ABRI TAK AKAN JADI MILITERISTIS DAN OTORITER
Presiden pada HUT ABRI ke-36
Presiden Soeharto mengatakan peranan ABRI sebagai pejuang dan prajurit tidak akan meluntur kepada kekuasaan yang militeristis, otoriter dan totaliter. Hal ini, dikatakan Presiden dalam amanatnya pada peringatan hari ulang tahun ABRI ke-36 dipantai Cigading, Cilegon, Jawa Barat, kemarin.
Sebaliknya, ABRI justru berjuang mendorong pertumbuhan kehidupan demokrasi Pancasila dan konstitusional berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
"Hal terakhir inilah yang merupakan salah satu tugas yang paling penting bagi ABRI untuk dilaksanakan sebaik-baiknya," kata Presiden Soeharto.
Bagi Angkatan 45, khususnya yang masih berada dalam jajaran ABRI, Presiden ingatkan bahwa mereka harus menyelesaikan tahap terakhir tugasnya dengan baik. Mereka harus mampu menanamkan tekad dan tata pikir bagi generasi penerus dan generasi muda ABRI.
Tetapi di bagian lain amanatnya, Presidenjuga mengingatkan bahwaAngkatan 45 bukan orang-orang luar biasa. Mereka pun manusia biasa dengan kekurangan dan kelemahannya.
"Namun mereka telah mendapat kesempatan sejarah dan menjalankan tugas sejarahnya dengan baik Tugas itu ialah membebaskan bangsa dari penjajahan, meletakkan dasar bagi kesatuan dan persatuan. bangsa, dan mengantar bangsa ini pada permulaan pembangunan," kata Presiden.
Dalam hubungan ini, Presiden menandaskan, tugas pembangunan memedukan kesinambungan, peningkatan, koreksi dan pembaharuan terus menerus dari
ke generasi. Tugas besar pembangunan bangsa sangat penting, karena itu kita mengetahui mana yang pokok dan mana yang sampingan saja.
Menurut Presiden di tahun tahun mendatang, tugasABRI tetap diletakkan dalam kerangka pembangunan bangsa untuk mengisi kemerdekaan. Untuk itu, dwi fungsi dan peranan ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator masyarakat, harus diarahkan untuk menyukseskan pembangunan.
"Ini hendaknya disadari sedalam-dalamnya olehABRI dan memperoleh dukungan pengertian rakyat," kata Presiden.
Kepala Negara juga menegaskan, penilaian rakyat terhadap ABRI, bukan pada apa yang dilakukan ABRI. Tetapi ditentukan sikap dan perbuatan ABRI sendiri.
"Kita semua menginginkan agar tampilnya ABRI di tengah rakyat, beradanya ABRI di setiap tempat, dapat membuat rakyat merasa lega dan cerah wajahnya, karena mereka merasa dekat dengan pelindungnya, ”Presiden menambahkan.
Ini semua, demikian Presiden, merupakan wujud yang paling nyata mempunyai makna dari kemanunggalan ABRI dan rakyat.
Pertanggungan jawab
Dalam tahun-tahun terakhir ini ABRI mengalami kemajuan persenjataan yanr membanggakan hati rakyat. Pada hari ulang tahun dengan kemeriahan, pertunjukan kemampuan danperalatan yang dimiliki, ABRI bermaksud memberikan pertanggungan jawab kepada rakyat tentang kemajuannya.
Tetapi Presiden juga mengatakan, selain mensyukuri kemajuan yang sudah dicapai, kita juga harus menyadari kelemahan dan kekurangan yang ada dalan, pelaksanaan pembangunan.
"Kita semua perlu menyadari dan bersikap waspada karena masih terbentang tantangan berat dan makin rumit dalam melanjutkan pembangunan menuju masyarakat Pancasila yang kita idam-idamkan bersama," kata Presiden.
Menyadari tugas berat dan rumit di masa depan itu, kita harus membentengi diri dengan sikap setia kepada cita-cita kemerdekaan Pancasiia dan UUD’ 45. lni berarti Semangat ’45 harus kita kobarkan karena kita memasuki zaman baru dengan tantangan baru yang berbeda dengan sebelumnya.
Untuk meneruskan semangat ‘
45 dan nilai-nilai 45, peranan Angkatan ’45 sangat penting, yaitu memberikan contoh dan pencerminan kepada generasi selanjutnya. Dan ini bisa melalui perbuatan sikap dan pandangan mereka.
Khusus dalam kaitan dengan persenjataan makin modem yang dimiliki ABRI sekarang, Presiden ingatkan, supaya prajurit yang merupakan pewaris Generasi 45, memelihara dan menggunakannya dengan baik.
”Ingat baik-baik, segala persenjataan dan peralatan itu dibayar dengan kerja keras rakyat," kata Presiden.
Namun Presiden juga menandaskan, yang lebih ampuh dari segala persenjataan dan peralatan itu adalah semangat dalam dada setiap prajurit.
"Semangat sebagai pejuang yang mati dan hidupnya diabdikan kepada Pancasila, kepada keselamatan dan kejayaan Indonesia," katanya. ABRI yang Setia
ABRI dilahirkan dari rakyat yang sedang berjuang pada tanggal 5 Oktober 1945. Tujuannya membela Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan diproklamasikan 17 Agustus 1945. Karena itu ada hubungan yang sangat erat antara 17 Agustus 1945 dengan 5 Oktober 1945.
Menurut Kepala Negara, ABRI tetap utuh sampai sekarang, karena setia kepada cita-cita rakyat, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan. Keberhasilan ABRI melaksanakan tugasnya, membela keselamatan rakyat dan melindungi kedaulatan negara, karena ABRI manunggal dengan rakyat.
Untuk membuktikan kekuatan kemanunggalan ABRI-rakyat itu Presiden menggambarkan tentang perjuangan mengusir kolonialisme dari Ibu Pertiwi, melumpuhkan ancaman kekuatan ekstrim kiri dan kanan, terutama pemberontakan G30S/PKI.
Peringatan ulang tahun ABRI kali ini, dirayakan di tiga tempat, di Cilegon untuk Kowilhan II, di Medan untuk Kowilhan I dan Ujung Pandang untuk Kowilhan Ill dan
Dalam acara di Cilegon, Presiden Soeharto bertindak selaku inspektur upacara. Sedang yang hadir antara lain para menteri kabinet, pejabat tinggi/ tertinggi negara, korps diplomatik dan disaksikan pula tidak kurang dari 1 juta rakyat.
Para prajurit ABRI mempersembahkan acara-acara, antara lain defile, terjun payung, terbang lintas pesawat-pesawat TNI-AU serta demonstrasi kemampuan dan ketangkasan prajurit-prajurit TNI-AL melalui "pertempuran laut", operasi pendaratan dan sebagainya. (DTS).
…
Jakarta, Kompas
Sumber: SUARA KARYA (06/10/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 469-471.