PEMBANGUNAN TAK MUNGKIN OLEH SATU GOLONGAN SAJA
Pembangunan tak mungkin hanya dijalankan oleh pemerintah saja, betapa pun kukuhnya pemerintahan itu, juga tak mungkin dijalankan oleh salah satu golongan masyarakat saja, betapapun kuatnya golongan ini.
Pembangunan Indonesia adalah dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat di bawah bimbingan Pemerintah.
“Pembangunan masyarakat hanya mungkin berjalan lancar dan berhasil jika dilaksanakan dengan rasa tanggungjawab yang sebesar-besarnya oleh semua lapisan, semua golongan dan semua generasi bangsa ini,” tegas ketika menganugerahkan tanda kehormatan Parasamya Purnakarya Nugraha kepada Pemda Tingkat I Sumatera Barat, serta tanda kehormatan Prayojanakriya Pata Parasamya Purnakarya Nugraha masing-masing kepada Pemda Jawa Tengah dan Jawa Timur hari Rabu di Stadion H.A. Salim, Padang.
Selanjutnya, Presiden Soeharto berujar :
“Sejak semula kita memandang bahwa pembangunan nasional adalah pembangunan lahir bathin, pembangunan manusia Indonesia yang utuh dan membangun seluruh masyarakat Indonesia berarti bahwa pembangunan kita mengutamakan pembangunan manusianya.”
Dikatakan, manusia adalah tujuan dan sekaligus pelaku utama pembangunan. Oleh karena itu kualitas manusia penting untuk menjamin gerak pembangunan bangsa selanjutnya.
Menurut Presiden Soeharto, dalam tahap tinggal landas Indonesia akan memacu pembangunan ini lebih cepat lagi. Sehingga dengan kekuatan bisa makin mendekati wujud masyarakat Pancasila yang maju, adil, makmur, sejahtera dan lestari.
“Proyek-proyek pembangunan memang penting bagi keberhasilan pembangunan, karena proyek-proyek pembangunan itulah hasil karya nyata manusia dalam membangun dirinya,” kata Presiden.
Lebih jauh dikatakan, arti yang hakiki dari keberhasilan pembangunan adalah tumbuhnya kemampuan rakyat untuk meningkatkan taraf hidupnya baik lahir maupun batin.
“Membangun kemampuan rakyat suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidupnya sendiri inilah yang merupakan tantangan besar dalam zaman pembangunan di alam kemerdekaan,” kata Presiden.
Di daerah itulah menurut Presiden, rakyat menyatu dengan lingkungan sekitarnya yang menjadi ajang pembangunan. Di daerah itulah ditemui secara nyata masalah hidup dan di daerah itu pula terpendam potensi pembangunan yang harus digerakkan untuk mengatasi masalah hidup.
Dikatakan lagi, tugas dan tantangan makin tidak ringan karena situasi politik dan ekonomi dunia terus saja serba tidak menentu dan dalam menghadapi masa depan yang demikian bertambah penting arti peningkatan kemampuan kita sendiri.
Karena itulah, demikian Presiden, kita harus berlomba lomba membangun daerah dengan sebesar besarnya mengerahkan kemampuan sendiri.
“Memang kita berbesar hati karena selama ini semua daerah terus membangun yang satu lebih cepat dari yang lain, yang satu meraih kemajuan lebih besar dari yang lain, yang satu lebih besar dari yang lain,” katanya.
“Dalam Repelita III yang baru lalu, maka prestasi terbesar dicapai oleh Daerah Tingkat I Sumatera Barat, terjadi di Tanah Minangkabau yang permai ini,” katanya lagi menambahkan.
Bung Hatta
Dalam sejarah perjuangan nasional, daerah Sumbar telah menyumbangkan puteranya yang terbaik dari daerah ini lahir Tuanku Imam Bonjol yang selama 15 tahun lebih berjuang melawan hampir seluruh tentara kolonial yang dikirim untuk menumpas perlawanan rakyat.
Dari bumi Minangkabau lahir Bung Hatta, salah seorang Proklamator, seorang pejuang besar, seorang muslim nasionalis yang tidak bercacat, juga dari daerah ini bangs a Indonesia menghormati tokoh-tokoh nasional lainnya seperti Haji Agus Salim, Muhammad Yamin, Syahrir, Mohammad Syafei dan Buya Hamka dan sekarang, dalam zaman pembangunan, seluruh rakyat Sumatera Barat yang dinamis telah berhasil dalam membangun dirinya.
Semuanya ini hanya bisa terjadi karena rakhmat Illahi kepada rakyat dan Pemerintah Daerah yang telah bekerja keras yang bersatu padu sesuai dengan semboyan daerah ini : “Tuah Sakato”, kata Presiden.
Tujuh Hari
Kedatangan Presiden dan Ny. Tien Soeharto di pelabuhan udara Tabing, Padang, disambut dengan upacara adat. Gadis gadis Minang dengan pakaiannya yang berwarna warni membuat suasana cerah pagi itu makin menyolok.
Situasi Kota Padang sejak Selasa malam diliputi kegembiraaan dan kegembiraan itu meluap Rabu pagi, terutama di sekitar gelanggang olahraga Haji Agus Salim yang dipadati oleh massa.
Lagu-lagu perjuangan, lagu-lagu gembira berkumandang di udara serta bendera-bendera dan umbul-umbul berkibar di setiap tempat strategis.
Gelanggang Olahraga Haji Agus Salim semakin anggun dengan dibangunnya dua bangunan dengan gaya Minang yaitu Mimbar I dan Mimbar II yang diperuntukkan bagi Presiden dan para Gubernur dari tiga daerah yang mendapat Tanda Kehormatan dari Negara itu.
Konfigurasi “Selamat Datang” diperlihatkan pada saat Presiden dan Ny. Tien Soeharto memasuki tempat upacara.
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan sebagai awal upacara penganugerahan Parasamya yang kemudian diikuti pembacaan Keputusan Presiden tentang tanda kehormatan tersebut dan puncak acara ditandai dengan penyerahan Parasamya Purnakarya Nugraha oleh Presiden Soeharto untuk Sumatera Barat yang diterima oleh Gubernur Sumbar Azwar Anas, disusul penyerahan Prayojanakriya kepada Gubernur Ismail dari Jawa Tengah dan Gubernur Wahono dari Jawa Timur.
Presiden Soeharto dengan sebuah jip terbuka telah pula memeriksa Barisan Kehormatan. Guna menyambut keberhasilan Sumatera Barat dalam melaksanakan pembangunan selama Repelita Ill itu, di kota Padang diadakan Pesta Rakyat selama tujuh hari.
Upacara di Gelanggang Olahraga HA Salim itu diakhiri dengan pertunjukan kesenian rakyat dan berbagai atraksi diperlihatkan diantaranya menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya.
Kepala Negara dan Ibu Negara beserta rombongan kembali ke Jakarta Rabu sore dengan menumpang pesawat khusus. (RA)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber : MERDEKA (23/08/1984)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 627-629.