PESAN PRESIDEN SOEHARTO MAULID NABI 1987

PESAN PRESIDEN SOEHARTO MAULID NABI 1987

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto Selasa malam menekankan bahwa masalah pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup benar-benar merupakan tantangan yang kini dihadapi bangsa Indonesia.

Ketika memberikan sambutan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lstana Negara, Jakarta, Kepala Negara mengingatkan bahwa kelengahan terhadap masalah tersebut akan membawa akibat tak terperikan, yang bukan dirasakan oleh generasi sekarang melainkan oleh anak cucu dari generasi ke generasi mendatang.

Menurut Presiden, usaha memelihara  sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup merupakan tugas nasional yang harus dilaksanakan bersama.

Untuk itu Presiden sangat mengharapkan bantuan segenap pemuka agama dan para alim ulama untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dan umat akan pentingnya tugas tersebut.

“Pemeliharaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup hendaknya kita hayati sebagai tanda rasa syukur kita ke hadirat Tuhan atas karunia­ Nya, alam yang indah dan kaya. Larangan agama kita untuk menjadi ‘mufsidun’, yakni orang yang melakukan perusakan terhadap alam, hendaknya kita terima sebagai perintah agar kita benar-benar menjaga lingkungan hidup kita,”katanya.

Kecuali berusaha menghindari segala macam bentuk pencemaran alam dan lingkungan hidup, dalam rangka mewariskan keadaan yang lebih baik kepada anak cucu, Kepala Negara sebelumnya menyatakan bahwa salah satu tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah tantangan di bidang pendidikan dalam arti seluas­luasnya.

Presiden mencatat bahwa sumbangan umat Islam di bidang pendidikan bangsa selama ini tidak kecil. Dalam kaitan itu Ia menunjuk pada majlis taklim dan pengajian, pesantren dan madrasah yang dewasa ini berjumlah ribuan, baik di kota maupun di desa.

“Tentu saja kita tidak boleh puas dengan apa yang kita capai. Generasi anak cucu kita akan menghadapi tantangan yang tentu berbeda dengan apa yang kita hadapi.  Keberhasilan pendidikan yang kita lakukan hari ini akan diukur dengan kemampuan yang diperoleh anak-anak kita untuk menjawab tantangan yang mereka hadapi dimasa datang,” tegasnya.

”Adalah kesalahan besar bagi kita orang tua bila kita tidak mampu mempersiapkan mereka dengan baik sehingga mereka tergilas oleh arus kemajuan yang mereka hadapi, atau mereka tersisih karena kalah berlomba dengan teman-teman segenerasi mereka dari bangsa-bangsa  lain,” sambungnya.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara tersebut dihadiri pula oleh Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden dan Ny. Umar Wirahadikusumah, para kepala Lembaga Tinggi dan Tertinggi negara, para Menteri Kabinet Pembangunan IV, sejumlah Dubes negara sahabat, serta tokoh-tokoh ulama.

Acara itu juga diisi dengan uraian hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Prof. Dr. HM. Jusuf Hanafiah, Rektor Universitas Sumatera Utara, yang berjudul “Maulid nabi Muhammad SAW dalam Peningkatan Budaya Musyawarah dan Mufakat”.

Menteri Agama Munawir Sjadzali dalam sambutannya sependapat dengan Jusuf Hanafiah bahwa Islam mengajarkan kepada para penganutnya prinsip musyawarah sebagai salah satu sendi utama bagi kemantapan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Sumber: ANTARA (03/11/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 653-654

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.