SOEHARTO- ZIA SETUJU TINGKATKAN KERJASAMA

SOEHARTO- ZIA SETUJU TINGKATKAN KERJASAMA

Presiden Soeharto dan Presiden Pakistan Mohammad Zia-ul-Haq, hari Sabtu, sepakat untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara melalui IPECC (Kerjasama Indonesia-Pakistan Mengenai Ekonomi dan Kebudayaan). Menurut rencana Pakistan akan mengirimkan sebuah misi ke Indonesia awal tahun depan, sebelum sidang IPECC yang diperkirakan akan diselenggarakan bulan Mei 1980.

IPECC dibentuk tahun 1965 dan dimaksudkan sebagai wadah kerjasama antara kedua negara di bidang ekonomi dan kebudayaan, akan tetapi selama 15 tahun berdiri, IPECC dapat dikatakan belum membawa hasil yang terlalu mengesankan, sekalipun pihak Pakistan nampak sangat berminat untuk mengaktifkan organisasi tersebut. Pertemuan IPECC terakhir diselenggarakan di Jakarta dalam 1978.

Masalah-Masalah Lain

Dalam pembicaraan antara delegasi kedua negara di Islamabad hari Sabtu, Presiden Soeharto antara lain menyatakan penghargaannya atas usaha-usaha Jendral Zia dalam mencari penyelesaian bagi konflik Irak-Iran. Sekalipun Pakistan sendiri pada saat ini sedang menghadapi masalah yang tidak mudah.

Presiden pada kesempatan itu menjelaskan tentang wawasan ketahanan nasional yang dianut oleh Indonesia dalam menghadapi bahaya dari luar. Kepala negara beranggapan bahwa kunjungannya ke Pakistan sangat bermanfaat bagi Indonesia. Terutama dalam rangka mengenal Pakistan serta mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh negara itu.

Menurut sumber-sumber yang mengetahui dalam pembicaraan antara kedua delegasi itu tidak disinggung masalah minyak bumi. Pakistan hanya menghasilkan sekitar 15 persen dari kebutuhan minyaknya dan mengimpor sisanya dari Timur Tengah.

Demikian pula masalah Afghanistan dan Kampuchea tidak dibicarakan di dalam pertemuan tersebut. Akan tetapi di dalam jamuan kenegaraan hari Jumat malam, Jenderal Zia dengan panjang lebar menguraikan masalah intervensi di negara-negara Afghanistan dan Kampuchea, sebagai dua masalah yang kini sedang dihadapi oleh Pakistan dan Indonesia di wilayah masing-masing.

Juga di dalam pembicaraan empat mata antara kedua kepala negara sebelum perundingan dimulai, masalah-masalah internasional dan regional itu diperkirakan telah dibahas secara panjang lebar. Sumber-sumber yang mengetahui mengatakan bahwa Jenderal Zia menghargai pandangan yang "realistis" dari Presiden Soeharto terhadap masalah-masalah itu.

Presiden Soeharto di dalam pertemuan itu antara lain didampingi oleh Menteri EKUIN Prof.Widjojo Nitisastro, Menteri Luar Negeri Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Menteri Negara Sudharmono, Ch. Anwar Sani, G. Rusli Noor, Marsdya Kardono, Brigjen Moerdiono M. Satari. Sedangkan Presiden Zia-Ul-Haq didampingi oleh MenteriLuar Negeri Agha Shahi, Menteri Keuangan Ghulam lshaque Khan, Menteri Produksi Ghulam Hasan Khan, Menteri Pangan Laksamana Muda M.F. Janjua, Selgen Kementerian Luar Negeri S. Shanawaz serta penasehat presiden untuk bidang perkapalan Mustafa Gokal.

Mengunjungi Pengungsi

Selesai perundingan resmi, Presiden Soeharto secara tiba-tiba dan di luar acara resmi, telah mengadakan kunjungan ke kampung pengungsi Afghanistan di dekat Bendungan Tarbela.

Di sini kepala negara tinggal selama kurang lebih 20 menit dan mengadakan tanya-jawab mengenai keadaan para pengungsi dengan para pejabat maupun petugas.

Sebelum mengunjungi kamp pengungsi, Presiden Soeharto dengan disertai Nyonya Tien serta rombongan lain telah berkunjung ke Bendungan Tarbela, yang terletak kira-kira 300 km dari Islamabad. Di sini kepala negara menunjukkan minatnya dan bertanya mengenai kegunaan dari bendungan itu.

Antara lain Presiden ingin mengetahui apakah bendungan itu digunakan juga untuk peternakan ikan. Menurut rencana Bendungan Tarbela, yang merupakan salah satu bendungan terbesar di dunia, memang akan dimanfaatkan juga untuk perikanan. Akan tetapi karena sekarang di sana masih terdapat jenis-jenis ikan liar, maka air harus dibersihkan terlebih dahulu.

Bendungan Tarbela merupakan bendungan terbesar di Pakistan yang membendung air di Sungai Indus untuk berbagai keperluan seperti irigasi, memperoleh tenaga air maupun untuk menanggulangi banjir. Bendungan ini termasuk jenis "earth and rock fill" dengan ketinggian sekitar 160 meter dan panjang kira-kira 3000 meter.

Tanam Pohon Pinus

Acara lain kepala negara pada kunjungan hari kedua adalah menanam pohon di atas bukit Shakarparian. Tempat ini memang merupakan tempat khusus di mana setiap kepala negara yang mengadakan kunjungan resmi ke Pakistan menanam pohon. Di sini antara lain nampak pohon yang ditanam oleh Presiden Josip Broz Tito, dan lain­lain. Presiden Soeharto kebagian untuk menanam pohon pinus.

Acara terakhir pada hari Sabtu adalah pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Islamabad yang diselenggarakan oleh Duta besar RI untuk Pakistan Soepriardjo Gondoprijono dan isteri.

Selama kepala negara mengadakan pembicaraan resmi dengan delegasi Pakistan, Nyonya Tien Soeharto meninjau pameran kerajinan tangan di Threadline Gallery. Hari Minggu pagi, Presiden dan rombongan akan meneruskan perjalanan ke Karachi untuk mengakhiri kunjungan kenegaraannya ke Pakistan selama 3hari. (DTS)

Islamabad, Kompas

Sumber: KOMPAS (29/11/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 659-661.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.