PEMERINTAH INDONESIA SETUJUI PERPANJANGAN KONTRAK BAGI HASIL

PEMERINTAH INDONESIA SETUJUI PERPANJANGAN KONTRAK BAGI HASIL

Jakarta, Antara

Pemerintah Indonesia pada dasarnya menyetujui dilakukannya perpanjangan kontrak bagi hasil yang telah ada, untuk mendorong investasi di bidang industri minyak dan gas bumi, kata Presiden Soeharto, Selasa.

Ketika membuka konperensi perminyakan ke-16 yang diselenggarakan Indonesian Petroleum Association (IPA) di Balai Sidang Senayan Jakarta, Kepala Negara menjanjikan bahwa pemerintah juga akan terus memperbaiki iklim investasi, agar pembangunan di bidang minyak dan gas bumi berjalan lebih lancar.

“Situasi harga minyak yang telah membaik lagi sekarang merupakan peluang tepat untuk melakukan investasi dalam eksplorasi, produksi serta pengolahan minyak dan gas bumi,”ujarnya.

Di hadapan para tokoh perminyakan itu Presiden meminta pengertian dari perusahaan-perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia mengenai masalah alih teknologi dan peningkatan penelitian. “Bagi bangsa Indonesia yang sedang giat melaksanakan pembangunan, maka alih teknologi dan peningkatan penelitian sangat penting,” katanya.

Ia memandang mutlak peningkatan kemampuan dan jumlah tenaga ahli Indonesia di bidang minyak dan gas bumi. Sebab, katanya, hal itu merupakan bagian dari peningkatan kemampuan bangsa di segala bidang untuk memasuki tahap tinggal landas dalam pembangunan nasional menjelang akhir abad ke-20 ini.

Pengertian

Dalam kesempatan itu Kepala Negara juga menilai penting pengertian pihak perusahaan asing terhadap semangat, arab dan tujuan pembangunan Indonesia.

“Pemerintah akan memberikan perlakuan wajar, yang memungkinkan perusahaan-perusahaan minyak asing menikmati keuntungan dari modalnya yang ditanam di negeri ini,” tambahnya.

Ia percaya, perusahaan asing dapat ikut berperan dalam mendorong pembangunan nasional Indonesia tanpa harus mengorbankan tujuan perusahaan itu sendiri.

Dalam kaitan itu, Presiden mengharapkan agar industri minyak dan gas bumi dapat ikut mendukung pembangunan di wilayah tempat operasi dan lingkungannya, sehingga tercermin pelaksanaan trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan stabilitas nasional.

Hal tersebut, menurut Presiden, terutama sangat penting dalam rangka menghindari terjadinya kesenjangan sosial. “Adalah adil dan wajar, jika masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah industri minyak dapat turut berperan dan turut menikmati perbaikan kehidupan dari industri yang ada di wilayahnya,” katanya.

Pemerintah sangat menghargai sikap para kontraktor bagi hasil yang selama ini selalu menunjukkan kerjasama yang baik. Ia berharap agar sikap positif itu dapat terus dipelihara.

Mengenai konperen si IPA tersebut, Presiden mengharapkan hasilnya dapat memberi sumbangan penting bagi perkembangan industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

40 Makalah

Sementara itu Menteri Pertambangan dan Energi Subroto mengemukakan, konperensi tersebut diselenggarakan untuk memajukan pengetahuan ilmiah dan teknik perminyakan bagi para ahli perminyakan di Indonesia.

Pertemuan tersebut membahas 40 makalah ilmiah, 50 persen diantaranya disusun para ahli perminyakan Indonesia. Bersamaan dengan konperensi ini, kata Subroto, juga diselenggarakan pameran Indo Energi.

Kini IPA beranggotakan lebih dari 1.600 orang dari berbagai bangsa. Konperen si yang bertemakan ‘The Oil Industry Today Adapting For Tomorrow” (Industri Minyak Sekarang Melakukan Penyesuaian Untuk Hari Esok) tersebut berlangsung di Jakarta dari 20 sampai 22 Oktober.

Dalam konperensi tersebut para tokoh dan ahli perminyakan melakukan tukar informasi serta pengalaman mereka yang berkaitan dengan pencarian dan pengolahan minyak dan gas bumi di negeri ini.

Konperensi tahunan yang dihadiri 1.704 orang itu akan menampilkan pembicara utama yaitu Presiden Arco, R.E. Wycoff dan Presiden Halliburton Company, T.H. Cruikshank, keduanya dari Amerika Serikat.

Data yang diperoleh ANTARA dari Departemen  Pertambangan  dan Energi menyebutkan, jumlah  kontrak bagi hasil yang ditandatangani Pertamina dengan kontraktor sampai dengan Juli  1987 mencapai  119 buah, 50 kontrak diantaranya menarik diri dan 22 kontraktor kini berhasil memproduksi minyak dan gas.

Sumber: ANTARA  (20/10/1987)

 

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 562-563

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.