PRESIDEN LANTIK 8 DUBES BARU

PRESIDEN LANTIK 8 DUBES BARU

RI Akan Terus Jalankan Politik LN Bebas Aktif

Indonesia menentukan sendiri langkah dan perjalanannya baik ke dalam maupun ke luar dan kenyataan iniIah yang menjadi sumber kekuatan politik luar negeri yang bebas aktif, Presiden Soeharto mengatakan ketika dia melantik 8 dubes RI yang baru, Sabtu. pagi, di Istana Negara.

Kedelapan dubes yang dilantik itu adalah A Kobir Sasradipura (52) untuk ltalia menggantikan Sri Subyakto, Asnawi Mangku Alam(60) untuk Burma menggantikan Wabono, Irawan Darsa (50) dubes RI di PBB berkedudukan di Jenewa menggantikan Atmono Suryo, Fauzi AbduI Rani (55) untuk Pakistan menggantikan Soepriardjo Gondopriyono, AbduI Aziz Bustam (55) untuk PNG menggantikan Busyiri Suryowinoto, Garnawan Dharmaputra (55) untuk Arab Syria menggantikan Murtono Kadri, Sukadiah Pringgohardjo (55) untuk Denmark menggantikan Sudaro Martonagoro dan Usodo Notodirdjo (56) untuk Norwegia

Presiden Soeharto mengatakan, politik luar negeri yang bebas aktif tidak akan ditinggalkan, malahan harus dilaksanakan selurus lurusnya Politik luar negeri yang bebas-aktif itulah yangmembimbing RI untuk memantapkan kemerdekaan nasionalnya, ialah merdeka di lapangan polilik dan merdeka di lapangan ekonomi.

"Kila akan terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif itu daIam menjawab tantangan dan kebutuhan zaman yang sekarang," kala Kepala Negara.

Indonesia tidak pernah ragu-ragu mengenai arah yang ditempuh dalam mengemudikan polilik luar negeri dan juga tidak sedikit pun bergeser dari arab yang ditunjukkan oleh pembukaan UUD dan GBHN.

Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif itu tidak gampang, lebih-lebih situasi dunia pada waktu ini penuh dengan berbagai benih ketegangan dan konflik. ApabiIa tidak waspada dan kurang hati-hati daIam mengemudikan politik luar negeri dalam keadaan dunia yang demikian, Indonesia secara sadar kalau tidak, mungkin terjebak daIam siasat kepentingan luar negeri yang sama sekali tidak ada sangkut pantnya dengan kepentingan nasional.

Harus disadari bahwa politik luar negeri tidak lain adalah gerak ke luar dari kepentingan nasional, kata Presiden.

Sukadiah

Sementara itu, Sukadiah Pringgohardjoso mengatakan kepada wartawan, di dunia Barat masih juga terdapat orang-orang yang meremehkan keterampilan seorang wanita, ini terbukti ketika dia berdinas di luar negeri, dijumpai orang-orang menyebutnya "Sir" dalam telepon. Sukadiah adaIah wanita ke-3 Indonesia menjadi Dubes setelah Paily Rusad dan Supeni.

Sukadiah mengatakan, semoga saja dia tidak mendapat kesulitan dalam melaksanakan tugasnya di luar negeri.

Dia menyalahkan pertanyaan wartawan ketika ditanyakan kepadanya bahwa Kopenhagen adalah sebuah "kola sex". "Tidak benar kalau dikatakan Kopenhagen sebagai ‘kota sex’,"ujar Sukadiah.

”Pandangan yang salah. betuI, tidak ada yang demikian ibu, " kata Sukadiah. Sudah ketinggalan zaman jika dikatakan Koppenhagen sebagai ‘kota sex’ , ujar Sukadiah dan pendapabnya dibenarkan oleh Dirjen Protokol Deplu Joop Ave yang juga berada di Istana Negara.

Sukadiah mengatakan, suksesnya dia dalam perjuangan manpun sekolah adalah berkat bimbingan ibunya Ny.Pringgohardjoso yang daIam tahun dua puluhan pernah menjadi Kerja Perkumpulan Wanita Oetomo di Yogjakarta.

Sukadiah mengatakan lagi pengalamannya waktu sekolah harus memakai baju lurik sesuai dengan permintaan ibunya, karena pada waktu itu sedang dilakukan gerakan swadesi. (DTS)

Jakarta, Merdeka

Sumber: MERDEKA (13/04/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 63-65.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.