TAJUK RENCANA: KERESAHAN DALAM PEMBANGUNAN

TAJUK RENCANA: KERESAHAN DALAM PEMBANGUNAN

SALAH satu bagian dari sambutan Presiden Soeharto di hadapan para peserta penataran pemuka-pemuka agama menunjukkan bahwa beliau mengetahui adanya keresahan di kalangan masyarakat. Presiden juga tidak memungkiri bahwa sebagian rasa resah itu juga disebabkan oleh adanya akses-akses yang terjadi dalam pelaksanaan pembangunan dan akibat sampingnya.

Dalam hubungan ini perlu kita garis bawahi pendapat Presiden bahwa adanya keresahan dalam masyarakat adalah wajar, terlebih-lebih dalam masyarakat yang sedang membangun. Presiden mengingatkan bahwa membangun berarti mengadakan perbaikan, perubahan, bahkan perombakan.

Dalam alam pembangunan yang penuh dengan perubahan-perubahan itu tidak dapat dihindari adanya keresahan, yang disebabkan oleh rasa kurang atau tidak puas, baik karena merasa dirugikan atau yang merasa kepentingan tidak atau kurang diperhatikan.

Seperti digambarkan Presiden, kita sebenarnya sudah harus mengetahui bahwa memilih pembangunan berarti pula menerima risiko keresahan yang tak mungkin dihindari. Kegiatan pembangunan dapat dibandingkan dengan kegiatan tubuh yang sedang tumbuh. Dalam pertumbuhan manusia pun kita dapati krisis-krisis. Bahkan orang-orang tua cukup arif bahwa bayi jatuh sakit pada waktu tumbuh dan menjadi lebih pandai.

Sebaliknya, seperti juga manusia perorangan, masyarakat pasti menjadi resah bilamana tidak melakukan gerak.

Masyarakat adalah organisme yang mempunyai cita-cita keinginan dan tenaga maupun tenaga badaniah untuk mencapainya.

Bagaimana pun, kita sudah memilih pembangunan, dan kita dengan demikian memakai tenaga fikiran dan badan kita untuk mengejar cita-cita dan keinginan bersama. Dengan demikian, kita sudah memilih menanggung resikonya, termasuk risiko mengayunkan langkah-langkah yang salah, risiko terantuk ke batu-batu yang ada di sepanjang jalan yang telah kita pilih bersama.

Keresahan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gerak pertumbuhan itu dapat timbul karena setelah tumbuh kita melihat batas pandangan yang lebih luas yang semula tak terlihat. Maka tumbuhlah keinginan baru, dan kita resah karena keinginan baru ini belum terpenuhi atau belum dimasukkan ke dalam acara perjalanan, yang dalam hal ini program pembangunan.

Keresahan juga dapat timbul karena setelah bergerak kita mendapati bahwa perjalanan terlalu cepat bagi sebagian diantara kita. Kita juga dapat resah karena dalam perjalanan tampak peserta-peserta yang kurang jujur, memanfaatkan tenaga dan bekal bersama untuk kepentingannya sendiri. Kita bahkan mungkin resah karena ditengah perjalanan menyadari perlunya perbaikan arah agar tujuan tercapai.

Seperti dikatakan Presiden, adanya keresahan itu wajar. Tetapi jika keresahan itu kita biarkan berkembang menjadi keributan, akan kacaulah seluruh rombongan, dan kita akan celaka bersama.

Seperti dikatakan Presiden, apabila adanya gejala keresahan itu sengaja dibesar-besarkan di luar proporsinya, maka apabila tidak terkendalikan, malahan dapat merugikan masyarakat dan merugikan pembangunan itu sendiri.

Oleh karena itulah dalam organisasi kehidupan bersama kita, ada Golkar dan partai politik, ada DPRD, DPR dan MPR, yang merupakan lembaga-lembaga penyaluran pendapat, keinginan dan keresahan lembaga-lembaga ini jika dapat, mengembangkan mekanisme yang daya tampungnya memadai, akan dapat menjalankan fungsi sebagai penyalur yang sesuai dengan aturan permainan yang digariskan berdasarkan UUD 1945.

Dengan demikian keinginan baru dan keresahan dapat menjadi dinamika masyarakat yang sedang membangun, sebagaimana dikatakan Presiden.

Dalam rangka menjalankan fungsinya penyalur itulah dapat kita lihat kegiatan Fraksi Karya Pembangunan di DPR, termasuk konperensi persnya pada akhir masa sidang akhir Juni yang lalu.

Batas pandangan yang lebih luas, keinginan-keinginan baru, salah-salah langkah yang kita sadari di tengah perjalanan, semuanya meletakkan tantangan-tantangan baru. Kita wajib menjawab tantangan-tantangan ini secara positif, sebagaimana kita secara positif dan teratur mengenali dan mencatatnya satu per satu.

Presiden mengingatkan agar keresahan disalurkan secara konstitusional demi selamatnya perjalanan bersama. Penyaluran bagi kita seharusnya berarti pula tekad untuk mengatasinya sebagai masalah.

Tekad dan kapasitas mengatasi masalah ini selayaknya kita tumbuhkan selaras dengan pertumbuhan masalah dalam jenis dan jumlah yang mengikuti pertumbuhan volume pembangunan kita. (DTS)

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (07/08/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 505-506.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.