adanya hal-hal yang mendesak antara Indonesia dengan Australia yang perlu dibicarakan dengan segera.
”Tidak ada hal-hal yang mendesak”, katanya, “hal ini merupakan kebiasaan untuk mengadakan pertemuan yang harus terus dibina.”
Dikatakan, tak ada sesuatu agenda pembicaraan yang akan dilakukan oleh kedua kepala pemerintahan itu. Namun atas desakan para wartawan, Menteri Sudharmono mengemukakan bahwa kemungkinan akan disinggung dalam pembicaraan tersebut, misalnya menyangkut masalah Indocina, termasuk soal-soal pengungsi Vietnam.
Menurut rencana, Fraser akan tiba di lapangan terbang Ngurah Rai Bali pada Jum’at siang langsung dari Manila setelah dia menghadiri konferensi UNCTAD. Dia akan disambut langsung oleh Presiden Soeharto.
Kedua pimpinan pemerintahan itu akan menginap satu malam di Pertamina Cottage.
Dengan P.M. Korea
Tidak ada sesuatu keterangan resmi seusai pertemuan antara Presiden Soeharto dengan P.M. Republik Korea, Choi Kyu Hah. Puluhan wartawan yang berusaha mendekati P.M. Choi juga tak berhasil mengajukan sesuatu pertanyaan karena dihalang-halangi oleh para petugas.
‘Tunggu saja pernyataan pers yang nanti akan dikeluarkan,” begitu kata Menteri Sekneg Sudharmono kepada para wartawan.
Menteri Sudharmono yang biasanya tak pemah menolak pertanyaan pers pada kesempatan itu juga hanya senyum-senyum dan tak bersedia mengemukakan masalahmasalah yang menjadi topik pembicaraan kedua pemimpin tersebut.
“Itu pertemuan empat mata, tak ada orang lain yang mendengar,” katanya.
Menlu a.i. Panggabean juga tak bersedia memberikan sesuatu penjelasan. Atas pertanyaan pers dia mengemukakan bahwa soal penyatuan Korea mungkin tidak disinggung-singgung dalam pertemuan itu.
“Tapi kalau memang ada perdamaian disana, tentu kita gembira,” katanya.
Tentang soal penyatuan Korea, Panggabean hanya mengatakan bahwa biarlah masalah itu diselesaikan oleh rakyat Korea sendiri.
Ditanya mengenai kemungkinan disinggungnya dalam pembicaraan menyangkut keikutsertaan Republik Korea dalam pembangunan penyulingan minyak berat di Dumai oleh Panggabean dikatakan bahwa hal itu juga belum diketahuinya.
“Lihat saja nanti dalam keterangan pers bersamanya,” ucap Panggabean.
Menteri Pertambangan dan Energi Subroto yang tampak hadir di Istana Merdeka tidak pula bersedia memberikan sesuatu penjelasan tentang masalah-masalah yang menjadi pembicaraan Presiden Soeharto dan P.M. Choi. Namun Subroto tidak membantah kemungkinan disinggungnya masalah pembangunan penyulingan minyak berat (hydrocracker) oleh pihak Korea di Dumai.
Seperti rekan-rekannya yang lain, Subrotojuga hanya mengatakan: “tunggu saja pernyataan nanti.”
Presiden Soeharto dalam pertemuan tersebut memberikan tanda mata kepada P.M. Choi berupa patung Garuda dari Bali. Sedangkan P.M. Choi menyerahkan tanda mata berupa kotak terbuat dari kayu hitam berukir dengan hiasan kulit kerang.
Selasa siang P.M. Choi juga telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Perindustrian Suhud dan Menteri PU Pumomosidi.
Selasa sore P.M. Choi dan rombongan berkunjung ke Balai Kota DKI Jaya dan diterima oleh Gubernur Tjokropranolo. Menurut rencana, Rabu ini P.M. Choi berkunjung ke Taman Mini Indonesia lndah dan Kebun Raya Bogar.
Acara Waldheim
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Kurt Waldheim beserta nyonya, Selasa malamjam 20.00 WIB tiba di airport Halim Perdanakusuma untuk memulai kunjungan resminya selama empat hari di Indonesia. Kedatangannya disambut oleh Menteri Luar Negeri ad interim, M. Panggabean dan sejumlah pejabat tinggi pemerintahan.
Termasuk dalam rombongan Sekretaris Jenderal PBB itu: Rafeeuddin Alnned, Wakil Sekjen: Johan B.P. Maramis, Sekertaris Eksekutip ESCAP: Ferdinand Mayhofer Grunbuhel, Wakil Direktur pada kantor Eksekutip Sekjen: Francois Guiliani, Juru Bicara Sekjen: John Hrusovsky, Asisten Pribadi Urusan Administratip: Neil P. Breen, Pembantu Khusus, serta Dietlinde Michor, Sekretaris Kurt Waldheim.
Menurut program acara, Rabu ini Sekjen PBB itu melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden Adam Malik dan mengadakan pembicaraan selama satu jam. Kemudian dia juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto dilanjutkan pembicaraan empat mata dan saling tukar menukar tanda mata. Siang harinya diteruskan dengan pembicaraan bersama Menlu a.i. Panggabean di Deparlu.
Sekjen PBB tersebut menurut rencana akan meninjau klinik-klinik keluarga berencana di kampung-kampung sekitar Jakarta.
Sedangkan nyonya Kurt Waldheim mempunyai acara tersendiri yakni mengunjungi TMII dan rumah batik Iwan Tirta. Khusus untuk acara istri sekjen PBB itu disajikan pertunjukan tradisional dari “14 nagari,” bertempat di Caping Gunung Restaurant.
Kamis
Hari ketiganya di Indonesia, Sekjen PBB beserta istri dan rombongan berangkat menuju Bali dengan pesawat khusus dari Lanuma Halim Perdanakusuma. Selama di Bali tamu negara itu akan dijamu oleh Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra, serta disuguhi pertunjukan tari kecak dan pertunjukan kebudayaan lainnya.
Jum’ at 11 Mei, Sekjen PBB beserta istri dan anggota rombongannya meninggalkan Jakarta menuju Kuala Lumpur. Sebelumnya dia akan mengadakan konperensi pers di Halim Perdanakusuma.
Sekjen PBB, Kurt Waldheim, datang ke Indonesia dalam rangkaian kunjungannya ke negara-negara Asia Tenggara dan Indocina, mengemban missi PBB untuk membantu meredakan situasi di kawasan Indocina yang dirasakan semakin meningkat. Masalah pengungsi Vietnam juga menjadi perhatiannya. (DTS)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber: MERDEKA (09/05/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 61-63.