TATA EKONOMI BARU JAWABAN ATAS TANTANGAN MASA KINI
Presiden Pada Konferensi Industri ASEAN – MEE II:
Presiden Soeharto mengatakan apabila Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) dan Perhimpunan Bangsa2 Asia Tenggara (ASEAN) dapat membina dan mengisi kerjasama di bidang ekonomi yang saling menguntungkan, maka kita akan memandang masa depan yang penuh harapan yaitu masa depan kami, masa depan anda danjuga masa depan dunia.
"Kemauan politik antara dua kawasan kita untuk bekerjasama tidak diragukan lagi. Dialog antara duakawasan ini telah menunjukkan dengan jelas apa yang ingin kita kerjakan bersama. Dan kedatangan anda semua dari MEE untuk hadir dalam konperensi ini menunjukkan betapa besar minat anda untuk memberi isi kepada kerjasama antara dua kawasan ini", kata Kepala Negara dalam sambutannya ketika membuka konperensi kerjasama industri II ASEAN – MEE di Balai Sidang Senayan, Jakarta, Senin pagi.
Jembatan
Khusus kepada peserta dari MEE, Presiden mengatakan, apabila anda mengembangkan usaha di sini, maka anda tidak hanya merebut kesempatan memperoleh keuntungan materil dan finansil. Anda semua pasti mendapatkan keuntungan yangjauh lebih besar ialah kepuasan spirituil yang menjadi tujuan luhur hidup setia manusia. Karena anda sedang menyertai 250 juta orang yang sedang berjoang untuk membangun hari esoknya yang lebih baik.
"Dan harapan kita mudah2an kerjasama ASEAN-MEE dapat menjembatani jurang pemisah antara negara2 industri maju dengan negara2 yang sedang membangun. Iniberarti menjembatani jurang pemisah antara hati manusia", kata Presiden.
Kepala Negara menilai komposisi kedua belah pihak yang hadir bersama2 di Jakarta mencerminkan kesungguhan hati antara dua kawasan yaitu ASEAN dan MEE.
"Dari komposisi yang demikian inidapat diharapkan bahwa konperensi ini tidak hanya menghasilkan kesepakatan2 dalam garis besar program, tetapi diharapkan agar konperensi dapat menghasilkan proyek2 konkrit di antara sekian banyak usul yang diajukan dalam rangka kedelapan cabang industri yang telah disepakati untuk dibahas bersama2", kata Kepala Negara.
Krisis Dunia
Di hadapan kurang lebih 900 peserta konperensi Kepala Negara mengatakan, apabila kerjasama antara ASEAN-MEE ini dapat berhasil, maka bukan saja ak:an memberikan manfaat bagi kedua belah pihak tetapi juga akan memberikan sumbangan yang besar dalam rangka menyiapkan kondisi2 yang mengarah kepada terbentuknya susunan ekonomi dunia yang lebih seimbang dan adil.
"Setidak2nya dapat merintis jalan untuk menciptakan kondisi2 yang lebih menguntungkan dalam rangka mengatasi kemacetan krisis ekonomi yang timbul dalam beberapa tahun terakhir”.
Beberapa krisis dunia yang melanda dunia beberapa waktu yang lalu belum juga terpecahkan hingga saat ini, yang akibat2nya menimpa baik negara2 maju maupun negara2 yang sedang membangun. Kelompok negara2 yang terakhir ini umumnya lebih menderita karena ekonominya masih lemah dan kesejahteraan sosialnya masih rendah.
Masing2 negara berusaha menyelamatkan diri dari keparahan yang lebih menyakitkan. Timbul gejala2 proteksionisme. Negara2 industri melindungi diri dengan berbagai pagar tarif, kuota dan sebagainya.
"Proteksionisme jelas membawa akibat yang negatif terhadap negara berkembang pada umumnya dalam usahanya untuk memperluas hubungan dagang dengan negara2 maju", kata Presiden.
Sebab itu di samping kami mengakui arti penting dari bantuan luar negeri dan penanaman modal asing, maka kami menganggap kelancaran perdagangan intemasional merupakan sarana untukmemantapkan ekonomi dunia dan pembangunan bangsa2.
"Karena itu, semua bangsa perlu berusaha bersama2 untuk membangun tata hubungan ekonomi baru dengan semangat dan tujuan2 baru. Jalan inilah yang harus kita tempuh untuk menjawab tantangan dan kebutuhan2 dunia dewasa ini", kata Presiden.
Tempat Utama
ASEAN, kata Presiden, merupakan wadah dan wahana bersama untuk menggalang kerjasama antara negara2 anggotanya di berbagai bidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Tapi dalam mengembangkan kerjasama itu, bidang ekonomi di pilih dan diberi tempat utama, karena bidang ekonomi inilah yang merupakan titik terlemah dalam pembinaan ketahanan nasional masing2 negara.
"Syukur alhamdulillah, dalam 12 tahun ini telah banyak dicapai kemajuan. ASEAN telah merupakan organisasi regional yang dapat dikatakan berhasil, ke dalam maupun ke luar. Belum pernah terjadi dalam sejarahnya yang panjang sebelum ini, bangsa2 yang mendiami kawasan kelima negara itu menikmati persahabatan, saling percaya dan kerjasama yang demikian erat kini sedang terus berlangsung", kata Presiden.
Kerjasama di bidang ekonomi telah menghasilkan putusan2 dan langkah2 yang nyata seperti: "preferencial trading arrangement”, pendirian proyek bersama ASEAN di tiap negara anggota, konsultasi dan kerjasama dan penyatuan sikap dalam menghadapi berbagai masalah ekonomi dunia dsbnya.
ASEAN dengan luas sekitar 30 juta Km2 merupakan wilayah yang kaya akan bahan mentah, yang baru sebagian kecil telah dieksploitasi. Dengan seluruh penduduk sejumlah 250 juta orang, ASEAN merupakan pasaran yang luas.
"Di samping itu. ASEAN juga memiliki potensi2 rohani yang bersumber pada warisan kebudayaan yang tua; yang apabila dapat disesuaikan dengan tantangan masyarakat modem, akan membangkitkan kekuatan mereka untuk membangun masa depan sendiri", kata Presiden.
Cukup Ketat
Sebelum Presiden menyampaikan sambutannya secara ber-turut2 telah memberikan sambutan Menteri Perindustrian Ir. AR. Suhud. Wakil Presiden MEE Wilhelm Haferkamp, dan Ketua EBIC Group M Laure.
Diantara undangan yang hadir selain Wakil Presiden Adam Malik, tampak beberapa Menteri Kabinet Pembangunan III dan anggota2 korps diplomatik.
Penjagaan keamanan di sekitar tempat upacara cukup ketat. Sebelum Presiden Soeharto tiba di tempat upacara, Pangkopkamtib Laksamana Sudomo dan Kaskopkamtib Yoga Sugama mengadakan inspeksi keamanan diiringi oleh Kadapol Metro Jaya Anton Sudjarwo. Sudomo dan Yoga Sugama mengenakan seragam lapangan hijau. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (26/02/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 296-299.