PRESIDEN SOEHARTO TIBA KEMBALI
Tumbuhkan Gambaran dan Pengertian Serta Membuka Lebar Pintu Kerja Sama.
Komunike Bersama RI – Bangladesh
Presiden Soeharto dan rombongan, Rabu sorejam 17.05 tiba kembali di Jakarta, setelah melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris, Sri Lanka dan Bangladesh, sejak tanggal 11 November lalu.
Hasil kunjungan ini oleh Mensesneg Sudhannono dilukiskan sebagai berhasil menumbuhkan gambaran dan saling pengertian dengan negara negara tersebut, dan juga membuka pintu lebih lebar untuk berbagai kerjasama, khususnya di bidang ekonomi danperdagangan.
Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro belum dapat menyertai perjalanan pulang.
Keterangan terakhir menyebutkan keadaan kesehatannya sudah membaik, dan telah pindah dari Rumah sakit Westminster di London ke sebuah rumah sakit swasta, sekaligus untuk penelitian kesehatan menyeluruh.
Presiden tiba di bandar udara Halim PK, disambut Wapres Adam Malik, para Menteri, korps diplomatik dan para pejabat teras lainnya. Kepada pers dalam penerbangan Dacca – Jakarta kemarin, Mensesneg Sudharmono antara lain mengemukakan bahwa kunjungan di Inggeris, sekalipun sifatnya kenegaraan yaitu menjadi tamu Sri Ratu, dapat dimanfaatkan untuk bertemu dengan pihak pemerintahannya.
Dikatakan, adanya suatu pernyataan bersama dalam kunjungan kenegaraan di Inggris, merupakan suatu preseden baru. Karena sebelumnya, Inggris tidak pernah bersedia mengadakan pernyataan bersama semacam itu.
"Pendeknya selain meningkatkan persahabatan, tak lupa memberi isi konkrit pada hubungan itu,"katanya." Jadi bukan sekedar seremonial," tambahnya.
Mensesneg menegaskan, di Inggris jelas adanya niat kedua pihak untuk meningkatkan hubungan secara sungguh-sungguh, terutama ekonomi dan perdagangan, baik bilateral maupun antara ASEAN dengan MEE.
Dalam hubungan ini, MEE untuk mengusahakan dikuranginya hambatan tarif dan sebagainya untuk tekstil, polywood dan lain-lainnya.
Sri Lanka & Bangladesh
Memberi kesimpulan tentang hasil kunjungan di Sri Lanka, Mensesneg mengatakan arti penting yang dituju ialah bidang politik, mengingat kedua pihak samasama eksponen penting Gerakan Non-Blok.
Sehingga keduanya sepakat untuk mengadakan konsolidasi gerakan ini, dan meneruskan perjuangan untuk memegang prinsip-prinsip dasar Non-Blok seperti yang telah berhasil dipertahankan di KTT Havana beberapa waktu lalu.
Sedang bilateral, terutama bidang ekonomi dan perdagangan perlu dijajaki kerjasamanya lebih jauh. Sebab, pintu untuk itu terbuka, mengingat banyak barang Indonesia yang sebenamya diperlukan Sri Lanka.
Selain itu juga kerjasama teknik antara negara berkembang sendiri yang harus digalakkan, sesuai bidang yang diperlukan dan kemampuan masing-masing. Kalau perlu diusahakan pembiayaan dari pihak ketiga.
Mengenai Bangladesh, dikatakan hangatnya sambutan pemerintah dan rakyat negeri itu, lebih membuka mata mengenai perlunya semangat persahabatan ini diisi benar-benar.
Selain adanya kesamaan pandangan politik dan sebagainya, juga banyak terbuka kemungkinan kerjasama bilateral baik dalam teknik, perdagangan dan lainlainnya, termasuk mencari mekanisme memperoleh pembiayaan bagi mengisi kerjasama itu, misalnya lewat Bank Pembangunan Islam.
Perundingan
Sambutan di Bangladesh memang terasa paling hangat. Baik waktu tiba maupun keberangkatan pulang, jalan-jalan di kota Dacca di penuhi rakyat yang berjejal melambaikan bendera kecil kedua negara. Pers Bangladesh juga memberi tempat istimewa bagi acara kunjungan Presiden ini.
Presiden Soeharto dan Presiden Ziaur Rahman mengadakan perundingan empat mata, Selasa siang, selama duajam di Istana Bangladesh, sementara pers, Menteri dan pejabat lain berunding di ruangan lain.
Direktur Asia Pasifik Deplu RI, Sudarsono selesai pembicaraan menjelaskan, perundingan berlangsung dalam suasana terus terang, saling membeberkan keadaan dalam negeri masing-masing.
Pihak Bangladesh menyatakan ingin ikut memanfaatkan satelit komunikasi "Palapa B" yang akan diluncurkan tahun depan. Selama ini Bangladesh memakai satelit "Comsat" AS. tapi satelit ini hampir habis masanya dan akan diganti satelit lain yang jauh lebih "sophisticated", sehingga menimbulkan kesulitan baik teknis maupun pembiayaannya.
Menurut Sudarsono, Indonesia dalam prinsipnya menyetujui permintaan Bangladesh ini, bahkan Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin mulai menangani soal ini sejak beberapa waktu lalu.
Mengenai program Keluarga Berencana, Bangladesh ingin memperoleh pengalaman dari Indonesia, yang selama ini dinilai berhasil baik dalam program tersebut. Kesulitan Bangladesh terutama karena, banyaknya golongan yang masih ortodoks dan rendahnya tingkat pendidikan.
Bangladesh juga mengharap Indonesia dapat membantu dalam usaha penemuan dan pengusahaan minyak bumi. Negeri ini sekarang telah memproduksi gas alam untuk keperluan sendiri dan mengharap sekali suatu ketika ditemukan minyak.
“Pokoknya kedua pihak sepakat menginventarisir proyek-proyek yang dapat dan bakal dikerjasamakan," kata Sudarsono.
Mengenai perdagangan, Bangladesh mengharap Indonesia dapat menjual minyaknya sewaktu-waktu Bangladesh memerlukan, misalnya kalau sedang terjadi kekosongan akibat kelambatan datangnya minyak dari Timur Tengah.
Beberapa waktu lalu, Indonesia pemah mengirim bantuan darurat minyak diesel ke Bangladesh, yang diperlukan sekali untuk menghidupkan pompa air di semua daerah pertanian. Bangladesh menurut keterangan memerlukan sekitar 200.000 ton untuk mengisi kekosongannya.
Tentang politik, kedua pihak berpandangan sama, terutama mengenai masalah Indocina, yakni penarikan pasukan asing dari Kamboja. Hal ini pun ditegaskan Presiden Ziaur Rahman dalam jamuan kenegaraan, Senin malam.
Komunike Bersama
Menlu Mochtar Kusumaatmadja dan penjabat Menlu Bangladesh, yaitu Menteri Keuangan Dr. Huda, kemarin menjelang keberangkatan Presiden, telah menandatangani dua perjanjian kerjasama, yakni di bidang kerjasama teknik dan kerjasama pendidikan serta kebudayaan. Acara ini disaksikan kedua Presiden.
Kedua pihak kemarin juga mengeluarkan komunike bersama 18 pasal, antara lain disepakati kedua pihak bilamana perlu akan mengadakan konsultasi periodik pada tingkat Menlu, untuk menilai perkembangan hubungan dan mencari bidang untuk ketjasama lebih lanjut.
Kedua pihak juga terus mencari kemungkinan meningkatkan arus perdagangan dan kerjasama ekonomi, terutama mengenai kemungkinan pengaturan jangka panjang penjualan semen, bahan pembuat semen (cement-clinker) dan pupuk dari Indonesia ke Bangladesh.
Sebaliknya dari Bangladesh dapat menyediakan kertas, kertas koran, jute dan barang-barang dari jute.
Disetujui pula kedua negara akan menernskan ketjasama eksplorasi minyak dan gas, serta kemungkinan mengadakan usaha patungan (joint venture) dalam bidangbidang lain yang saling menguntungkan.
Mengenai masalah politik, kedua Presiden menyatakan keprihatinan atas situasi di Indocina, dan menekankan perlunya penarikan pasukan asing dari Kamboja, dengan pandangan hal itu dapat mengembalikan perdamaian di Asia Tenggara dan mencegah eskalasi konflik.
Demikian pula mengenai Timur Tengah dan Afrika Selatan, pandangan kedua pihak sama, yaitu mendukung perjuangan rakyat Afrika untuk memperoleh pemindahan kekuasaan dari rejim minoritas yang rasialis.
Dallam soal Lautan Hindia, mereka sependapat untuk terns mendukung Deklarasi PBB guna mewujudkan samudera ini sebagai wilayah damai, serta dukungan terhadap usaha menjadikan Asia Tenggara kawasan damai, merdeka dan netral.
Presiden Soeharto secara khusus juga mencatat, bahwa Bangladesh karena letak geografisnya, bisa menjadi jembatan alamiah" antara kawasan Asia Tenggara dengan Asia Selatan.
Sementara itu Menlu Mochtar dalam jawabannya kepada pers Bangladesh kemarin mengenai kemungkinan ASEAN memperluas keanggotaan dan mengikutkan negeri seperti Bangladesh, menyatakan bahwa dari namanya saja ASEAN adalah umtuk negara-negara Asia Tenggara.
Tapi ia tidak menutup aclanyaketjasama erat dengan pihak-pihak luar, seperti yang telah berjalan dengan Papua Neugini, yang tiap kali diundang sebagai peninjau.
Acara Terakhir
Presiden, hari Selasa, membatalkan rencananya mengunjungi Pusat Riset Padi Bangladesh (BRRI) di Joydipur. Tapi Senin sore, ia ternyata jadi mengunjungi Taman Peringatan Pahlawan di Savar, 30 Km dari Dacca.
Selasa petang, ia menghadiri resepsi kemasyarakatan oleh Walikota Dacca A. Hasnab, yang menyerahkan kunci emas kota ini. Malarnnya, beramah-tamah dengan masyarakat Indonesia di kediaman Dubes.
Ikut hadir para pemain sepakbola kesebelasan Niac Mitra, yang sedang ikut Aga Khan Cup di Dacca.
"Bertanding baik-baik, jangan memalukan," pesan Presiden kepada para pemain itu. (DTS)
…
Dacca, Jakarta, Kompas
Sumber: KOMPAS (22/11/79)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 249-253.