PRESIDEN SOEHARTO BICARA EMPAT MATA DENGAN PM NY. THATCHER
Puncak Pertemuan Indonesia – Inggris
Masalah Ekonomi Juga Mendapat Perhatian Luas
Presiden Soeharto dan PM Ny. Margaret Thatcher, Selasa siang mengadakan pembicaraan empat mata di Downing Street No.10, tempat kediaman resmi dan kantor PM lnggris. Acara ini merupakan puncak pertemuan dengan pihak Pemerintah Inggris, ditengah-tengah segala acara dan upacara seremonial resmi yang diselenggarakan Sri Ratu.
Sebelumnya pada Selasa sore, Presiden telah menerima Menlu Lord Carrington di Istana Buckingham, yang merupakan awal pembicaraan antara kedua pemerintah. Setelah pembicaraan empat mata, Presiden disertai Menteri Ekuin Widjojo, Menlu Mochtar dan Mensesneg Sudharmono serta beberapa pejabat lainnya, melanjutkan pembicaraan dengan rekan-rekan mereka dari Kabinet PM Thatcher, antara lain Menlu Carrington, Menkeu Sir Geoffrey Howe, Wakil Menteri Pertahanan dan sejumlah pejabat teras lainnya.
Keterangan resmi mengenai hasil pembicaraan belum diperoleh. Tapi pembicaraan lebih detail dan teknis, sore harinya dilakukan ketika Presiden berturut-turut menerima Menperdag John Mott dan Menteri Energi David Howell di Buckingham.
Tak ada Problem
Kalangan delegasi RI mengatakan, hubungan politik antara kedua negara tak ada problim, bahkan sekarang ini tingkat hubungan sangat baik. Pihak Inggris dalam pertemuan itu menjelaskan perkembangan proses perundingan tentang Zimbabwe Rhodesia, serta ingin mendengar langsung penilaian Indonesia mengenai konflik lndocina dan Kamboja pada khususnya.
Dalam soal itu, Inggris tampaknya lebih banyak menekankan soal perikemanusiaan, sementara Indonesia dan ASEAN mengutamakan penyelesaian konfliknya.
"Sebab soalperikemanusiaan tidaklah lepas dari konfliknya," kata seorang pejabat RI. Kedua pihak diduga juga membicarakan resolusi ASEAN di PBB tentang soal Kamboja. Dukungan Inggris dapat dipastikan.
Timtim
Mengenai masalah Timor Timur, pihak RI menjelaskan perkembangan yang terjadi, termasuk masalah ”kelaparan” yang akhir-akhir ini juga disiarkan pers lnggris. Misalnya pada harian The Guardian yang memuat tulisan wartawati Australia yang pro-Fretilin Jill Jolliffe, seolah-olah pihak RI sengaja melaparkan orang di Tim-tim guna menghabisi perlawanan Fretilin. Selain itu juga adanya organisasi-organisasi kecil kiri, antara lain yang menyebut diri ”tapol”, yang berusaha membangkitkan sentirnen soal Tim-tim terhadap Indonesia.
Dubes Saleh Basarah kepada "Kompas" menjelaskan, organisasi semacarn ini yang terdiri beberapa gelintir orang, adalah biasa di Inggris. Dikatakan, sebelumnya soal Timtim ini tak pernah muncul.
Tapi baru belakangan ini dengan adanya sejumlah wartawan Australia yang datang di London untuk mengkover perundingan Rhodesia, soal Timtim mereka munculkan. Juga adanya kampanye pemilihan Presiden di Portugis, yang diakukan sampai ke London segala.
Sikapresmi Inggris di PBB tentang soal Tim-tim selama ini adalah "abstain". Sebab selain merekaingin menyamakan diri dengan sikap negara-negara MEE lainnya, Inggris sendiri juga menghadapi persoalan dekolonisasi yang ingin dibereskannya dengan cara yang elegan. Yakni daerah Belize yang dituntut Guatemala, Gibraltar yang diingini Spanyol.
Brunai
Sedang mengenai masalah Brunai, RI menyambut baik usaha Inggris dalam menyiapkan kemerdekaan Brunai pada tahun 1983. Suatu sumber menyebutkan, Inggris senantiasa menghubungi negara-negara ASEAN dalam proses tersebut, antara lain agar mereka ikut "membesarkan hati" Brunai dalam menghadapi kemerdekaannya itu. Sehingga pada saatnya nanti, tak akan ada persoalan dan justru Brunai mau menjadi anggauta ASEAN.
"Dalam hal ini sebaiknya kita dan ASEAN tidak sampai menyulitkan usaha lnggris itu,” kata sumber itu.
Mengenai masalah energi, dikatakan Indonesia sebagai anggauta OPEC menganggap soal ini bukanlah sekedar masalah nasional masing-masing negara, tapi sudah menjadi masalah internasional.
Selain itu, kepada lnggris sebagai salah satu negara maju, dimintakan agar tidak ikut memecah negara-negara berkembang menjadi perantara antara yang produsen dan konsumen minyak.
Sebab cara itu akan menimbulkan kesan seolah tak ada solidaritas diantara negara berkembang, dan hal ini mungkin memang disengaja negara-negara industri untuk mengalihkan perhatian, agar dirinya sendiri tak disoroti.
Dalam pembicaraan menyangkut energi, diduga kemungkinan kerjasama teknologi pengusahaan minyak lepas pantai dibahas. Sebab Inggris punya pengalaman dan teknologi untukmengebor minyak di laut yang lebih dalam dari sumur-sumur lepas pantai Indonesia.
Hubungan Ekonomi
Selain politik, masalah hubungan ekonomi dan perdagangan memperoleh pula perhatian luas. Selain dibicarakan Presiden, juga Menteri Ekuin Widjojo Rabu pagi, mengadakan pembicaraan terpisah dengan Menperdag John Nott serta menerima para wakil dunia usaha di KBRI.
Menlu Mochtar juga menandatangani persetujuan hubungan udara dengan Wakil Menlu Peter Blaker, yang merubah persetujuan 1973 yang hanya mengatur rute Indonesia – Hongkong.
Kini dibuka ijin baru kedua pihak mengadakan hubungan penerbangan teratur Indonesia Inggris juga. Maskapai penerbangan Inggris, BOAC (kini British Airways) sampai awal tahun 1960-an terbang ke Jakarta dengan pesawat Comet.
Pembicaraan ekonomi diperkirakan menyangkut bilateral ASEAN – MEE dan hubungan negara industri dengan negara berkembang. Bilateral, akhir- akhir ini terjadi peningkatan tapi neracanya menguntungkan Inggris.
Misalnya tahun 1974 impor dari Inggris mencapai 44,6 juta Pound, tapi ekspor hanya 14,4 juta Pound idem tahun 1978, impor dari Inggris 83,3 juta Pound, sedang ekspor ke Inggris hanya 33,4 juta Pound.
Sehingga ekspor Indonesia harus lebih digalakkan dengan memanfaatkan sistem preferensi MEE/Inggris yang ada. Dapat dipastikan pihak Indonesia menghendaki agar fasilitas preferensi itu dikembangkan lagi oleh Inggirs untuk terbukanya pintu yang lebih lebar.
Dalam soal investasi, Indonesia menjelaskan kebijaksanaan penanaman modal yang lebih luwes, termasuk soal sekitar hak guna usaha perkebunan dan pertanian untuk investasi patungan.
Kemungkinan menambah investasi ini ada, mengingat Inggris tertarik pada perkebunan ditambah perubahan peraturan kontrol devisa Inggris yang lebih merangsang untuk investasi ke luar.
Dari 28 negara penanam modal, Inggris hanya ditempat ke – 11 dengan 43 proyek yang bernilai US Dollar 101,3 juta atau 1,42 percent dari seluruh PMA di Indonesia.
Mengenai kerjasama keuangan, Inggris telah menghapuskan semua beban hutang Indonesia dengan cara hibah, sesuai keputusan UNCTAD. Dan untuk bantuan baru, lnggris memberi grant, sekalipun jumlahnya tak sebesar pada "masa kredit" dahulu.
Tapi apakah Indonesia minta agar jumlah bantuan ini diperbesar, sumber yang amat mengetahui mengatakan hal itu oleh Indonesia dikaitkan dengan hubungan Utara Selatan, tidak semata-mata bilateral.
ASEAN – MEE
Tentang hubungan ASEAN – MEE, pihak lndonesia mengharap peranan lnggris mempengaruhi MEE agar lebih memberi perhatian pada ASEAN, mengingat lnggris sejak dulu sudah mengenal baik kawasan Asia Tenggara.
Perhatian ini diminta kan mengingat MEE bersikap progresif terhadap negara-negara di Afrika, Karibia dan Pasifik (ACP), tapi belum begitu terhadap ASEAN.
Satu hal pokok lain adalah soal Utara-Selatan. Pihak Indonesia berusaha meyakinkan lnggris sebagai salah satu negara industri terkemuka, bahwa tata ekonomi baru dunia bukanlah hanya untuk kepentingan negara berkembang saja, tapi juga negara maju sendiri.
Misalnya pembangunan di negara berkembang dengan bantuan negara industri dapat mengurangi resesi dan inflasinya sendiri.
Pidato Sri Ratu
Dalamjamuan kenegaraan di Istana Buckingham, Selasa malam jam 3 atau Rabu dini hari jam 03.00 WIB, Ratu Elizabeth II antara lain mengingatkan kembali penerimaan yang amat mengesankan atas kunjungannya di Indonesia tahun 1974 termasuk kabar dramatis yang diterimanya sewaktu di Yogyakarta tatkala Puteri Ann akan diculik di London.
Dalam ruangan jamuan yang megah-mewah dan penuh bunga itu, Ratu memberi jaminan bagi dukungan Inggris terhadap ASEAN.
"Pemerintah saya bekerja keras untuk mengokohkan hubungan ASEAN dengan MEE," kata Ratu yang malam itu mengenakan gaun panjang sutera putih tebal berkalung mutiara dan tiara berlian, serta memasang bintang RI Adipura yang pernah diterimanya.
Sril Ratu juga mengharap kemajuan ekonomi dan sosial rakyat Indonesia, serta peningkatan hubungan dengan Inggris. Jamuan kenegaraan itu selain dihadiri kalangan keluarga Kerajaan, juga oleh PM Ny Thatcher sejumlah Dubes asing di London.
Pidato Presiden
Dalam pidato balasannya Presiden Soeharto mengingatkan lagi bahwa dunia sedang mengalami berbagai tantangan dan cobaan yang berat, seperti keadaan dunia yang masih belurn pulih dari akibat berbagai krisis ekonomi dan moneter.
Pertarungan senjata sedang berkecamuk dengan kejam di suatu kawasan, sedang dikawasankawasan lainnya ketegangan-ketegangan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi konflik fisik yang jika tidak dapat segera diatasi dapat menyeret seluruh dunia ke dalam bencana.
Jurang pemisah antara negara-negara maju dan negara-negara yang sedang membangun belum juga terjembatani, sementara dua pertiga umat manusia sedang bertarung dalam perjuangan yang berat untuk melepaskan diri dari kemelaratan, keterbelakangan dan penyakit. Demikian Kepala Negara.
Berbagai keadaan yang mencemaskan tadi harus diatasi bersama, agar semua umat manusia benar-benar dapat merasakan kedamaian dan menikmati kemajuan yang berkeadilan.
"Kunci pokoknya saya rasa ialah bagaimana kita dapat membangun dunia baru dengan tata hubungan politik dan ekonomi yang lebih adil dan lebih berperikemanusiaan daripada apa yang kita saksikan sampai saat ini," kata Presiden Soeharto.
Ia menambahkan, tata hubungan yang baru itu perlu dikembangkan dengan semangat baru yaitu semangat saling keijasama dan saling membantu dengan tujuan baru, ialah agar semua bangsa khususnya bangsa-bangsa yang sedang berkembang dapat memperoleh kesempatan yang lebih leluasa serta mendapatkan kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan masa depannya.
"Kami menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita itu akan memerlukan waktu yang sangat panjang danhanya akan menjadi kenyataan melalui tindakan," ujar Presiden Soeharto.
Acara Kemarin
Cuaca di London Rabu kemarin jelek, sejak pagi mendung dan hujan. Sebelum perundingan dengan pihak pemerintah, Presiden Soeharto menyediakan waktu untuk acara seremonial.
Seperti resepsi dengan koprs diplomatik di Istana St. James dan mengunjungi ibunda Ratu di Clarence House. Kemudian sementara Presiden Soeharto berunding, Ny Tien mengunjungi Tower of London dan museum Madame Tusaud, untuk kemudian siangnya bergabung untuk santap bersama PM Thatcher di Downing Steet 10.
Menurut rencana, Presiden Rabu malam ini akan menghadiri jamuan di Guild House, yang diselenggarakan Walikota dan Dewan London Raya. Suatu demonstrasi di depan Guild House direncanakan oleh kelompok diri ”Tapol" dengan dimaksudkan memasang suatu iklan di sementara pers lnggris. (DTS)
…
London, Kompas
Sumber: KOMPAS (15/11/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 225-229.