PRESIDEN TERIMA PENGURUS KOPERASI PETERNAK JAKARTA, MEREKA INI SEMUA TUKANG PERAS PAK

PRESIDEN TERIMA PENGURUS KOPERASI PETERNAK JAKARTA, MEREKA INI SEMUA TUKANG PERAS PAK

"Mereka ini semua tukang peras pak," demikian Wakil Gubernur DKI Haki Chourmain secara berseloroh, memperkenalkan pengurus dan anggota koperasi peternak susu Jakarta kepada Presiden Soeharto.

"Ya, asalkan yang diperas susu sapi saja ya, "jawab Kepala Negara dengan tangkas. Dan segera pertemuan antara Kepala Negara dengan sekitar 25 anggota koperasi Peternak yang cukup memenuhi ruang kerja Presiden di Bina Graha, Sabtu yang lalu, berjalan hangat dan sangat akrab.

Di hadapan Kepala Negara, para pengurus menjelaskan, dewasa ini koperasi Peternakan Jakarta yang mempunyai kegiatan mengusahakan ternak sapi perah, beranggotakan 6.600 orang dengan jumlah ternak sekitar 6.000 ekor sapi perah. Dari jumlah itu, rata-rata per hari dapat diperah sekitar 4.000 ekor dengan hasil rata-rata per ekor 8 liter per hari.

"Dijual ke mana susunya," tanya Presiden.

"Biasanya langsung ke konsumen pak, karena harganya juga lebih baik," jawab salah seorang.

Diceritakan, harga jual per liter susu murni berkisar antara Rp.500 sampai dengan Rp.600 sedangkan kalau dijual ke pabrik susu hanya Rp.1.250 per liter. Kenyataan, untuk DKI ialah 85% produksi susu dijual langsung kepada konsumen.

"Apa kesulitan yang dihadapi," tanya Presiden lebih lanjut.

"Pengawetan pak. Para konsumen sudah menuntut pasteurisasi apa lagi hotel­hotel," jawab mereka. "Tetapi susu segar yang langsung dimasak kan tidak perlu di pasteurisasi. Kalau bisa didinginkan, kan susu bisa tahan 2-3 hari," komentar Presiden.

Dalam kesempatan itu Presiden menjanjikan akan berpesan kepada Gubernur DK.I agar pabrik-pabrik di DKI mewajibkan memberikan susu segar kepada karyawannya.

Dikatakannya, dewasa ini, pabrik-pabrik pun sudah memberikan susu, tetapi bukan susu segar, tetapi susu bubuk yang tentu saja tidak sebaik susu segar.

Bantuan Botol-botol

Presiden yang betul-betul menghayati kesulitan para peternak sapi perah, pada kesempatan itu menyerahkan bantuan botol sebanyak 100 ribu buah. Tiap botol seharga Rp.200.

Dari seratus ribu botol itu, di antaranya 25 ribu diberikan secara gratis kepada para anggota koperasi. Sedangkan yang 75 ribu, dikreditkan kepada para anggota, dan uang hasil kredit dikembalikan kepada koperasi untuk modal dan pengembangan koperasi itu.

"Sebetulnya janji saya kan sejak Lebaran yang lalu, tetapi ternyata membuat cetakan botol itu memakan waktu cukup lama, apalagi botol susu memerlukan persyaratan khusus," kata Presiden. "Tetapi saya membantu botolnya saja lho, tutupnya saudara-saudara sendiri yang mengusahakan," tambah Presiden.

Selain memberikan bantuan botol yang bernilai Rp.200 juta, Presiden juga menjanjikan akan memberikan bantuan bibit sapi perah dari Australia sebanyak 150 ekor.

Kepada Presiden, para anggota koperasi yang dipimpin A Wardhie Asnawi dan Sekretaris Entek Trisnowarsito menjelaskan, pemerintah DKI telah membantu mengusahakan areal di Gunung Sindur Sawangan, selaus 200 ha untuk tanaman rumput.

Presiden memberikan petunjuk agar koperasi menanam rumput yang bergizi bagi sapi sambil menunjukkan jenis-jenisnya. Bahkan Presiden juga menyarankan, agar bila para peternak mengalami kesulitan dan perlu mendapatkan bimbingan, tidak segan-segan mempertanyakanya ke peternakan Tapos, yang dikelola oleh putera Presiden. Para peternak itu diantar oleh Wagub Haki Chourmain dan Dirjen Peternakan Hutasoit.

Dalam tanya jawab dengan pers seusai pertemuan, Wagub Haki Chourmain mengemukakan, pihak koperasi telah mengusahakan agar para anggotanya tetap memperhatikan masalah kebersihan dan kesehatan.

Bahkan secara periodik pihak DKI mengadakan pengetesan kualitas susu. Pihak koperasi pun akan menindak anggotanya bila melalaikan kebersihan atau bahkan memalsukan susu produksinya.

"Jadi jangan ragu ragu rninum susu segar," katanya. (DTS)

…

Jakarta, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (06/04/1981)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 364-366.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.