SEMUA PIHAK HARUS PERHATIKAN MASALAH PERKELAHIAN PELAJAR
Presiden Soeharto menginstruksikan kepada semua aparatur negara supaya mengambil tindakan preventif dan represif dikalangan remaja. Dengan demikian perkelahian massal antar pelajar yang banyak terjadi akhir-akhir ini dapat dihendaki.
Demikian pula Depdikbud bersama-sama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) serta semua RT/RW, diminta untuk mengawasi dan menjaga jangan sampai teljadi perkelahian antar pelajar di wilayahnya.
“Hal itu penting untuk menyelamatkan generasi muda, sebab paling lambat 10 sampai 15 tahun lagi mereka itu akan menduduki jabatan pemimpin bangsa,” demikian petunjuk Kepala Negara kepada Menko Kesra Alamsyah di Bina Graha, Selasa.
Kepada wartawan Alamsyah mengatakan, masalah perkelehian antar pelajar itu harus mendapat perhatian semua pihak. Sebab, kini, perkelahian itu bukan hanya terjadi di Jakarta tetapi sudah meluas sampai ke luar kota.
Menurut Menko Kesra, perkelahian terjadi bukan lantaran wibawa guru sudah hilang tetapi karena datangnya serbuan dan ancaman berupa surat kaleng, dari satu sekolah ke sekolah lainnya atau dari kelompok pemuda ke kelompok pemuda lain.
“Apa yang dibutuhkan anak didiknya itu tentu tidak semua di ketahui para guru,” ujarnya.
Menteri juga menyesalkan jika ada orang tua yang menyerahkan pembinaan anaknya sepenuhnya kepada guru. Orang tua yang mempunyai waktu lebih banyak berkumpul dengan anak juga harus membina dan memberi nasehat.
Pengadilan
Dalam mengatasi perkelahian itu Menteri menyatakan belum ada yang diajukan ke pengadilan oleh polisi. Tetapi ia berpendapat, jika memang tidak bisa dinasehati seyogyanya yang terlibat ditahan dan kalau perlu diajukan ke pengadilan.
Mendikbud Fuad Hassan yang kemarin juga diterima Presiden Soeharto ketika ditanya mengenai perlu tidaknya para pelajar itu diajukan ke pengadilan berkata “Harus dibedakan antara tindakan kriminal dengan kenakalan remaja (juvenile delinquency).”
Menurut Fuad, dari hasil penelitian tim psikologi tahun 1982/1983 diketahui kenakalan itu banyak di sebabkan kurang adanya kehangatan dalam pergaulan keluarga.
Padahal didalam rumah tangga harus diciptakan dan dibina agar para remaja tidak menyalurkan agresivitasnya di luar rumah secara negatif.
Fuad yang juga seorang psikolog menilai, kini banyak remaja yang, tidak kerasan di rumah akibat kurangnya suasana harmonis dalam keluarga serta semakin longgarnya norma-norma keluarga.
Ia mensinyalir, perkelahian remaja itu umumnya terjadi di lingkungan yang padat dan untuk menanggulanginya semua pihak harus dilibatkan. termasuk guru, orang tua, aparat negara dari masyarakat lingkungan. (RA)
…
Suara Karya
Sumber : SUARA KARYA (23/10/1985)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 360-361.