PRESIDEN KEPADA PARA PRAMUKA :
PUTRA-PUTRI INDONESIA HARUS SANGGUP MENJADI PELAKU SEJARAH
Jangan Hanya Pandai Bersorak dan Menggerutu
Presiden Soeharto menggugah para remaja Indonesia agar selalu merasakan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Namun kebanggaan itu bukan hanya sekedar bangga, melainkan harus dimulai dengan mempelajari sejarah dan keadaan bangsa kita.
"Bangga yang kosong tidak ada gunanya, bahkan akan menipu diri kita sendiri, ”ucap Presiden.
Hal itu dikemukakan Kepala Negara, Sabtu, ketika membuka Jambore Nasional ke-3 dan Jambore Asia Pasifik ke-6 sekaligus meresmikan bumi perkemahan ”Widya Mandala Krida Bhakti Pramuka" di Cibubur.
Ditegaskan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dapat diwujudkan dengan mematrikan niat dan tekad untuk menjadi putra-putri Indonesia yang dapat diandalkan sanggup menjadi pelaku-pelaku sejarah dan bukan hanya pandai bersorak atau menggerutu. Dengan demikian diharapkan kelak mampu menjadi pelopor pembangunan bangsa.
Mengutip petuah nenek-moyang kita yang berbunyi "Berakit-rakitlah ke hulu dan berenang-renang ke tepian, bersakit-sakitlah dahulu agar dapat bersenang-senang kemudian”:
Presiden berpesan, agar di masa muda kita harus mampu mengendalikan diri berusaha dan bekerja keras, jangan hanyut dalam hidup santai dah bersenang-senang saja. "Hiduplah dengan penuh disiplin, walaupun tetap gembira," tegasnya.
Presiden menyatakan, para remaja yang lahir dan dibesarkan di masa Indonesia sudah merdeka, betapapun masih terdapat berbagai kekurangan namun kesempatan untuk menuntut ilmu dan memperoleh kemajuan pada umumnya jauh lebih terbuka. Sebab itu, Kepala Negara meminta agar mempergunakan masa remaja sebaikbaiknya, dengan mengisi kegiatan yang berguna, belajar dan bergaul dalam masyarakat yang bermanfaat. "Jangan sampai kesempatan emas ini kalian biarkan berlalu begitu saja. Kalau dibiarkan, kelak kalian akan menyesal. Dan sesal kemudian tak ada gunanya".
Presiden berkata "wajah kalian yang cerah berseri-seri, penuh gairah dan gembira, menambah harapan dan bahkan meyakinkan kami akan masa depan bangsa kita yang lebih cerah". Karena itu pula, Kepala Negara juga yakin bahwa para remaja sebagai harapan bangsa akan sanggup memikul tanggung jawab masa depan bangsa dan negaranya.
Pada bagian lain sambutannya, Presiden mengatakan, dibanding dengan masa muda kami orang tua kalian, kalian jauh lebih beruntung. Di masa muda dulu kami hidup di zaman berkuasanya penjajah yang tidak rela melihat bangsa kita maju dan bebas.
Kalian sekarang dalam alam kemerdekaan suatu Kemerdekaan Nasional yang dilahirkan oleh bangsa Indonesia dengan penuh pengorbanan.
Kepada para pimpinan Pramuka, Presiden mengajak agar benar-benar meningkatkan mutu Gerakan Pramuka. "Bimbing dan latihlah remaja kita dalam Pramuka dengan penuh kesabaran, keteguhan hati dan kasih sayang, agar mereka menjadi tunas bangsa yang dapat dibanggakan," demikian Presiden Soeharto.
Menumbuhkan Kader Pembangunan Melalui Pramuka
DIIKUTI 30.881 Pramuka penggalang dari seantero nusantara dan 16 negara Asia Pasific, Sabtu lalu Presiden Soeharto resmi membuka Jambore Nasional III dan Jambore Asia Pasifik (Aspas) VI di Bumi Perkemahan Widya Mandala Krida Bhakti Pramuka Cibubur. Berbeda dengan Jamnas I di Jakarta dan Jamnas II di Sibolangit, Jamnas III yang berlangsung dari 20-27 Juni ini diikuti pula kontingen luar negeri, khususnya dari negara Asia Pasifik.
Ketua Regional Asia Pasifik: George Mac Qui menyebut jambore ini sebagai yang paling besar yang pemah disaksikannya di wilayah Asia Pasifik. Upacara pembukaan yang dihadiri Ny. Tien Soeharto, Wapres dan Ny. Nelly Adam Malik, sebagian besar Menteri Kabinet Pembangunan III, beberapa Dubes negara sahabat dan sekitar 3.000 undangan berlangsung meriah.
Upacara pembukaan dimulai jam 08.00 pagi, tapi sejak jam 06.16 bumi perkemahan sudah dibanjiri segenap peserta jambore yang berbaris dengan teratur di lapangan upacara "Bumi Perkemahan Widya Mandala Krida Bhakti Pramuka" yang juga diresmikan Presiden hari Sabtu.
Tepat jam 07.00 dimulai acara pendahuluan berupa pengibaran Sang Saka Merah Putih dan panji-panji gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia memasuki lapangan upacara.
Setengah jam kemudian, Bapak Wakil Presiden dan Ny. Nelly Adam Malik memasuki mimbar yang disambut dengan lagu "SELAMAT DATANG WAKIL PRESIDEN" yang diciptakan khusus untuk upacara jambore ini. Berbarengan dengan berkumandangnya lagu tersebut di tribun utara (seberang mimbar utama) muncul konfigurasi yang dibuat sekitar 800 pelajar dan bertuliskan "JUMPA LAGI".
Begitu konfigurasi hilang dan lagu pun berakhirnya serta merta Wapres menuju mimbar II bersama Ny. Nelly Adam Malik sambil melambaikan tangan yang disambut yel-yel "salam Pramuka" yang menggelegar dari mulut 30 ribu lebih pramuka penggalang.
Dua puluh lima menit kemudian, Presiden dan Ny. Tien Soeharto tiba di mimbar I. Baik Presiden maupun Ibu Tien tidak langsung duduk, tapi lebih dulu melambailambaikan tangan kepada segenap peserta jambore.
Konfigurasi bertuliskan "SELAMAT DATANG" dan dengan penuh keakraban segenap Pramuka menyanyikan lagu "SELAMAT DATANG BAPAK PRESIDEN DAN IBU TIEN SOEHARTO" diiringi tepuk tangan bergemuruh.
Meskipun upacara pembukaan masih belum dimulai, tapi suasana semakin meriah karena Presiden dan Ny. Tien Soeharto, Wapres dan Ny. Nelly Adam Malik serta segenap Menteri juga berpakaian seragam Pramuka.
Upacara Pembukaan
Pada upacara pembukaan memberikan sambutan pula Kepala Regional Asia Pasifik George Mac Qui, Kakwarnas Mashudi. Tepuk tangan gegap gempita sehabis Presiden menyampaikan pidato pembukaan dan menekan tombol sirene dan berbarengan dengan itu konfigurasi memunculkan "TUNAS KELAPA" dua buah.
Bunga melati (lambang Pramuka Asia Pasifik) yang semula kuncup, secara perlahanlahan terbuka diiringi hymne Pramuka secara instrumental. Dari dalam bunga melati muncul empat penggalang yang secarabergantian membacakan syair hymne Pramuka dan dilanjutkan dengan lagu hymne Pramuka yang dibawakan segenap peserta. Meriam udara berdentum sembilan kali dan diiringi pula dengan lagu "Mars Jambore Nasional 1981".
Tarian Massal
Upacara dimeriahkan juga oleh atraksi-atraksi yang dibawakan peserta 1.000 penggalang dari Kwarda Jawa Barat membawakan permainan angklung, senam tongkat oleh 1.000 penggalang dari Kwarda Jawa Timur dan tari "Yapong" dibawakan 1.000 penggalang dari Kwarda DKI Jakarta.
Yang cukup memukau pula adalah demonstrasi berkuda yang dibawakan sekitar 50 penggalang dari Kwarda Nusa Tenggara Timur. Setelah memberi penghormatan kepada Presiden, kontingen NTT membawakan atraksi2 "Pasola", demonstrasi perang berkuda yang hingga kini masih bisa disaksikan di pulau Sumba.
Begitu acara ini berakhir muncul konfigurasi ”SUKSES JAMBORE” dan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya
Acara Peninjauan
Sehabis upacara pembukaan sekitarjam 10.10 Presiden dan rombongan menuju plaza menggunakan bis terbuka "Taman Mini", sedangkan peserta kembali ke kemah masing-masing untuk mengikuti kegiatan lainnya.
Presiden nyaris tak pernah menurunkan tangan karena membalas "salam pramuka" yang di-yel2kan para penggalang yang membanjiri jalanan yang dilewati Presiden dan rombongan.
Di Pameran Pramuka, lbu Tien Soeharto berkenan menggunting pita tanda dibukanya pameran itu. Karena ribuan penggalang memadati jalan, Presiden dan rombongan terpaksa berjalan di tengah kerumunan Pramuka. Setelah menggunting pita, Presiden dan rombongan meninjau pameran itu.
Dari bis terbuka yang berjalan pelan sekali, Presiden menyaksikan segenap arena perkemahan. Sampai di stand Depdagri, Presiden dan rombongan turun dari bis dan meninjau pameran yang dilanjutkan dengan makan siang setelah meninjau pameran Deptan. Sehabis makan siang, Ibu Tien menggunting pita Pameran Pembangunan dan meninjaunya.
Selanjutnya peninjauan dilakukan berjalan kaki yaitu ke stand Departemen Hankam, Deppen, Bank InIb Thu Tien juga menggunting pita.
Presiden dan rombongan meninggalkan bumi perkemahan Cibubur sekitarjam 14.30 melalui Kecamatan Sarbini. Dengan demikian acara peninjauan memakan waktu lebih dari 4 jam. Dalam hal ini membuktikan bahwa perhatian Kepala Negara begitu besar pada perkembangan kepramukaan kita. (DTS)
…
Jakarta, Suara Karya
Sumber: SUARA KARYA (22/06/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 605-608.