BEGITU TIBA DI BANGKOK: PRESIDEN SOEHARTO ADAKAN PEMBICARAAN DENGAN PM PREM

BEGITU TIBA DI BANGKOK: PRESIDEN SOEHARTO ADAKAN PEMBICARAAN DENGAN PM PREM

Presiden Soeharto dan PM Thailand Prem Tinsulanonda, Rabu siang kemarln di gedung pemerintahan di Bangkok, mengadakan pembicaraan empat mata yang berlangsung kira2 satu jam lebih.

Presiden Soeharto dan rombongan yang antara lain terdiri Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Menteri Sekretaris Negara Sudharmono SH, Dirjen Asia Pasifik M. Satari tiba di pelabuhan udara internasional Bangkok, Dong Muang, pukul 09.53 waktu setempat dengan pesawat khusus Boeing 707 “Republik Indonesia”.

Di lapangan udara Dong Muang, Presiden disambut ditangga pesawat oleh PM Thailand, Menlu Thailand Sidhi Savetsilla, Dubes RI untuk Thailand Hasnan Habib dan pejabat2 tinggj pemerintah Thailand lainnya.

Setelah Presiden dan rombongan resmi diperkenalkan kepada para pejabat Thailand dengan didampingi PM Prem Tinsulanonda. Presiden kemudian langsung menuju gedung pemerintah di Bangkok.

Sesampainya di gedung tersebut, Presiden dan PM Thailand diabadikan oleh wartawan2 foto dan kemudian pembicaraan resmi dengan PM Prem segera dimulai.

Pertemuan tersebut diadakan untuk memenuhi permintaan Thailand. Belum diperoleh keterangan mengenai masalah2 pokok yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut Namun sumber2 resmi Indonesia di Bangkok mengatakan bahwa pembicaraan antara kedua pemimpin ASEAN tersebut berkisar pada perkembangan terakhir mengenai masalah Kampuchea yang kembaIi menarik perhatian dunia, terutama setelah konferensi menlu2 Non Blok di New Delhi belum lama berselang.

Sumber resmi itu mengatakan, Presiden Soeharto akan menjelaskan pandangan Indonesia bahwa dalam masalah Kampuchea yang bersengketa adalah Vietnam dan RR Cina, bukan antara Vietnam dan ASEAN.

Indonesia meminta Thailand bersikap lebib luwes (flexible) tanpa mengorbankan pendirian tidak menerima penyerbuan pasukan Vietnam ke Kampuchea yang menyebabkan berkuasanya Heng Sarmin.

Dalam pembicaraan itu menurut sumber resmi tersebut disampaikan bahwa Indonesia memahami posisi Thailand yang serba rumit karena negara ini berada di depan RR-Cina bahkan akhir2 ini berada di bawah tekanan RR-Cina.

Jamuan

Setelah pembicaraan antara kedua pemimpin ASEAN itu, Presiden Soeharto menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan PM Prem Tinsulanonda untuk menghormati Kepala Negara Republik Indonesia itu.

Rabu sore pukul 18.00 waktu setempat, Presiden mengadakan kunjungan kehormatan pada Raja Thailand Bhumibol Adulyadej di Istana Citra Lada. Setelah kunjungan “kehormatan”, Presiden akan menghadiri pula jamuan makan malam yang diselenggarakan PM Prem Tinsulanonda di gedung pemerintahan Bangkok yang dilanjutkan dengan malam kesenian.

Sebelum jamuan makan malam dimulai diadakan tukar-menukar cinderamata. Sementara itu, Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Rabu siang, bersama Menlu

Sidhi Savetsilla menandatangani perjanjian penghindaran pajak berganda antara kedua negara.

Pada hari kedua kunjungannya di Thailand yaitu Kamis pagi, Presiden bersama PM Prem akan memanfaatkan waktunya untuk bermain golf. Selanjutnya pada sekitar jam 11.00 – 12.00 presiden akan mengadakan pertemuan, kekeluargaan dengan masyarakat Indonesia di KBRI Bangkok.

Dirjen

Dirjen Penerangan Deplu Thailand Jetr Sujaritkul dalam siaran televisi di Bangkok Selasa malam memperkenaIkan Indonesia sehubungan dengan kunjungan Presiden

Soeharto ke negeri itu. Juga hadir dalam program televisi Bangkok itu Dubes RI Hasnan Habib. Dirjen Penerangan Thailand mengatakan, hubungan kedua negara dapat ditelusuri sejak 800 tahun laIu. Kedua negara tetap mempertahankan hubungan baik sampai kini terutama ketjasama bidang kebudayaan, sosiaI, ekonomi dan politik.

Indonesia, kata Jetr Sjaritkul, merupakan satu di antara pengimpor beras Thailand utama. Tahun ini Indonesia membeli beras Thailand lk. 400.000 ton. Impor terbesar pernah dilakukan tahun 1977 yakni berjumlah 70.000 ton. Thailand dewasa

ini mengimpor 10.000 barrel minyak mentah Indonesia tiap hari dengan harga. “persahabatan”. Jumlah minyak mentah Indonesia yang diekspor ke Thailand menjadi 15.000 barrel/hari mulai Maret 1981. (DTS)

Bangkok, Angkatan Bersenjata

Sumber: ANGKATAN BERSENJATA (26/03/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 43-45.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.