BERHASIL TIDAKNYA PEMBANGUNAN TERLETAK DITANGAN KITA SENDIRI

BERHASIL TIDAKNYA PEMBANGUNAN TERLETAK DITANGAN KITA SENDIRI

 

Presiden Soeharto Kamis pagi meresmikan waduk Song Putri sebagai bagian dari proyek besar pengendalian dan pemanfaatan Bengawan Solo yang disebutnya merupakan salah satu dari sekian proyek yang ditangani sendiri oleh putra putri Bangsa Indonesia.

Tenaga Indonesia

Berbicara di desa Sindukerto, kecamatan Eromok, Kabupaten Wonogiri, Presiden mengatakan bersyukur bahwa putra putri Indonesia sendiri makin banyak yang memiliki kecakapan dan keterampilan dalam membangun. Makin hari makin banyak proyek besar yang memerlukan teknologi tinggi yang dapat ditangani oleh tenaga-tenaga Indonesia sendiri.

Presiden mengatakan pembangunan kita masih jauh dari selesai, bahkan kita masih berada dalam tahap awal. Salah satu syarat untuk meningkatkan pembangunan, katanya, adalah memperbesar dan memperbanyak keterampilan untuk membangun dalam segala bidang. Sebab, pada akhirnya berhasil atau gagalnya pelaksanaan pembangunan sepenuh-penuhnya berada di tangan kita sendiri.

“Tidak ada orang lain yang dapat menolong kita jika kita tidak dapat menolong diri kita sendiri”, Presiden mengingatkan. Dalam rangka itulah mutlak bagi kita untuk terus menambah tenaga-tenaga yang cakap dan terampil dalam segala lapangan pembangunan dan di segala tingkatan, katanya menambahkan.

Sebagai bangsa yang masih berada dalam tahap awal pembangunan, kita memang masih kekurangan modal keterampilan.

Namun hal tersebut tidak perlu menjadikan kita berkecil hati. Karena modal bisa kita himpun dan keterampilan bisa kita pelajari, jika kita mau bekerja keras dan tekun serta sanggup menghadapi cobaan dan rintangan.

Sumber Daya Alam

Kepala Negara juga mengatakan pembangunan adalah perjuangan untuk memanfaatkan sumber daya alam sebaik-baiknya demi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, Ia pun menunjuk Bengawan Solo sebagai salah satu sumber alam yang besar.

“Sama halnya dengan sungai­sungai yang lain. Maka jika sungai ini bisa kita kendalikan, ia akan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi kehidupan kita. Sebaliknya, jika sungai itu kita tidak bisa kendalikan, maka ia dapat mendatangkan malapetaka”.

Ia menyatakan banjir yang sering terjadi di wilayah sepanjang aliran bengawan Solo di waktu-waktu yang dulu mencemaskan rakyat secara berangsur-angsur dapat kita kendalikan, sehingga menenteramkan hati masyarakat.

Bentangan sawah yang luas yang ada di daerah ini akan dapat diairi secara teratur sepanjang tahun. Ladang-ladang juga akan bertambah subur, sehingga produksi pertanian akan dapat ditingkatkan.

Pendeknya, kata Kepala Negara lagi, dengan memanfaatkan sumber air bengawan Solo dan anak-anak sungainya, akan terbuka kesempatan yang sangat luas bagi masyarakat di wilayah ini untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Waduk Song Putri yang diresmikan Presiden Soeharto itu merupakan salah satu dari 19 waduk yang dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum terutama untuk mengatasi pelumpuran kronis yang mencapai volume rata-rata 65 ribu meter kubik setahun.

Erosi

Waduk seluas 86 ribu meter persegi ini, di daerah sekitarnya akan dibuat saluran tertier melalui program ABRI Masuk Desa (AMD). Waduk ini merupakan bagian pembangunan waduk-waduk pengendali lumpur yang direncanakan di sungai-sungai Kedung, Bedikso, Tirtomoyo, Temon dan sungai Alang yang sekaligus dimaksudkan memperpanjang umur waduk raksasa Gajah Mungkur di Wonogiri yang terancam pendangkalan akibat endapan lumpur.

Waduk Gajah Mungkur yang terancam erosi berat dibangun dengan biaya Rp 100 milyar yang diresmikan Presiden Soeharto 17 Nopember 1981. Tujuan dibangunnya Waduk Raksasa ini guna memperkecil sampai 90 persen volume banjir Bengawan Solo yang terkenal selalu mengganas di musim hujan.

Dikhawatirkan waduk serba guna yang diperkirakan akan mencapai usia 100 tahun akan pendek umumya sekitar 30 tahun saja. Untuk itu maka dibangun waduk pengendali lumpur dalam jangka pendek dengan melaksanakan reboisasi, penghijauan di sekitar sungai maupun di sekitar waduk, 10 sampai 12 ribu hektar kawasan sekitar waduk perlu dihutankan.

Upaya penyelamatan Waduk Wonogiri yang mahal tsb diawali dengan penanganan daerah aliran sungai serta membenahi lingkungan hulu secara efektif guna menyelamatkan dari ancaman pendangkalan.

Waduk raksasa Gajah Mungkur volume airnya mencapai 770 juta m3 lebih dengan luas genangan 91 Km persegi dan ketinggian 42 meter, membentang sepanjang areal hampir 27 Km dari kecamatan Wonogiri hingga kecamatan Baturetno. (RA)

 

 

Jakarta, Sinar Harapan

Sumber : SlNAR HARAPAN (22/08/1985)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 358-360.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.