WIDJOJO EKSPOR RI DAPAT PELUANG PASARAN AS
Jakarta, Antara
Ahli ekonomi terkemuka yang pemah menjabat Menteri Kordinator Ekuin, Prof. Dr. Widjojo Nitisastro “Kita harus mengamati secara cermat perkembangan nilai- nilai mata uang negara Asia yang selama ini mengekspor ke AS dan kemudian meneliti barang apa yang berpeluang untuk masuk,”katanya kepada wartawan di Bina Graha, Selasa, setelah diterirna Presiden Soeharto.
Ia menjelaskan sejak bertahun-tahun lalu barang buatan Jepang ramai memasuki pasaran AS karena harganya dapat bersaing dengan produk AS sendiri. Dengan meningkat pesatnya nilai Yen terhadap dolar sekarang ini seharusnya impor AS dari Jepang berkurang, karena harga barang Jepang menjadi mahal.
Namun pada kenyataannya, kata Widjojo, impor barang itu tidak berkurang. Setelah diteliti temyata yang masuk adalah barang Jepang buatan Korea Selatan atau Taiwan atau Hongkong. bahkan pada perkembangan selanjutnya banyak barang Korsel yang membanjiri pasaran AS karena nilai Won terhadap dolar masih rendah ketimbang Yen.
Sekarang, ujar ekonom itu, pemerintah AS merninta pemerintah Korsel agar menaikkan nilai Won terhadap dollar. “Nah, ini harus kita amati cermat. siapa tabu dengan naiknya Won terhadap dolar ada barang buatan kita yang dapat masuk menggantikan barang Korea atau Jepang,”demikian Widjojo Nitisastro.
Atas pertanyaan wartawan, jenis barang apa yang kira-kira bisa masuk ke pasaran AS menggantikan produk Korea dan Jepang, ahli ekonmi itu menunjuk misalnya hasil kerajinan tangan atau industri kecil berupa cendera mata (souvenir).
Widjojo yang sekarang menjadi penasehat Bappenas hari Selasa melaporkan kepada Presiden tentang hasil pertemuan Dewan lnteraksi di Kuala Lumpur yang dihadirinya belum lama ini.
Dewan yang terdiri atas sejumlah bekas kepala pemerintahan dan menteri dari berbagai negara itu membahas berbagai masalah yang dihadapi dunia dan menghasilkan suatu pernyataan menyangkut bidang perdamaian, pembangunan, ekonomi-perdagangan dan utang luar negeri.
Timbulnya masalah utang itu akibat keadaan ekonomi dunia umumnya lesu. Bagaimana mungkin negara negara Afrika memiliki devisa cukup untuk membayar utang mereka apabila sekarang harga komoditi mentah yang mereka hasilkan sangat rendah di pasaran internasional, katanya.
Dijelaskan, bank-bank di negara industri banyak memperoleh dana yang berasal akibat petro dolar. kemudian dana itu dipinjarnkan kepada negara berkembang dengan bunga lebih tinggi ketimbang yang harus dibayar bank kepada penyimpan.
Ditanya tentang keadaan Indonesia, Widjojo mengatakan Indonesia termasuk negara yang punya utang luar negeri tidak sedikit. Namun sampai sekarang masih memiliki ketahanan ekonomi cukup kuat sehingga dapat melaksanakan kewajiban dalam mencicil utang dan bunganya.
Namun ia mengingatkan agar Indonesia lebih berhati-hati dan waspada dalam menerima pinjaman baru, terutama yang berjangka pendek dan pinjaman komersial. (LS)
Sumber: ANTARA (28/04/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 442-443.