DARI KEBUN MUGHAL SAMPAI TAJ MAHAL

DARI KEBUN MUGHAL SAMPAI TAJ MAHAL

Kunjungan Presiden ke Pakistan dan India

Oleh :Threes Nio

KEBUN MUGHAL dan Taj Mahal adalah dua nama yang mempunyai kaitan yang erat sekali. Oleh karena itu sangat menarik bahwa kunjungan Presiden dan Nyonya Tien Soeharto dimulai dengan acara di kebun Mughal (di Pakistan) dan berakhir di Taj Mahal (India).

Terlepas dari pertimbangan-pertimbangan politik, memang tepat sekali bahwa kunjungan kenegaraan yang pertama kali ke Pakistan dan India itu dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan.

Kedua negara itu mempunyai masa lampau dan latar belakang sejarah yang sama. Kedua negara itu misalnya, pernah berada di bawah pemerintahan raja-raja Dinasti Mughal yang sangat terkenal kebun-kebunnya.

Raja-raja Mughal (Mughul, Mognal atau Moghul) memerintah India dan Pakistan dari tahun 1526 sampar 1857. Selama berkuasa, mereka terkenal sangat mementingkan pembangunan kebun-kebun yang luas dan indah. Terutama selama pemerintahan Raja Babur (yaitu raja Mughal pertama yang wafat dalam tahun 1530) sampai Raja Aurangzeb (1658-1707), pembuatan kebun-kebun sangat ditekankan.

Bahkan pada waktu negara dilanda peperangan pun, raja-raja Mughal ini masih menyempatkan diri untuk membangun dan mengurus kebun-kebun mereka.

Kebun-kebun Mughal yang sangat terkenal banyak sekali. Di India misalnya terdapat Taj Mahal, Shalamar Bagh di New Delhi, Istana Danau di Udaipur, dan lain-lain.

Sedangkan di Pakistan terdapat Shalamar Bagh di Lahore, Shadara dan masih banyak lainnya lagi. Salah satu cirinya ialah, rancangannya yang mengikuti pola simetris dengan garis-garis lurus (yang berbeda dengan misalnya kebun-kebun Jepang yang a-simetris).

Ciri lain yang penting ialah tersedianya air di sekitarnya, entahlah dalam bentuk kolam segi-empat atau segi-panjang, air mancur ataupun kanal. Dan dalam perkembangannya, kebun-kebun Mughal ini kemudian mengambil bentuk teras yang bertingkat-tingkat. Shalamar Bagh di Lahore yang selesai dibangun pada tahun 1642 misalnya, berbentuk teras dengan tiga tingkat.

Kebun Mughal di mana Presiden dan Nyonya Tien Soeharto disambut oleh masyarakat Lahore, sebenarnya tidak termasuk kebun Mughal yang didirikan oleh raja-raja Mughai.

Kebun ini dibangun di bawah pemerintahan Inggris dalam tahun 1860, dan merupakan bagian dari Jinnah Bagh. Hanya saja, kebun ini memang dirancang mengikuti pola Shalamar Bagn di Lahore, yang mendapat julukan "kota Versailles dan Punjab".

Dan sekalipun merupakan kebun Mughal "tiruan" namun cukup indah. Dan pujian Presiden Soeharto dalam kata sambutannya memang tidak berlebihan.

Lain halnya dengan Benteng Lahore, di mana Presiden Pakistan dan Begum Mohamad Zia-ul-Haq menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormati tamunya.

Benteng kuno di muka mesjid Badshahi ini merupakan monumen sejarah yang sangat penting bagi Pakistan. Mulai dibangun pada abad ke-16 oleh Shah Akbar ( 1556-1605), benteng tersebut kemudian disempurnakan berturut-turut oleh Raja Jahangir (1605-1627), Shah Jehan (1628-1658) dan Aurangzeb (1658-1707).

Benteng yang mempunyai pintu gerbang besar dari besi dan tembok tinggi dari batu bata ini sangat luas di dalamnya, penuh dengan kebun-kebun dan bangunan. Salah satu bangunan yang sangat terkenal ialah Shish Mahal (lstana Kaca).

Shish Mahal yang lantai dan enam pasang pilarnya terbuat dari marmer ini, seluruh dinding dan langit­langitnya terdiri dari potongan-potongan cermin kecil melengkung yang direkatkan pada dinding dengan semen putih, mengikuti pola gambar tertentu.

Jika lilin-lilin yang bergantungan itu dinyalakan, maka cahayanya akan terpantul pada mosaik cermin itu. Membuat ruangan menjadi terang-benderang sehingga tamu-tamu Yang Mulia dapat mengagumi wajah masing-masing pada cermin kecil-kecil tersebut.

ShishMahal memang sangat indah. Disitu misalnya terdapatruangan dengan ”tirai” dari marmer yang diukir berlubang-lubang sedemikian rupa sehingga tempat itu selalu sejuk.

Ruangan lain dibuat sedemikian rupa sehingga pada musim dingin, hawa dingin tidak menembus masuk. Dan ruangan-ruangan itu seluruhnya terbuat dari marmer, mulai dari lantai sampai ke dinding dan kosen-kosennya.

Demikian pula bangunan yang disebut Naulakha, yang pada zaman dahulu digunakan sebagai tempat duduk permaisuri. Seluruh dindingnya terdiri dari marmer yang bertatahkan bunga-bunga dari batu-batu seperti akik, frosa, giok, dan lain-lain.

Di Shish Mahal-lah jamuan makan malam diselenggarakan. Berhari-hari sebelum Presiden dan rombongan tiba di Pakistan, ratusan tukang sapu dan pegawai sudah sibuk bekerja. Menggosok pintu gerbang raksasa dari besi, menyapu halaman, mengangkat ratusan pot bunga, menggelar karpet, memasang tenda-tenda "shamiana" yang berwarna-warni merah, kuning, biru, hijau.

Jamuan makan malam itu sendiri nampak meriah, dengan hiburan musik tradisional oleh Dewan Kesenian Pujab. Antara lain tampil pemain alat musik Al-Ghoza yang terkenal, yaitu Khamiso Khan.

Para tamu yang kecuali terdiri dari rombongan dari Indonesia, juga terdiri dari para pejabat Pemerintah dan militer serta para dutabesar negara-negara asing yang harus khusus datang dari Islamabad, dihidangkan makanan Pakistan seperti shish kebab dan lain-lain.

Namun mereka bebas untuk mengambil atau menolak makanan yang dihidangkan oleh para pelayan yang berpakaian tradisional dengan tutup kepala berupa "turban bersayap".

Jika di Pakistan, Presiden dan Nyonya Tien Soeharto menginap di Guest House, maka di India tamu agung itu menginap di Istana Kepresidenan yang disebut Rashtrapati Bhavan. Sebuah istana kuno besar dengan jumlah kamar sekitar 300 buah serta puluhan pasukan berpakaian tradisional yang bertubuh tinggi. ("Masa ada orang yang lebih tinggi dari saya,” keluh Kepala Protokol Negara, Joop Ave yang tingginya 190 cm).

Akan tetapi yang berhak menginap di istana rupanya hanya kepala negara serta pejabat dan petugas yang benar-benar diperlukan. Para Menteri dan anggota rombongan yang termasuk staf semuanya harus tidur di dalam hotel.

Presiden dan Nyonya Tien Soeharto mendapat kamar "Dwaraka" yang mempunyai beberapa ruangan tamu dan ruangan-ruangan lain. Sedangkan ajudan-ajudan dan dokter pribadi kepala-negara dan Ibu Negara mendapat kamar-kamar ”Nalanda", "Mysore" serta ‘Tagore” yang terletak di dekat "Dwaraka". Juga ikut menginap di istana adalah para petugas keamanan dari Pasukan Pengawal Presiden.

Diruang tamu Dwaraka ini juga Presiden menerima kunjungan kehormatan para pembesar dan mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Indira Gandhi. Salah satu kunjungan kehormatan kepada Presiden datang dari Presiden India dan Nyonya

Sanjiva Reddy yang datang dengan cucunya. Anak laki-laki yang lucu sekali ini datang dengan membawa buket bunga. Ia menuju ke Presiden Soeharto dan mengulurkan bunga itu. Tiba-tiba ia menarik kembali tangannya … "No, for Madame!" … dan bunga itupun diserahkan kepada Nyonya Tien Soeharto. Lalu ia menyodorkan sebuah buku kecil kepada Presiden: "Autograph, please!" (tanda tangan, Pak!). Dan setelah beberapa lama melihat kepada Nyonya Soeharto, ia pun memberanikan diri: "Boleh saya minta juga tanda-tangan anda?" Dan setelah diberi, iapun lari keluar meninggalkan kakek dan neneknya.

Di antara acara-acara yang formal di India, terdapat acara santai berupa kunjungan ke Agra, yang merupakan kota bersejarah. Di kota ini antara lain terdapat benteng Agra serta Taj Mahal yang didirikan oleh Shah Jehan. Terutama Taj Mahal sangat indah. Dan memang tepat sekali untuk disebut sebagai satu dari tujuh "keajaiban" dunia.

Taj Mahal harus dilihat sendiri untuk dapat benar-benar menikmati dan menghargai keindahannya. Deskripsi yang bagaimana sempurnanyapun tidak akan sanggup menggambarkan keindahan yang nampak di hadapan mata setelah orang berjalan melalui kebun Mughal yang luas dengan kolam-kolam besar.

Sebuah bangunan dari marmer putih bersih dengan ukir-ukiran yang menakjubkan serta bertatahkan batu-batu permata "Keajaiban" dunia yang lain seperti Angkor Wat di Kamboja, dan lain-lain belum tentu dapat mengalahkan keindahan Taj Mahal.

Taj Mahal didirikan oleh Shah Jehan untuk isterinya yang tercinta, Mumtaz Mahal. Rasa cintanya yang sangat besar kepada Mumtaz Mahal (Hiasan Istana) yang sebenarnya bernama Arjumand Banu Begam, membuat Shah Jehan menjadi seorang yang romantis. Ketika Mumtaz Mahal meninggal dunia pada waktu melahirkan anaknya yang ke-14, Shah Jehan membangun makam Taj Mahal ini sebagai monumen bagi isterinya.

Shah Jehan memang seorang raja Mughal yang sangat tertarik kepada kesenian dan arsitektur. Selama ia berkuasa, banyak didirikan kebun-kebun dan bangunan-bangunan. Seperti juga untuk proyek-proyeknya yang lain, untuk Taj Mahalia menggunakan tenaga-tenaga yang terbaik yang terdapat pada zamannya. Di antaranya adalah seorang pandai mas dan Venetia, Geronimo Veroneo, seorang pandai perak Austin dari Bordeaux, Perancis serta ahli-ahli Persia Ustad Ahmad dan Ustad Hamid. Untuk menyelesaikan Taj Mahal ini diperlukan waktu 22 tahun lamanya.

Sebenarnya iajuga bermaksud untuk mendirikan sebuah makam bagi dirinya sendiri yang terbuat dari batu pualam hitam, di seberang sungai Jumna di hadapan Taj Mahal. Akan tetapi pada akhir hidupnya, kesehatannya serta jiwanya terganggu sehingga maksud tersebut tak terkabul. Dalam tahun 1658, ia digulingkan oleh puteranya, Aurangzeb dan dipenjara di Benteng Agra. Di sinilah ia wafat, untuk memandang ke Taj Mahal. (DTS)

…

New Delhi, Kompas

Sumber: KOMPAS (06/12/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 680-684.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.