PRESIDEN: HASIL PEMBANGUNAN HARUS DIRASAKAN SECARA MERATA
Presiden Soeharto rnenyatakan; pembangunan yang rnerupakan usaha untuk mencapai cita-cita kemerdekaan harus dirasakan oleh seluruh rakyat secara merata dan adil.
Merata meliputi seluruh wilayah Indonesia, rnerata dinikrnati dan merata dirasakan adanya kemajuan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Presiden Soeharto mengemukakan ini pada upacara peresmian berbagai proyek di Daerah Khusus lbu kota Jakarta, Sabtu pagi, di Kompleks Pendidikan Salemba.
Peresmian itu dilaksanakan sekaligus, meliputi Kompleks Pendidikan Salemba 18, Kompleks Pendidikan Rawa Bunga, Pasar Pramuka, Pasar Mayestik dan Sistem Folder Banjir Pluit.
Pemerintah membangun beribu-ribu sekolah dasar di seluruh penjuru tanah air yang tujuannya adalah agar setiap anak dapat memperoleh pendidikan yang baik, kata Presiden. Pembangunan kompleks pendidikan di Rawa Bunga dan Salemba juga dimaksudkan agar anak-anak dan para remaja yang orang tuanya tinggal di daerah tersebut dapat menyekolahkan putera puterinya di kompleks pendidikan ini.
Kompleks pendidikan yang besar, lengkap dan indah yang dibangun oleh Pemerintah DKI Jakarta tidak dimaksudkan hanya untuk menampung anak2 orang yang berada saja, tetapi juga untuk menampung anak-anak rakyat jelata.
Dengan cara ini, demikian Presiden, ditanamkan rasa persaudaraan dan kesetiakawanan sejak masa anak2 tanpa membedakan kekayaan dan asal-usul, yang kelak akan tumbuh menjadi sikap demokratis.
Sebelumnya seorang murid wanita dari SD Kompleks Pendidikan Salemba membacakan sebuah sajak untuk Presiden Soeharto yang pagi itu telah meresmikan sekolah2 mulai SD hingga SMA.
Dari Salemba Presiden dan rombongan segera menuju ke Pasar Pramuka di Jalan Pramuka untuk meninjau pasar tersebut. Sepanjang jalan telah berbaris rakyat serta pelajar2 dan pemuda2 menyambut kedatangan Presiden mereka.
lbu Tien Soeharto segera melakukan upacara pengguntingan pita tanda dibukanya secara resmi pasar itu. Bagian bawah dan tingkat dua untuk pasar, tingkat tiga untuk parkir dan ruang paling atas untuk penyelenggaraan pameran atau promosi industri kecil. Penyelenggara promosi adalah Biro Perekonomian DKI serta PD Pasar Jaya.
Presiden melihat2 pakaian jadi dan berbicara dengan pemiliknya. Di ruang tersebut dipamerkan berbagai barang2 seperti perabot rumahtangga seperti mejakursi dsb, yang kebanyakan memakai ukiran Jepara. Batu2an serta bahan2 seperti batik dsb, juga dipromosikan di tempat tsb.
Selesai keliling ruang promosi, Presiden, lbu Tien Soeharto dan rombongan segera menuju ke Kompleks Pendidikan Rawa Bunga di Jatinegara.
Di jalanan masuk telah berbaris pemuda-pemudi AMPI, sedang pelajar2 SMA dari kompleks pendidikan tersebut berbaris di bagian muka.
Ribuan pelajar2 SD dan SMP menyambut kedatangan Presiden bersama Ibu Soeharto yang telah sejak pagi mereka nantikan. Di kompleks tersebut terdapat 12 buah SD, sebuah SMP (62) dan SMA 1. Ibu Tien Soeharto telah menggunting pita tanda peresmian kompleks pendidikan di Rawa Bunga itu.
Di sistem Polder Banjir Pluit, Presiden Soeharto melakukan penekanan tombol sirene tanda diresmikannya proyek tsb.
Balon2 berwarna dilepaskan di udara diiringi bunyi sirene. Sistem polder banjir tsb. merupakan sistem yang dibangun untuk memecahkan aliran di daerah Krukut, Taman Sari, Mangga Besar, Kali Beton, dll. seluas 2500 hektar.
Pelaksanaan proyek tsb menelan biaya sekitar Rp. 950,- juta untuk pembebasan tanahnya dari APBN, sedang untuk konstruksinya dengan biaya bantuan pinjaman Belanda sebesar 40,4 juta Gulden Belanda, termasuk jasa konsulltan. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (29/08/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 418-420.