MAWI JADI KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
Jakarta, Antara
Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI) telah mengubah namanya menjadi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan dalam statuta barunya mencantumkan Pancasila sebagai azas.
Hal tersebut diumumkan Sekjen KWI Mgr. F.X. Hadisumarta kepada wartawan di Bina Graha Jakarta Rabu, setelah ia bersama Sekjen Mgr F.X. Hadisumarta diterima Presiden Soeharto untuk melaporkan hasil sidang para uskup di Jakarta Nopember lalu.
Dikatakan, dalam sidang yang berlangsung 9 sampai 20 Nopember itu dibahas tema pokok “Relevansi Iman Kaum Cendekiawan Katholik dalam Hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara” yang antara lain mencakup upaya pengembangan sikap dasar para cendekiawan Katolik diberbagai bidang karya.
Para waligereja berpendapat, dalam pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila kaum cendikiawan diharapkan menjadi tokoh panutan dalam masyarakat, serta ikut mempengaruhi arah perkembangan di masa datang.
Mereka memandang perlu komunikasi lebih baik mengingat adanya kebhinekaan visi serta orientasi sosio-politik dan perjuangan dalam aneka wadah bakti.
Etika Rumah Sakit
Dalam sidang tersebut juga disusun pedoman etis rumah sakit Katolik, terutama sehubungan dengan mungkin timbulnya masalah-masalah moral dalam bidang biomedik.
Para waligereja itu juga bersepakat akan mengeluarkan Surat Gembala khusus menyambut Pemilu 1987, sebagai tuntutan moral bagi umat Katolik.
Ketua KWI Mgr. F.X. Hadisumarta menjelaskan, bagi orang Katolik pemilihan umum bukan “barang sampingan”, karena pemilu menyangkut penentuan nasib bangsa. “Jadi orang Katolik tidak boleh acuh tak acuh terhadap pemilu,” katanya.
Namun, katanya lebih lanjut, gereja menghormati kebebasan setiap orang untuk memilih kontestan menurut budi nuraninya dan tidak ada seorang lainpun yang berhak menentukan putusan yang bertentangan dengan budi nuraninya.
Waligereja juga menyerukan kepada umat Katolik untuk menciptakan iklim yang bebas dalam pemilu, sebagaimana azas luber (langsung, umum, bebas dan rahasia) yang dikenal selama ini, tentang penerimaan azas Pancasila, Hadisumarta mengatakan, sejak dulu Katolik tidak pernah mempersoalkan Pancasila.
Sumber: ANTARA (07/11/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 629-630