PERTEMUAN BALI BERMANFAAT DAN KONSTRUKTIF
Penentuan batas landas kontinen antara Indonesia-Australia di perairan selatan Timor dan penyatuan kembali keluarga Timor-Timur di Australia akan dapat diselesaikan dengan baik. “Kedua pihak akan puas !” kata Perdana Menteri Australia Malcolm Fraser menjawab pertanyaan wartawan dalam pertemuan persnya di Pertamina Cottages Bali Sabtu siang.
Pembicaraan mengenai batas landas antara pejabat2 kedua negara akan diadakan dalam waktu singkat. Mengenai keluarga Timor Timur yang ada di Australia, Fraser tidak menyebutkan angka pastinya.
“Tidak begitu banyak jumlahnya!” katanya.
Pembicaraan antara Fraser dengan Presiden Soeharto yang berlangsung dua babak, dinilai olehnya secara keseluruhan sebagai sangat bermanfaat dan konstruktif. Kedua pemimpin negara yang bertetangga dekat itu membicarakan berbagai masalah yang menyangkut hubungan timbal balik masalah2 regional dan internasional.
Tentang anti-Indonesia di Australia sebagai akibat integrasi Timor Timur ke wilayah Rl, Fraser secara tegas mengatakan pada dasarnya mayoritas rakyat Australia mempunyai perasaan persahabatan yang hangat dengan rakyat Indonesia sejak lama. Ia membenarkan, Australia memang merencanakan untukmemberikan bantuan keuangan bagi pembangunan diTimor-Timur, tetapi masalah itu tidak dibicarakan secara khusus dalam pertemuannya dengan Presiden Soeharto.
Pengawetan Air
Indonesia dan Australia kata Fraser akan meningkatkan kerjasama timbal balik yang telah ada sekarang, diantaranya kerjasama dibidang pengawetan air. Commonwealth Science International Research akan menangani proyek kerjasama kedua negara tersebut.
Tentang penerbangan tarif murah Australia-Inggeris yang diprotes negara2 ASEAN, PM Australia menjelaskan Menteri2 Ekonomi ASEAN dan Australia akan bertemu kembali Juni mendatang di Manila, untuk menyongsong kompromi yang dicapai dalam pertemuan Kuala Lumpur.
Fraser menilai sangat konstruktif usaha Indonesia yang menyediakan pulau sebagai pusat pemrosesan pengungsi Indocina. Ia akan membicarakan masalah itu dengan stafnya minggu depan, di Australia untuk melihat berapa besar sumbangan yang bisa diberikan untuk mewujudkan tawaran Indonesia itu.
Ia membenarkan, Australia mempunyai kewajiban yang besar mengenai masalah pengungsi Indocina ini, Ia juga menyebutkan masalah itu juga menjadi kewajiban negara2 maju lainnya.
Tentang kemelut di lndocina, Fraser melihat hal itu sebagai memprihatinkan. Ia tidak melihat penyelesaian pertikaian Peking-Hanoi bisa dalam waktu dekat secara gampang. Tetapi ia sependapat perlunya pertikaian tersebut diselesaikan melalui perundingan.
“Persoalan Kamboja jauh lebih rumit dibanding persoalan Peking Hanoi!” katanya.
Masalah lain yang dibicarakan Fraser dalam dua kali pertemuannya itu adalah hasil2 konferensi UNCTAD ke V di Manila. Ia sampai pada kesimpulan, gagasan untuk menstabilkan harga komoditi akan bisa diwujudkan.
Fraser menunda kepulangannya ke Australia, dan beristirahat di Bali sampai Minggu pagi. Dalam kunjungan persinggahannya itu, Fraser sempat mengunjungi pameran koleksi benda2 budaya milik keluarga Australia di Sanur dan menyaksikan pertunjukan kesenian dalam jamuan untuk menghormati kedatangannya.
Sementara itu, dalam keterangan terpisah setelah mendapat penjelasan dari Presiden, Menteri Sekretaris Negara Sudharmono mengatakan, PM Fraser mengundang Presiden Soeharto untuk mengunjungi Australia. Prinsipnya Presiden bersedia, hanya waktunya belum dapat dipastikan.
Sudharmono tidak bersedia mengatakan apakah ada bantuan militer baru dari Australia untuk Indonesia, ketika seorang wartawan menanyakan mengenai masalah tersebut. (DTS)
…
Denpasar, Berita Yudha
Sumber: BERITA YUDHA (14/05/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 64-65.