NILAI PRODUKSI INDUSTRI 1986 NAIK 21,6 %
Nilai produksi sektor industri di Indonesia 1986 mencapai Rp 26.821 ,2 miliar atau naik 21,6 % dibanding nilai produksi tahun 1985, Menteri Perindustrian Hartarto Rabu mengatakan.
Setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta, Menteri Hartarto menjelaskan kepada wartawan bahwa kelompok industri yang paling pesat peningkatannya adalah industri mesin dan logam dasar, meningkat 30,9 persen menjadi Rp 4.877,7 miliar.
Kelompok aneka industri, yang merupakan bagian terbesar dari industri di Indonesia, tahun lalu nilai produksinya mencapai Rp 18.480,5 miliar atau naik 20 persen dibanding keadaan 1985, sedang kelompok industri kimia dasar nilai produksinya menjadi Rp 3.463 miliar atau meningkat 18 persen dibanding 1985.
“Jadi meskipun ada beberapa komoditi yang mengalami penurunan produksi, secara keseluruhan perkembangan sektor industri di Indonesia selama tahun 1986 cukup menggembirakan,” kata Hartarto.
Perkembangan cukup pesat itu menurut menteri, terutama terjadi pada pertengahan tahun kedua 1986 setelah pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijaksanaan antara lain Paket 6 Mei, devaluasi September industri yang mengalami penurunan, terutama industri yang mengalami kejenuhan pasar dan jenis produknya tidak dapat diekspor karena tidak mampu bersaing. a.l. rokok putih, sakarin, siklamat, televisi, mesin jahit, kipas angin dan pendingin ruangan.
Di antara kelompok aneka industri, yang paling besar peningkatannya adalah industri tekstil termasuk pakaian jadi. Nilai produksinya dalam tahun 1986 mencapai Rp 6.210 miliar atau naik 39,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Menyusul industri pangan (naik 15, 8 persen), industri logam (12,4 persen) dan industri bahan bangunan termasuk kayu lapis (11,4 persen).
Dalam kelompok industri kimia dasar, cabang industri organik naik sampai 82,2 persen, nilai produksinya menjadi Rp 677 ,57 miliar. Kemudian industri selulosa dan karet Rp 631,2 miliar atau naik 28,2 persen. Sedang industri agrokimia, yang memiliki porsi terbesar dalam kelompok ini, mengalami penurunan 3,6 persen menjadi Rp 1.119,7 miliar.
Di antara 9 cabang industri yang termasuk kelompok mesin dan logam dasar maka indusri kendaraan bermotor roda empat mengalami peningkatan terbesar yaitu 63,2 persen dan nilainya menjadi Rp 1.986,9 miliar.
Industri mesin perkakas mengalami penurunan 12,1 persen dengan nilai produksi Rp 2,46 miliar, industri alat berat dan konstruksi turun 12,5 persen, industri elektronika turun 36,2 persen dan industri perkapalan turun sampai 37,2 persen.
Secara keseluruhan nilai investasi sektor industri selama tahun 1986 (angka sementara) mencapai Rp 4.448,6 miliar atau naik 130,3 persen dibanding nilai investasi tahun sebelumnya.
Industri yang memperoleh fasilitas PMA (Penanaman Modal Asing) nilainya turun menjadi Rp 476,5 miliar dibanding tahun 1985 yang mencapai Rp708,5 miliar. Bahkan lebih turun lagi bila dibanding tahun 1984 yang mencapai nilai Rp 1.111,9 miliar.
Industri PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) untuk sementara tahun 1986 nilai investasinya mencapai Rp 2.782,7 miliar atau naik 135,7 persen dibanding tahun 1985. Sedang industri non-PMA/PMDN nilainya mencapai 1.189,4 miliar atau meningkat 181,6 persen dibanding investasi tahun 1985.(RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (07/01/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 360-361.