PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN HARUS MENYEBAR

PEMBANGUNAN PABRIK SEMEN HARUS MENYEBAR

PRESIDEN :

Pasaran Semen Indonesia yang kini mulai mendapat perhatian luar negeri, perlu dimanfaatkan untuk peningkatan ekspor.

Usaha itu selain dapat membantu negara lain yang tidak menghasilkan semen, sekaligus dapat memperbesar pendapatan devisa negara.

Demikian dikemukakan Presiden Soeharto di Lhok Nga, 18 km sebelah tenggara Banda Aceh, Selasa ketika meresmikan pabrik semen PT Andalas Indonesia.

Pada kesempatan itu secara simbolik juga diresmikan unit pengantongan semen pabrik tersebut yang dibangun di pelabuhan Belawan, Medan, serta peningkatanjalan raya Meulaboh-Tapaktuan.

Produksi semen perlu diperbesar sebab merupakan kebutuhan mutlak bagi pembangunan fisik. Sebagai contoh, pembangunan waduk, jembatan, pelabuhan, rumah, dan mesjid semuanya membutuhkan semen.

Kegiatan pembangunan di segala bidang, selain meningkat juga meluas ke seluruh wilayah tanah air. Karena itu pembangunan pabrik semen juga harus menyebar.

Pemerintah telah mengusahakannya dengan membangun pabrik semen di Aceh, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, dan Sulsel.

Di daerah yang kebutuhannya akan semen belum begitu besar, seperti NTT, dibangun pabrik dalam skala kecil seperti di Kupang.

Penyebaran lokasi tersebut dapat dilaksanakan karena bahan baku utama semen yang berupa kapur dan tanah liat terdapat di mana-mana.

Melalui penyebaran, selain kebutuhan dalam negeri secara merata dapat dicukupi, harga dapat ditekan karena biaya angkut lebih rendah.

Dengan pabrik semen di Lhok Nga, misalnya, kebutuhan semen di Sumut yang terus meningkat tidak perlu lagi dipenuhi dari basil produksi pabrik semen di Jawa.

Kehadiran industri kunci seperti pembangunan semen ini, dinilai akan mempunyai kekuatan pendorong bagi tumbuhnya kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan kesempatan kerja tidak kecil.

Di samping itu juga dapat mendorong tumbuhnya industri hilir yang mempergunakan semen sebagai bahan baku, misalnya industri pipa beton.

Presiden mengharap agar pabrik semen Andalas Indonesia dapat memberikan bimbingan teknis kepada pengusaha industri hilir yang diharapkan akan tumbuh di daerah itu.

"Untuk mewujudkan apa yang saya gambarkan memang diperlukan usaha keras. Ia tidak datang dengan sendirinya, melainkan kita harus berusaha dan terus berusaha", katanya tegas.

Tenaga Asing

Menyinggung penggunaan tenaga asing, Presiden Soeharto menegaskan, dalam tahap permulaan boleh dan memang masih perlu menggunakan tenaga asing, tapi harus tiba saatnya semua pabrik dan industri, betapapun besar dan rumitnya, digerakkan oleh otak dan tangan putra Indonesia sendiri.

Dalam hubungan itu ditekankan perlunya semua pabrik dan industri memiliki perencanaan pembinaan tenaga yang terarah dan jelas.

Proses mengurus diri sendiri di bidang ekonomi memang memakan waktu, bahkan mungkin perjalanan itu masih akan sangat panjang. Namun tekad ke arab sana sama sekali tidak boleh goyah.

Sebaliknya, Kepala Negara juga minta kepada mitra pihak asing untuk ikut mendidik tenaga Indonesia ke arah yang diinginkan.

"Apa yang saya katakan di sini bukan hal baru, melainkan merupakan dasar pemikiran yang telah ditegaskan dalam memberi kesempatan modal asing membuka kegiatan di negara ini," kata Kepala Negara mengingatkan.

Perluasan Jalan

Pembangunan dan perluasan jalan yang mendapat prioritas tinggi, dinilai merupakan syarat teramat penting untuk memperbaiki taraf hidup rakyat dan mempercepat tumbuhnya perekonomian.

Tanpa jalan yang baik, urat nadi perekonomian akan tersumbat sehingga lalulintas ekonomi tidak lancar. Rakyat juga akan sulit pergi dari satu tempat ke tempat lain. Produksi yang dihasilkan akan sulit dipasarkan, dan barang kebutuhan hidup juga sulit didapat.

Menunjang Perkembangan Sosial Ekonomi

Menteri Pekerjaan Umum, Ir Suyono Sosrodarsono, dalam sambutannya menyatakan, peningkatan jalan Meulaboh-Tapaktuan berpengaruh bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Antara lain, akan menunjang perkembangan sosial ekonomi dan pengembangan wilayah daerah tersebut.

Menurut Suyono, dengan peningkatanjaringanjalan tersebut, lalulintas Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan-Sidikalang-Medan akan lebih berkembang.

Dengan itu, program peningkatan produksi pangan dan program transmigrasi di daerah Aceh bagian Barat, akan lebih baik karena waktu tempuh dipersingkat.

Dikatakannya, jalan Meulaboh-Tapaktuan (207 km) semula berupa jalan tanah yang hanya dapat ditempuh kendaraan bermotor dalam waktu rata-rata 12 jam pada musim hujan, atau 10 jam di musim kemarau.

Setelah peningkatan, jarak itu dapat ditempuh hanya dalam waktu 4 jam. Lalulintas Aceh-Medan yang semula hanya bisa ditempuh melalui pantai timur kini juga bisa ditempuh melalui pantai barat dengan jalan itu.

Dalam rangka peningkatan jaringan jalan di Aceh, sampai dengan Pelita III tahun keempat, pemerintah telah menyelesaikan peningkatan jalan arteri dan kolektor sepanjang 679,8 km.

Penggantian jembatan tercatat 222 buah dan pembangunan jembatan baru dengan panjang total 4.165 meter. Ruas jalan yang diresmikan Presiden Soeharto tersebut ditangani awal tahun 1980 dengan biaya Rp 42 milyar pinjaman dari Jerman Barat dan sisanya dari APBN.

Pada ruas jalan itu juga dilakukan penggantian 42 buah jembatan sepanjang 1.685 meter, 90 kotak Culvert dan 252 gorong-gorong.

Upacara Peresmian

Upacara di Lhok Nga itu diawali pembacaan ayat-ayat kitab suci Al-Quran. Kemudian disusun laporan Pimpinan PT Semen Andalas, Syarif Thayeb, yang antara lain menyebutkan, usaha mendirikan pabrik semen itu merupakan patungan antara pabrik semen PT Rencong Aceh dan beberapa perusahaan asing.

Sambutan berikutnya dari Gubernur Aceh Hadi Thayeb dan Duta Besar Jerman Barat untuk Indonesia Dr Helmut Matthias.

Peresmian ditandai penandatanganan tiga buah prasasti oleh Presiden Soeharto, masing-masing untuk pabrik semen, unit pengantongan, dan jalan raya Meulaboh Tapaktuan.

Diawali pengguntingan pita oleh Ibu Tien Soeharto, Presiden dan rombongan meninjau pabrik yang berkapasitas produksi 1 juta ton per tahun itu.

Presiden berangkat ke Aceh Selasa pagi dengan pesawat Pelita F-28, disertai 8 menteri dan Pangab Jend. Benny Moerdani. Tiba kembali di Jakarta pada sore harinya. (RA)

Banda Aceh, Suara Karya

Sumber : SUARA KARYA (03/08/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 300-303.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.