MUSYAWARAH ANTAR AGAMA AGAR BENAR2 DIDUKUNG MASING2 AGAMA
Presiden Soeharto mengharapkan agar musyawarah antar agama yang akan dibentuk oleh pemerintah benar didukung oleh masing2 agama dan betul bisa merupakan forum musyawarah mufakat antar agama apabila ada sesuatu persoalan yang menyangkut bidang keagamaan.
Pemyataan Kepala Negara ini disampaikan kepada pers oleh Menteri Agama Haji Alamsyah Ratuperwiranegara yang menghadap Presiden Soeharto di Binagraha Senin pagi. Persoalan ini merupakan salah satu dari berbagai masalah yang dibicarakan dengan Kepala Negara.
Menurut Alamsyah sampai saat ini masih dengan dua dewan yang belum selesai dilakukan pembicaraan, sehingga musyawarah antara agama tsb belum terbentuk. Ia tidak mau memperinci dewan2 keagamaan mana yang belum selesai tsb.
Sementara itu menjawab pertanyaan Menteri Agama mengatakan bahwa turunnya jumlah calon jemaah haji tahun ini selain disebabkan karena ONH yang naik hampir 200 persen juga disebabkan karena situasi ekonomi khususnya pertanian yang tahun ini tidalc mengalami kenaikan.
”Apabila semua petani Indonesia petani udang ikan dan kopi naik pendapatannya saya kira jumlah jamaah haji akan naik," kata Alamsyah.
Masalah lain yang dibicarakan dengan Kepala Negara menurut Menteri Agama adalah tentang penggunaan mesjid Istiqlal yang diharapkan agar benar2 dapat merupakan pusat dari kegiatan yang lebih berarti dan bernilai sebagai mesjid yang paling besar. Ia mengatakan bahwa kepengurusan tsb kini sudah ada tetapi belum teratur.
Khusus tentang peringatan Nuzulul Quran tgl. 11 Agustus mendatang menurut Menteri Agama sudah direncanakan untuk mengundang Prof. Dr. Dody Tisnaamidjaja atau Dr. Ruslan Abdulgani sebagai penceramah. Peringatan yang dilangsungkan di Mesjid Istiqlal tsb akan dihadiri pula oleh Presiden Soeharto
Berbicara tentang pembangunan bangsa, Presiden mengatakan, karena masalahnya sangat majemuk dan kait mengkait, diperlukan ketekunan dan waktu. Lebih dari itu masih diperlukan pula kepercayaan kepada diri sendiri, yang tidak hanya didasarkan kepada modal alam dan modal manusia yang bisa diandalkan, melainkan juga kepada modal budaya dan modal rokhani.
Dalam hubungan ini, Presiden menandaskan, sebagai umat beragama, tentu saja kaum muslimin Indonesia mempunyai modal budaya dan modal rokhani itu, baik berupa nilai maupun norma-norma.
Sebagai contoh, demikian penegasan kembali dari Kepala Negara, agama Islam sangat mementingkan kerja, bahkan bukan sekedar kerja akan tetapi kerja keras. Selain itu agama juga mengajarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, kebersamaan dan ketabahan, norma-norma baik dan buruk, halal dan haram, dan masih banyak lagi.
Semua ajaran-ajaran agama itu demikian Presiden, sangat diperlukan dan sangat penting untuk menentukan kelancaran dan keberhasilan pembangunan.
Akhirnya Kepala Negara menyatakan tentang pentingnya penghayatan agama, agar keberagaman kita benar-benar melahirkan kekuatan, moral dan rokhani dalam diri kita masing-masing.
Agama dan keberagamaan mempunyai tempat yang sangat penting dalam usaha kita untuk membangun manusia dan masyarakat Pancasila. Demikian Presiden. (DTS)
…
Jakarta, Sinar Harapan
Sumber: SINAR HARAPAN (30/07/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 399-400.