PRESIDEN INSTRUKSIKAN SUBROTO : USAHAKAN PERBAIKAN HARGA MINYAK DENGAN LAKUKAN PENURUNAN PRODUKSI

PRESIDEN INSTRUKSIKAN SUBROTO : USAHAKAN PERBAIKAN HARGA MINYAK DENGAN LAKUKAN PENURUNAN PRODUKSI

 

 

Presiden Soeharto menginstruksikan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto, agar dalam pembicaraan di sidang lanjutan OPEC di Geneva Selasa ini, terus mengusahakan membaiknya kembali harga minyak dengan mengurangi produksi tetapi dengan harga yang lebih tinggi.

Menurut Kepala Negara, kata Subroto menjelaskan di lstana Merdeka hari Senin, adalah lebih baik jika negara-negara anggota OPEC bersama-sama mengurangi produksi, untuk mendorong harga jual lebih tinggi daripada mempertahankan kuota masing-masing tetapi harga jual terus merosot.

Karena, meskipun masing-masing anggota mempertahankan kuota, tapi jika harga merosot, maka penerimaan negara masing-masing akan tetap turun juga. Tetapi bila jumlah produksi dikurangi, harga jual dapat terdorong lebih tinggi dan penerimaan negara juga akan lebih tinggi.

“Jadi sekarang kita usahakan mengembalikan harga, dan mudah-mudahan berhasil,” kata Subroto, seusai berpamitan dengan Kepala Negara untuk menghadiri sidang lanjutan OPEC.

Sidang ini merupakan lanjutan dari sidang darurat OPEC yang berlangsung secara maraton selama sembilan hari di Geneva bulan Maret, tetapi terpaksa tertunda karena OPEC tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai penurunan produksi untuk mengusahakan kestabilan harga minyak.

Optimis

Ketika ditanya apakah ia optimis usaha mengurangi produksi untuk mempertahankan harga lebih tinggi itu akan berhasil, Subroto sambil mengacungkan tangannya menjawab, “Yaaaaa…..!”

Dalam pertemuan dengan Kepala Negara kali ini, Subroto tidak memaparkan berapa besar keinginan Indonesia dalam penurunan produksi itu.

Sebelumnya, sekembali dari sidang darurat OPEC bulan Maret ia menyatakan, OPEC mengusulkan penurunan produksi sekitar 12,1 persen pada setiap anggotanya. Sedang produksi OPEC secara keseluruhan hendak diturunkan sebesar 14 persen.

Tindakan itu diperlukan untuk mencapai produksi OPEC, yang dalam kuartal ke dua tahun ini hanya dibutuhkan sekitar 14 sampai 14,5 juta barrel/hari.

Dengan demikian harga minyak yang belakangan ini terus merosot, dapat diharapkan secara bertahap kembali lagi ke tingkat 28 dollar AS/barrel, harga resmi yang coba dipertahankan OPEG untuk jenis minyak ringan Arab Saudi, Arabian Light Crude (ALC).

Keinginan untuk lebih menurunkan produksi guna mempertahankan harga tinggi merupakan salah satu perjuangan yang dirintis negara-negara aliran keras OPEC seperti Iran, Libya dan Al jazair.

Hal itu kemudian mendapat dukungan dari lima negara produsen minyak non-OPEC yang turut menghadiri pertemuan darurat di Geneva bulan Maret yaitu : Mesir, Malaysia, Meksiko, Oman dan Angola.

Namun sampai akhir pertemuan, baik produsen non-OPEC maupun OPEC sendiri, tidak berhasil mencapai kesepakatan mengenai jumlah penurunan produksi yang diinginkan itu.

Hambatan utama ketika itu nampak dari sejumlah negara Teluk Arab serta Arab Saudi, produsen minyak OPEC terbesar dan paling berpengaruh. Kuwait, begitu pula Arab Saudi, lebih cenderung mengikutsertakan negara­negara produsen non-OPEC lain seperti Norwegia dan Inggris dalam penurunan produksi. Jika tidak, lebih baik OPEC meningkatkan produksi dalam usaha mempertahankan jatah minyak di pasar, walaupun harga minyak terancam turun.

Peranan Subroto

OPEC kemudian menampilkan lagi Menteri Subroto, yang mungkin dinilai sebagai pribadi yang dapat menjadi penengah dalam mendekatkan kelompok aliran keras dan aliran konservatif (Arab Saudi, Kuwait, Red). Untuk itu, Subroto mengusulkan dua macam kuota untuk OPEC.

Pertama, antara 16,36 sampai 16,8 juta barrel/hari, lebih tinggi dari kuota yang ditetapkan OPEC sejak Oktober 1984 lalu. Di sini, kalau tidak tetap, kebanyakan negara anggota mendapatkan kenaikan kuota, termasuk Indonesia.

Usulan ke dua, yang lebih diarahkan pada kuartal ke dua tahun ini, membatasi kuota OPEC sesuai dengan perkiraan permintaan antara 14 juta barrel sampai 14,5 juta barrel/hari. Di sini, semua negara anggota mendapatkan penurunan produksi.

Namun dalam kuartal pertama tahun ini produksi nyata OPEC diperkirakan sekitar 17,46 juta barrel/hari. Sehingga timbul pertanyaan, bagaimana menurunkan produksi OPEC sekitar 3 juta barrel sampai 3,5 juta barrel/hari untuk jangka pendek ini.

Kenyataannya, sejumlah menteri OPEC sangat sulit menerima usulan yang disampaikan para ahli ekonomi OPEC, bahwa angka produksi 14 juta barrel/hari untuk kuartal ke dua itu yang terbaik untuk OPEC, jika seluruh produsen minyak lain meningkatkan, produksi setinggi-tingginya.

Karena itu, setelah usulan itu gagal disepakati, OPEC memutuskan menunda sidang dan memberi kesempatan kepada setiap anggota untuk berkonsultasi dengan kepala negaranya masing-masing.

Usulan ke dua, merupakan usulan penurunan produksi untuk setiap anggota, sebagai usaha meningkatkan lagi harga minyak. Namun masih menjadi tanda tanya apakah OPEC secara menyeluruh termasuk Arab Saudi menyetujuinya dalam pertemuan lanjutan di Geneva kali ini.

PLTA Cirata

Menteri Subroto melaporkan akan dimulainya pembangunan pusat listrik tenaga air (PLTA) Cirata di Jawa Barat yang akan menghasilkan listrik 500 MW. Awal pembangunan bendungan ditandai dengan peletakan batu abadi di Dam Cirata oleh Presiden Soeharto sebelum bulan puasa.

Menyusul dimulainya pembangunan PLTA Cirata, Kepala Negara diharapkan juga meresmikan PLTA Saguling, 700 MW, yang selesai sebelum 17 Agustus 1986. (RA)

 

Jakarta, Kompas

Sumber : KOMPAS (15/04/1986)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 481-484.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.