PRESIDEN INSTRUKSIKAN: PERKECIL SEGERA KERUSAKAN TANAMAN PADI AKIBAT BANJIR DAN WERENG

PRESIDEN INSTRUKSIKAN: PERKECIL SEGERA KERUSAKAN TANAMAN PADI AKIBAT BANJIR DAN WERENG

Usaha memperkecil kerusakan tanaman pangan khususnya padi akibat banjir dan hama wereng diinstruksikan oleh Presiden Soeharto agar segera dilakukan. Dengan demikian sasaran produksi beras tahun 1981 seperti yang sudah ditentukan tetap dapat dicapai.

Menteri Pertanian Soedarsono Hadisapoetro mengungkapkan instruksi itu, Rabu kemarin, di Bina Graha didampingi Menteri PU Poernomosidi Hadjisarosa dan Menmud Urusan Pangan Achmad Affandi. Mereka diterima Presiden Soeharto bersama Menko Ekuin/Ketua Bappenas Widjojo Nitisastro, Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius Prawiro, Menteri Perindustrian AR. Soehoed, Kepala Bulog/Menmuda Urusan koperasi Bustanil Arifin dan Mensesneg Sudharmono. Semuanya membicarakan akibat banjir musim hujan sekarang ini dan serangan hama wereng hijau.

Menurut Menteri Pertanian, Presiden Soeharto mengatakan, "Jika dalam usaha tersebut terdapat hambatan-hambatan, supaya diusahakan agar waktu panen saja yang mundur, tetapi yang pentingjumlah produksi tidak berkurang. Karena itu, perlu adanya langkah seawal mungkin untuk mengatasi akibat banjir dan hama wereng ini," kata Kepala Negara menurut Soedarsono.

Sasaran Produksi

Sasaran produksi beras tahun 1981 sekitar 20,7 juta ton. Sampai Januari 1981 tercatat 4.000 hektar sawah diserang hama wereng hijau di Bali dan 1.000 hektar di Lombok. Karena itu dalam pertemuan kemarin diputuskan untuk menggunakan Basudin 90 SOC sebagai pemberantas hama wereng hijau.

Pemberantasan dilakukan dengan menyemprot dari udara dan darat, memakai Basudin 90 SOC. Untuk setiap hektar diperlukan satu liter. Harga satu liter Rp 12.000 lebih yang akan ditanggung oleh Pemerintah. Dengan demikian hama wereng hijau ini dapat diberantas secara tuntas, karena intensitas obat ini lebih tinggi dari obat pemberantas hama sebelumnya.

Hama wereng hijau ini menyerang tanaman padi VUTW PB-35 yang sebelumnya tahan terhadap hama wereng coklat. Ternyata varietas ini sekarang tidak tahan lagi terhadap wereng hijau. Serangan langsung dari wereng hijau ini tidak begitu merusak, tetapi yang sangat merusak adalah virus yang disebarkannya.

Pada waktu hama wereng ini menggigit tanaman padi, ia mengeluarkan virus yang dengan cepat menjalar ke seluruh bagian tanaman. Sampai sekarang belum ada padi di sawah yang tahan terhadap virus ini.

Menurut Menteri Soedarsono, varietas padi yang tahan terhadap virus wereng hijau ini adalah PB-50, PB-52 dan PB-54. Sampai sekarang Pemerintah baru memiliki bibit varietas PB-50. Itu pun jumlahnya masih terbatas, sekitar tiga ton. Tetapi kalau hama wereng hijau dapat diberantas, dengan sendirinya virus yang disebarnya tidak akan ada lagi, kata Menteri Soedarsono.

Areal Banjir

Sementara itu Menteri PU Poernomosidi Hadjisarosa menjelaskan, menurut catatan, di seluruh Indonesia terdapat areal banjir sekitar 1,5 juta hektar. Yang paling sering dilanda banjir adalah 147 lokasi terletak di Jawa, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera.

Dari areal banjir tersebut, terdapat sekitar 167.500 hektar tanaman padi. Kalau hujannya normal sepanjang tahun, hanya sekitar 10 persen saja yang betul-betul kena banjir.

Ia mengatakan, dalam musim hujan sekarang, ternyata intensitas curah hujan relatif tinggi. Sehingga Menteri Pertanian memperkirnkan sampai sekarang sekitar 100.000hektar tanaman padi tergenang air.

Kalau dilihat dari seluruh areal tanaman padi di Indonesia yang berjumlah sekitar sembilan juta hektar, maka yang terkena banjir hanya sekitar satu persen. Tapi kita merasa berkewaiiban untuk ikut mengurangi beban setiap warganegara, kata Poernomosidi.

Menjawab pertanyaan, Menteri Pertanian mengatakan tidak semua tanaman padi dari 100.000hektar itu yang rusak. Kalau padi masih berumur muda, masih bisa hidup andaikata tergenang air dalam lima atau tujuh hari. Tapi kalau padi sedang disemaikan yang rusak, harus diusahakan untuk segera menggantinya. Dengan demikian hanya masa panen yang tertunda satu sampai satu setengah bulan.

Sawah Baru

Menteri Pertanian menegaskan, sampai sekarang Pemerintah masih tetap mengutamakan intensifikasi dalam produksi beras. Namun perluasan tanah pertanian tetap dilakukan, seperti pencetakan sawah baru.

Sampai akhir tahun 1980 telah dicetak 36.000 hektar sawah baru dari sasaran tahun 1980/1981 sebesar 40.000 hektar. Dalam tahun 1981/1982 akan dicetak 60.000 hektar sawah baru. Namun produktivitas sawah baru ini masih rendah, hanya sekitar 1,5 sampai dua ton per hektar.

Untuk menjamin kesinambungan pertanian, kata Menteri PU, Pemerintah juga membuka tanah pertanian barn yang dikaitkan dengan pelaksanaan transmigrasi. Sampai akhir Pelita II telah dibuka tanah pertanian baru sekitar 250.000 hektar, tetapi yang efektif baru sekitar 60 persennya.

Menteri Pertanian menambahkan, dalam Repelita III ini seluruhnya akan dicetak sawah baru sekitar 250.000 hektar. Sedangkan tanah pertanian baru yang akan dibuka selama Repelita III ini sekitar satu juta hektar dengan kemiringan 8 persen. (DTS)

Jakarta, Kompas

Sumber: KOMPAS (22/01/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 346-348.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.