JENAZAH DAUD BEUREUEH DI MAKAMKAN DI TEMPAT KELAHIRANNYA BEUREUN SIGLI
Banda Aceh, Antara
Jenazah Teungku Muhammad Daud Beureueh, 88 tahun bekas Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo (Sumut) yang meninggal dunia Rabu sekitar pukul 19.14 WIB telah dimakamkan Kamis 11/6 di Beurueun, Sigli tempat kelahiran almarhum 125 km timur Banda Aceh.
Almarhum yang lebih dikenal dengan panggilan Abu (ayah) tersebut, sekitar pukul 20.30 WIB Rabu jenazahnya dibawa dari Banda Aceh ketempat kelahirannya di kawasan Beurueun tersebut.
Dalam acara pemakaman tokoh yang paling berbobot di Aceh itu, bertempat dikomplek mesjid Beurneun yang dibangun almarhum dihadiri Wakil Gubernur Aceh H. Syah Asyik, Muspida tingkat I Aceh, Muspida tingkat II Pidie, tokoh masyarakat Aceh yang berdomisili di Medan dan Jakarta serta ribuan masyarakat Aceh menyaksikan acara pemakaman setelah disembahyangkan di mesjid Beurneun.
Almarhum meninggalkan beberapa orang anak dan sejumlah cucu yang saat ini tersebar di pulau Sumatera dan Jawa, bekerja diberbagai bidang usaha dan dipemerintahan.
Almarhum bekas gubernur propinsi Aceh pertama itu meninggal dunia di RSU. Zainul Abidin Banda Aceh, setelah mendapat perawatan yang intensif selama tiga hari. Wagub pada acara pemakaman menyatakan Almarhum semasa hayatnya, selalu menyumbangkan segala tenaga dan pikirannya tanpa pamrih demi kepentingan nusa bangsa dan agama.
Almarhum merupakan seorang pejuang yang cukup tangguh, tidak pernah kenal lelah dan pantang berputus asa, demi meningkatkan martabat dan harkat masyarakat Aceh dan umat Islam pada umumnya, ujar Wagub.
“Kita telah kehilangan seorang tokoh, seorang alim ulama yang cukup terkenal, seorang ilmuan dan sekaligus seorang umara” ucap Wagub.
Menurut Wagub, masyarakat telah kehilangan seorang cendikiawan yang selalu menjadikan tempat bertanya, tempat memperoleh petunjuk, tatkala menemui jalan buntu dalam menjalankan pemerintahan dan mengupayakan segala bidang pembangunan.
Direktur RSU Zainul Abidin Banda Aceh, dr. H.T. Hanafian menyebutkan, Daud Beureuh masuk ruangan ICCU Senin, 8/6, setelah sebelumnya satu tim dokter penyakit dalam, jantung dan penyakit paru-paru, memeriksa keadaan almarhum dikediamannya, Beurneun Sigli 125km timur Banda Aceh.
Kalangan kerabatnya menyebutkan almarhum pada tanggal 1 Mei 1978 hijrah ke Jakarta dan sejak itu ia tampak mulai mengalami ketuaannya. Namun diakui ingatannya masih kuat, bahkan mengenal kerabat-kerabat yang berkunjung dipembaringan rumahnya di Beurneun, setelah kembali ke Aceh dari Jakarta 5 September 1982.
Selama almarhum dirawat dikediamannya itu, banyak pejabat penting daerah dan dari pusat, berkali-kali mengunjunginya, diantaranya Gubernur Aceh Ibrahim Hasan, Menteri Koperasi Bustanil Arifin SH, Menpora Abd. Gafur, Dirut Pertamina A.R. Ramli dan sejurnlah tokoh masyarakat Aceh yang ada didaerah ini, Sumatera Utara dan Jakarta.
Aceh Belasungkawa
Wakil Gubemur Aceh, H. Syah Asyik, pada sidang DPRD tingkat I Aceh yang membahas rancangan penghapusan inventaris daerah, menyampaikan belasungkawa yang dalam atas wafatnya tokoh masyarakat Aceh Daud Beureuh.
Wagub setelah memimpin sidang DPRD tingkat I Aceh berlangsung berangkat ke Beureun. Sementara itu,Wakil Ketua DPRD tingkat I Aceh Drs. Safauddin Jamal ketika memimpin sidang tersebut telah mengajak anggota dewan untuk bertafakkur sesaat dalam menyampaikan rasa turut berduka cita.
Sampai saat ini belum ada satu sumber yang pasti menyebutkan yang sebenarnya dari almarhurn Daud Beureuh, sampai ia meninggal dunia Rabu 10/6 di Banda Aceh hanya kalangan kerabat kerja menyebutkan berkisar 90 tahun.
Almarhum Presiden Soekarno memanggil Daud Beureueh semasa hidupnya “kakak” kata beberapa orang kerabat disini.
H. Nur El Ibrahimy dalam bukunya berjudul “Tengku Muhammad Daud Beureueh” yang diterbitkan tahun 1978, oleh PT Gunung Agung Jakarta menyebutkan, Daud Beureuh sampai berusia 30 tahun mendapat pendidikan pada beberapa pesantren disini. Dalam usia tersebut ia telah muncul sebagai ulama muda yang tulen di Aceh dan sekitar tahun 1930 mendirikan sekolah yang membawa santri-santrinya kepada ajaran agama Islam yang benar.
Pusa
Sejak itu nama Daud Beureueh semakin populer dikalangan masyarakat diAceh, dan tahun 1939 sewaktu berdirinya “Pusa” (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) Daud Beureueh terpilih sebagai ketuanya.
Dari Pusa lah tumbuh menjadi Majelis Ulama Aceh (MUlA) dan akhirnya berkembang menjadi Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sejak berdirinya organisasi ulama Aceh Pusa tersebut , banyak menimbulkan pikiran-pikiran bagi pembebasan Aceh dari penjajahan Belanda dan Jepang, Karena melalui Pusa ini berdiri berbagai basis perlawanan rakyat, yang dinilai terbesar diantara barisan perlawanan rakyat bersenjata lainnya.
Menjelang proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Daud Beureueh beserta laskar perlawanan bersenjata lainnya yang ada di Aceh terus mempertahankan front Aceh dari gempuran “Nica”.
Dari sinilah nama Daud Beureueh di kawasan pulau Sumatera dan Jawa menjelang pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TIII) di Aceh, banyak terdapat ketidaksamaan pandangan dikalangan pimpinan-pimpinan laskar perjuangan rakyat bersenjata di daerah ini diwaktu itu.
Rakyat kembali dicekam oleh ketegangan, sekitar kemungkinan adanya lagi peperangan setelah mati-matian mempertahankan Aceh dari berbagai rongrongan kaum penjajah.
Sekitar tahun 1947 (agresi-I) sewaktu Wakil Presiden Moh Hatta sedang berada di Bukit Tinggi Sumatera Barat mengeluarkan keputusan mengangkat Daud Beureueh sebagai Gubernur Militer untuk daerah Aceh, Langkat dan Tanah Karo dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler.
Sejak saat itulah, tampak tercermin ketegangan diantara kalangan laskar perjuangan rakyat bersenjata di sini, karena sebagian besar terdiri dari anak-anak buah Daud Beureueh.
Karena pengaruhnya semakin kuat di Aceh, oleh pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 2 Januari 1950 diangkat sebagai Gubemur propinsi Aceh pertama dengan masa jabatannya selama dua tahun (1951) setelah menyelesaikan jabatan gubernur militer 1947-1949.
Sang cucu : Menteri Malaysia
Satu pesawat dengan Muhammadiyah sekeluarga, juga tiba. Menteri Pertanian Malaysia Datuk Sri Sanusi Djuned bersama istrinya Nila Inangda Manyam Keumala bersama dengan tiga putranya serta ibu kandungnya, untuk melayat dan menghadiri pemakaman almarhum Daud Beureueh, di Beureuiun ,Kabupaten Pidie, 125 km timur kota Banda Aceh, Kamis siang.
Menurut Menteri Pertanian Malaysia yang merupakan cucu dari Abu Daud Beureueh, wafatnya Abu Daud membuat Aceh kehilangan seorang tokoh dan ulama yang besar.
“Beliau bukan saja sebagai kakek bagi kami lebih dari itu beliau sumber inspirasi dari kepemimpinan, juga merupakan kepahlawanan agama dan pandangan beliau yang tajam dalam soal-soal kepemimpinan.”
Menteri Pertanian Malaysia lahir di Kampung Aceh, Keudah, Malaysia, mengatakan, “Saya sudah tidak terkejut mendapat khabar kakek (Daud Beureueh) meninggal dunia. Saya jauh sebelumnya sudah memesan tiket pesawat untuk ke Aceh, karena melihat sakit ketuaan yang diderita kakek,” ujarnya.
“Sebelum pemilu berlangsung di Indonesia, saya ada mengunjungi kakek di Beureunun, begitu pula sewaktu kakek menderita sakit di Jakarta,” tambahnya.
Sumber: ANTARA (11/06/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 795-798