DUBES INDONESIA DI AUSTRALIA PERKUAT HUB. EKONOMI

DUBES INDONESIA DI AUSTRALIA PERKUAT HUB. EKONOMI

Jakarta, Antara

Para pengusaha Indonesia di Australia akan dihimpun dan digerakkan dalam upaya lebih memperkuat basis perdagangan berbagai komoditi Indonesia di negara tersebut, kata Duta besar RI untuk Australia, Roesman di Jakarta, Senin.

Setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Cendana, Roesman menjelaskan kepada wartawan, jumlah kaum pengusaha Indonesia di negara tersebut sekitar 145 orang.

Konsep penghimpunan serta cara penyaluran komoditi ke negeri itu, telah disusun sehingga pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan tujuan yaitu meningkatkan ekspor komoditi non migas Indonesia.

Ia mengatakan, begitu ditempatkan di Australia ia segera melakukan berbagai kontak dengan para pejabat perdagangan, para pengusaha dan konsorsium industri di negeri itu. Dari pertemuan-pertemuan itu ia menyimpulkan bahwa peluang meningkatkan ekspor komoditi non migas ke Australia masih cukup besar.

“Untuk itu memang diperlukan kemauan keras dan keuletan,” Ia menganjurkan kepada para pengusaha yang ingin mengadakan perdagangan di Australia agar mempelajari secara mendalam peraturan-peraturan serta tata cara bisnis yang berlaku di negeri itu.

Ia menyebut, sejumlah komoditi yang masih berpeluang besar untuk masuk pasaran Australia antara lain ikan dan udang, kayu gergajian dan kayu lapis, tekstil serta pakaian jadi, kopi, teh, rempah-rempah, barang-barang dari kulit, furniture, alat-alat listrik dan pupuk.

Neraca perdagangan Indonesia-Australia selama ini selalu surplus bagi Australia. Dalarn 1984/85 misalnya, defisit di pihak Indonesia 68 juta dolar Asutralia, 1985/86 tercatat 317,2 juta dolar dan 1986/87 sampai mencapai 200,4 juta dolar.

Namun, katanya, nilai ekspor komoditi non migas Indonesia ke Australia dari tahun ke tahun meningkat. Kalau pada 1984/85 nilainya baru 83 juta dolar, meningkat menjadi 99 juta dolar 1985/86 dan 1986/87 naik lagi menjadi 128 juta dolar.

Ia menilai, potensi dan kemampuan kaum pengusaha Indonesia di Australia sebenarnya ada, namun perlu dihimpun dan didukung dengan dana perbankan yang memadai agar mereka benar-benar menjadi basis komoditi Indonesia.

“Dari pada mencari orang lain, lebih baik kita manfaatkan mereka. Prospeknya sudah jelas, tinggal kemauan dan keterampilan mengelola,” ujar Dubes Roesman, yang baru beberapa bulan bertugas di Australia.

Kepada Presiden, ia juga melaporkan perkembangan investasi Australia di Indonesia yang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Selama 1967 sampai 1987, katanya, investasi Australia di Indonesia mencakup 49 proyek dengan nilai total 316,9 juta dolar AS. Australia menduduki urutan ke 10 dari semua investor asing di Indonesia.

Sejak dua tahun belakangan ini investor Australia banyak yang “menoleh” ke Indonesia terutama di bidang pertambangan emas.

Di bidang pariwisata ia melaporkan, jumlah wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia menduduki urutan ke dua terbanyak setelah Jepang. Jumlah wisatawan pada  1982 berjumlah  87.268 orang, 1984 naik menjadi  sekitar 95.000 orang dan 1986 sekitar 100.000.

Dubes dan Presiden juga membicarakan usaha pemerintah Indonesia menunjang pengajaran bahasa Indonesia di sekolah sekolah di wilayah utara Australia misalnya dengan pengiriman guru bahasa.

Sumber: ANTARA (07/12/1987)

 

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 586-587

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.