PRESIDEN: LANGKAH YANG KITA TEMPUH MENGUSAHAKAN KEMAMPUAN GOLONGAN EKONOMI LEMAH BERPARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN
Presiden Soeharto menegaskan, "arah dan langkah yang harus kita tempuh bersama adalah mengusahakan kemampuan yang lebih besar kepada golongan ekonomi lemah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan".
Kepala Negara menegaskan hal itu dalam sambutannya pada pembukaan seminar nasional Kadin mengenai Kepres No.14 A/1980 di lstana Negara, Kamis.
“Kita harus terus berusaha untuk mengembangkan pola ekonomi dan pembangunan yang melibatkan semua kekuatan dalam masyarakat dan pembagian kembali hasil pembangunan yang lebih merata dan adil kepada masyarakat," kata Presiden.
"Dengan arah itu", ia menjelaskan, "tidak berarti bahwa kita akan meniadakan atau mematikan peranan golongan ekonomi kuat".
Kepala Negara menegaskan, ”adalah keliru dan merugikan proses pembangunan, apabila kita menyia-nyiakan kekuatan ekonomi kuat yang ada di dalam negeri sendiri, sementara untuk mempercepat pembangunan kita masih memerlukan modal dan ketrampilan dari luar”.
Dalam hal ini ia menggariskan, bahwa yang diusahakan pemerintah adalah "agar yang kuat tetap bermanfaat bagi yang lemah. Dan yang lemah kita beri kesempatan dan bimbingan agar menjadi kuat".
"Saya perlu mengingatkan, demikian Presiden, "agar arah yang kita tempuh ini jangan diartikan secara salah sehingga terungkit-ungkit sentimen2 rasial".
"Persoalan kita bukanlah perbedaan warna kulit atau keturunan. Persoalan kita adalah masalah keadilan sosial, pemerataan pembangunan dan partisipasi yang luas dalam pembangunan itu", katanya menegaskan.
Presiden selanjutnya minta kepada Kadin agar melalui seminar ini dapat memberi sumbangan pikiran kepada pemerintah agar pelaksanaan kebijaksanaan yang sangat penting itu dapat berjalan sebaik-baiknya.
"Saya juga minta agar Kadin di pusat dan daerah selalu membina hubungan dan kerjasama erat dengan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Hal ini penting sebab pemerintah memandang dunia usaha swasta sebagai kekuatan dan partner dalam pembangunan.
Sekitar 350 pengusaha yang tergabung dalam Kadin baik dari pusat maupun daerah yang mengikuti seminar nasional mengenai Kepres 14A/1980 termasuk asosiasi dan himpunan pengusaha.
Menyesatkan
Presiden menjelaskan kepada mereka sistem dan pembangunan ekonomi Indonesia yang berdiri tegak pada asas dan sendi dasar perekonomian nasional seperti ditegaskan pasal 33 UUD 1945.
"Ini menunjukkan bahwa kehidupan ekonomi masyarakat kita tidak dapat dipisahkan daripada masalah kehidupan dan keadiian sosial".
"Memandang pembangunan ekonomi dari sudut lain, lebih2 memandang dunia usaha swasta semata-mata sebagai bidang usaha perorangan, yang hanya bertujuan mencapai keuntungan sebesar2nya tentulah akan menyesatkan tujuan pembangunan nasional kita," kata Presiden.
Ia minta perhatian para pengusaha itu untuk ingat akan pasal 33 UUD yang menghendaki pengutamaan kemakmuran masyarakat, bukan orang per orang. Karena itu pula cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hayat hidup orang banyak dikuasai negara.
Bangkitnya Kekuatan, Ekonomi Nasional
Presiden mengatakan, dewasa ini tercipta landasan dan iklim ekonomi yang memungkinkan bangkitnya kekuatan ekonomi nasional yang lebih luas, setelah bangsa Indonesia menyelesaikan Repelita I dan II.
Kemajuan-2 itulah yang meyakinkan Pemerintah bahwa dalam Repelita III sekarang ini tiba waktunya yang matang untuk memperjelas wajah pemerataan pembangunan menuju keadilan sosial yang menjadi dasar dan cita-cita pembangunan kita.
Presiden kemudian menjelaskan delapanjalur pemerataan, salah satu daripadanya adalah pemerataan dalam kesempatan berusaha. Sebenarnya usaha pemerataan dalam kesempatan berusaha ini telah mulai kita lakukan beberapa tahun lalu.
Jika dahulu pemerintah menyediakan investasi kecil, kredit candak kulak dan lain-lain, maka itu tujuannya tidak lain untuk memberi kekuatan kepada pengusaha kecil, pengusaha golongan ekonomi lemah, kepada bakul-bakul yang merupakan akar-akar dari kegiatan ekonomi masyarakat, baik di pedesaan maupun di kota2 kecil dan besar.
Tuan di Negeri Sendiri
Ketua umum Kadin Hasyim Ning dalam laporannya mengatakan, seminar ini mengambil thema "Dengan Kepres No. 14 A menuju menjadi tuan di negeri sendiri".
Menurut Hasjim Ning, banyak yang terkejut dengan seminar yang berthemakan itu. Banyak pengusaha sendiri yang bertanya:
"apa thema ini tidak berkelebihan?".
Hasyim Ning menjelaskan, dengan thema itu Kadin hendak melaksanakan citacita pembangunan nasional khususnya pembangunan dunia usahanya secara realistis dan wajar. Seminar ini bukanlah sikap xenophobia atau semacamnya, dan bukan pula utopia. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (10/07/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 781-783.