JEPANG BERI PINJAMAN US $ 150 JUTA UNTUK
PERMINYAKAN INDONESIA
Ohira: Politik Jepang terhadap RI dan ASEAN Tetap konsekwen
Pemerintah Jepang menyetujui untuk memberikan pinjaman berbunga (Loan) sebesar 150 juta dollar AS kepada Pemerintah Indonesia untuk pengembangan perminyakan di Indonesia. Demikian dilaporkan dari Tokyo oleh wartawan ‘Kompas’ Sumohadi.
Ini merupakan salah satu dari beberapa masalah yang diputuskan dalam pembicaraan tahap pertama antara Presiden Soeharto dengan PM Masayoshi Ohira di Tokyo, Kamis siang kemarin.
Menurut Mensesneg Sudharmono, tahap terakhir persetujuan pinjaman itu akan dituangkan dalam suatu peJjanjian yang untuk Indonesia akan ditandatangani oleh Dirut Pertamina Piet Haryono, Jumat pagi ini.
Tentang pinjaman untuk pembangunan pabrik pupuk urea di Aceh, Sudharmono mengatakan, biayanya memang sekitar 300 sampai 400 juta dollar, tetapi Indonesia menghendaki pihak Jepang juga membiayai operasinya. Dan ini merupakan salah satu proyek ASEAN yang seluruh pembiayaannya meliputi jumlah satu milyar dollar.
Jepang sudah pernah menyatakan kesediaannya menyediakan dana pinjaman seperti dikatakan oleh bekas PM Fukuda di Kuala Lumpur 1977.
“Yang sekarang sedang dirundingkan adalah agar pinjaman itu seratus persen lunak dan tidak hanya 50 persen seperti dikehendaki Jepang,” kata Sudharmono.
Proyek pupuk urea ASEAN merupakan usaha patungan antara negara-negara ASEAN, dalam mana Indonesia memperoleh saham terbesar, yaitu 60 persen, Muangthai, Malaysia dan Filipina masing-masing 13 persen; dan Singapura satu persen.
Hasil lain yang disepakati dalam pertemuan lebih dari dua jam di kediaman resmi PM Ohira kemarin adalah disetujuinya bantuan beras sebesar 200.000 ton dalam bentuk kredit, yang menurut Dubes Witono, “dengan harga yang lumayan.”
Jepang selama ini memang memberikan bantuan pangan kepada Indonesia dengan cara membeli dari negara-negara penghasil beras seperti Muangthai. Disamping itu, juga dari kelebihan produksi Jepang sendiri.
Tapi menurut Sudharmono, jumlah itu mungkin masih akan ditingkatkan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan paceklik.
“Dan harus diingat, beras impor ini untuk stok,” katanya.
Sudharmono mengingatkan pula, bahwa dulu (1969) produksi beras kita hanya 10 juta ton setahun, sedangkan kini (1978) sudah menjadi 17,2 juta ton, yang berarti terdapat kenalkan 72 persen.
“Tapi karena Jumlah penduduk Indonesia juga bertambah banyak, maka terpaksa kita memang masih harus mengimpor beras,” tambahnya.
Terima Wawasan Nusantara
Hasil penting lain dari pertemuan puncak pertama kemarin adalah penegasan Pemerintah Jepang, bahwa mereka menerima konsep Wawasan Nusantara.
Sudharmono mengakui, keputusan itu merupakan langkah yang sangat penting dan maju, sebab meskipun belum resmi, tapi berarti secara de facto Jepang sudah mengakui prinsip wawasan nusantara itu. Dan istimewanya lagi, kata Sudharmono, persetujuan seperti itu hanya dilakukan Jepang terhadap Indonesia.
Tapi diakuinya juga. bahwa Jepang bukan tidak mengharapkan imbalan dari persetujuan tersebut, antara-lain berhubungan dengan armada tanker minyaknya yang cukup besar.
Dalam masalah perikanan, nampaknya Jepang juga tidak menjadi kurang diuntungkan, meskipun dulu mereka bebas mengeruk ikan dari laut-laut Indonesia. Untuk ajakan Indonesia bagi pendirian suatu perusahaan patungan misalnya, mereka masih menolak dengan alasan menyulitkan nelayan-nelayan tradisional Jepang.
“Sekarang masih dirundingkan,” kata Sudharmono.
Mengenai masalah pengungsi Indocina, Sudharmono mengatakan Jepang memang telah memberikan perhatian, bahkan menyatakan niatnya untuk memberikan bantuan, tapi konkritnya belum dibicarakan.
Titipan dari ASEAN
Untuk pertemuan puncak diTokyo akhir Juni antar tujuh negara industri Barat dan Jepang, pihak Indonesia dalam pertemuan dengan PM Ohira kemarin menitipkan pesan, agar Jepang ikut memanfaatkannya demi kepentingan negara Asia lainnya, khususnya ASEAN.
Sudharmono mengingatkan pada akhir keterangannya, bahwa keberhasilan dari kunjungan Presiden Soeharto kali ini, harus lebih dinilai dari segi “lebih dipahaminya pendirian kedua pihak dan makin eratnya suasana persahabatan.”
Terbukti, katanya, pihak kepala pemerintahan Jepang menjadi memaklumi semua masalah yang dihadapi Indonesia setelah dijelaskan sendiri oleh Presiden Soeharto. Karena itu langkah yang sama juga dilakukan terhadap para pengusaha.
Selesai pertemuan puncak pertama dengan PM Ohira Kamis siang kemarin, Presiden memang menerima kunjungan kehormatan KetuaKeidanren (Kadin-nya Jepang) Toshio Doko. dan kemudian bertemu dengan pimpinan enam organisasi ekonomi anggauta Keidanren dalam jamuan makan slang yang mereka selenggarakan.
Ada Pernyataan Bersama
Presiden kemudian juga menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertanian M. Watanabe, dan bekas Menteri MITI Toshio Komoto, dan malamnya dijamu makan malam oleh PM Ohira.
Jumat pagi ini, kedua kepala pemerintah itu akan bertemu kembali dalam pertemuan puncak kedua, dan pada hari kunjungan kerja terakhir Sabtu besok, keduanya akan menandatangani sebuah pernyataan bersama.
Sementara itu Ny. Tien Soeharto disertai istri ketiga Menteri (Menko Polkam, Menko Ekuin dan Mensesneg), Kamis pagi dan siang kemarin juga mengadakan acara terpisah, antara lain meninjau SRIT (Sekolah Republik Indonesia Tokyo), meninjau kebun cactus di Shinjuku, kebun bonsai di Istana Kaisar dan dijamu makan siang oleh istri Menlu Sonoda.
Jumat pagi ini, menurut rencana Ny. Tien Soeharto dan rombongannya akan menyaksikan peragaan pakaian-pakaian kimono.
Jamuan Makan PM
PM Ohira menyatakan rasa hormat setinggi-tingginya terhadap kenyataan, bahwa dibawah pimpinan Presiden Soeharto, Indonesia secara mantap meneruskan pembangunan ekonomi dan melaksanakan diplomasi damai yang aktif, dengan memperkokoh solidaritas ASEAN, perdamaian ASEAN dan pemecahan masalah Utara-Selatan secara luas, dengan tidak mengejar keuntungan bagi diri sendiri.
Hal itu dikatakan Ohira dalam jamuan makan Kamis malam. “Pada kesempatan ini, saya ingin menekankan bahwa politik Jepang terhadap Indonesia maupun Asteng tetap konsekuen, dan malah akan ditingkatkan antara lain dengan mempererat hubungan dengan Indonesia, mementingkan ASEAN dan menangani masalah UtaraSelatan secara positif.”
“Yang saya tekankan sebagai kebijaksanaan konkrit sejak saya menjabat sebagai PM. adalah meningkatkan kerjasama dalam pembinaan manusia di negara-negara sedang berkembang. “Pembangunan sosial hanya betul-betul berfaedah, jika watak manusia yang mempergunakan peradaban terlebih dulu dibina,” kata PM Ohira.
Jamuan Keindanren
Sementara itu dalam pidato jamuan makan siang kemarin, Ketua Keindanren Toshio Doko mengucapkan selamat untuk ulang tahun Presiden tanggal 8 Juni ini, dan mendoakan kesehatannya tetap baik seperti pada masa-masa lalu.
Ia kemudian menyinggung keadaan Asia yang ”tidak bisa diduga” (unpredicatabie) dan “ketidakpastian” (uncertanties) di Indocina. Ia mengharapkan Presiden Soeharto sebagai pemimpin ASEAN dapat lebih banyak berbuat demi keamanan regional.
Diungkapkan pula dalam tahun 1980-an dunia akan makin diharapkan dengan tantangan yang lebih berat dan baru, terutama krisis energi dan masalah jurang Utara Selatan.
Indonesia menurut Doko, dengan kekayaan sumber-sumber energinya berada dalam posisi untuk bisa mengatasi krisis energi itu. Sambil mengingatkan jasa Indonesia ketika Jepang krisis minyak tahun 1973, ia mengharapkan kinipun Indonesia dapat membantu suplai energi ke Jepang.
Presiden Soeharto dalam balasannya menegaskan, bahwa kesempatan dan kemungkinan untuk melanjutkan dan meningkatkan partisipasi Jepang dalam mensukseskan usaha pembangunan di Indonesia masih terbuka luas.
Dikatakan, Indonesia dan Jepang merupakan pasangan yang cocok, karena Indonesia memiliki sumber alam dan tenaga kerja. Juga pasar yang melimpah serta keadaan yang stabil dinamis, sementara Jepang memiliki kemampuan ekonomi, modal dan teknologi.
Menurut Presiden, dalam melaksanakan pembangunan ekonomi yang merupakan prioritas pertama, segala kekuatan ekonomi dan kemampuan dalam negeri sendiri telah dan akan terus dikerahkan. Namun demikian, seperti halnya negara-negara yang sedang membangun lainnya, Indonesia masih juga terbelenggu oleh keterbatasan modal, teknologi dan ketrampilan.
Karena itu, Indonesia memandang perlu bantuan dan kerjasama dengan pihak luar, dan percaya bahwa masuknya modal swasta asing dapat mempercepat mengalirnya modal, teknologi dan ketrampilan yang sangat dibutuhkan negara ini. Demikian Presiden.
Menyinggung beberapa kebijaksanaan di bidang moneter, perpajakan dan lainlain akhir-akhir ini, ia mengatakan itu semua merupakan langkah guna menggairahkan produksi dan merangsang penanaman modal baik dari luar maupun dalam negeri.
“Adalah wajar apabila kami meminta kesediaan penanam modal asing untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tujuan-tujuan pembangunan kami, atau setidaknya membantu ke arah itu,” demikian Presiden. (DTS)
…
Tokyo, Kompas
Sumber : KOMPAS (08/06/79)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 86-90.