PRESIDEN: PEMBANGUNAN DI SUMBAR BENAR-BENAR DINIKMATI HASILNYA
Padang, Antara
Presiden Soeharto mengatakan, pembangunan yang dilaksanakan di Sumatera Barat (Sumbar) benar-benar dinikmati hasilnya oleh masyarakat dan kepada masyarakat diharapkan untuk memelihara apa yang telah dibangun itu.
Pembangunan jalan Manggopoh-Simpang Empat melepaskan daerah Pasaman Barat dari situasi terisolir, pembangunan irigasi Batang Kapar-Ampu memungkinkan panen dua kali setahun dengan produksi 6,5 ton gabah/Ha dan pembangunan PIR Ophir memungkinkan petani peserta berpenghasilan ratusan ribu rupiah/bulan.
Presiden Soeharto mengemukakan hal itu sesaat akan, mengakhiri temu wicara dengan 30 orang petani dan anggota masyarakat lainnya seusai peresmian tiga proyek pembangunan di Pasaman Barat, Sumbar, Selasa.
Ketiga proyek itu ialah peningkatan jalan Lubukalung-Manggopoli (68,9 km) berikut pembangunan jalan baru Manggopoh-Simpang Empat (72,7 km), irigasi Batang Kapar Ampu yang mampu mengairi 2.200 Ha sawah dan perkebunan inti rakyat (PIR) Ophir 12.000 Ha beserta pabrik pengolahan sawit berkapasitas 40 ton tandan buah segar (IBS) per jam.
Presiden yang disertai Ibu Tien Soeharto tiba dengan helikopter di tempat upacara di kompleks pabrik sawit Ophir tepat pukul 10.10 WIB Selasa sesuai dengan rencana. Ribuan petani Ophir dan masyarakat Pasaman Barat yang sudah menunggu sejak pukul 08.00 pagi bersorak kegirangan melihat helikopter yang membawa rombongan Kepala Negara datang dari tenggara (Padang).
Dua jam sebelum upacara dimulai hujan masih turun dengan derasnya di Ophir, akan tetapi mulai pukul 08.00 pagi hujan berhenti dan langit mulai cerah. Awan tipis yang menutupi langit memungkinkan upacara berlangsung dengan meriah dan khidmat.
Presiden dan ibu Tien disertai oleh Mensesneg Sudharmono SH, Mendagri Supardjo Rustam, Menteri PU Ir. Suyono Sosrodarsono, Menteri Pertanian Ir. Ahmad Affandi, Menteri Perindustrian Ir. Hartatto dan sejumlah pajabat sipil/ABRI lainnya.
Upacara peresmian ketiga proyek itu diawali laporan Dirut PTP-VI yang mengelola PIR Ophir Ir. Suratin Subur, Gubernur/KDH Sumbar Ir. Azwar Anas, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Pertanian Rl.
Dalam temu wicara dengan petani dan masyarakat, Kepala Negara menganjurkan agar jangan sampai puas dengan produksi 6,5 ton gabah/Ha tetapi laksanakan pulalah supra Insus sehingga produksi meningkat lagi sampai delapan atau sembilan ton gabah/Ha.
Seorang petani, yang sawahnya terletak dalam jaringan irigasi Kapar Ampu mengemukakan, sebelum irigasi ini dibangun mereka hanya bersawah tadah hujan dengan produksi maksimal 2,5 ton/Ha, itu pun hanya sekali dalam setahun. Kini sudah bisa panen dua kali dengan produksi 6,5 ton gabah/Ha.
Dalam hubungan ini Presiden mengingatkan bahwa pembangunan yang kita laksanakan sudah dirasakan hasilnya, karena itu seyogianya apa yang dibangun itu bukan saja dimanfaatkan tetapi juga dipelihara sebaik-baiknya.
Tiga Kali Lipat
Seorang purnawirawan ABRI yang ikut sebagai petani plasma pada PIR Ophir mengatakan, penghasilan yang diterimanya sekarang tiga kali lipat dibanding dengan penghasilan yang diperolehnya selagi masih berdinas aktif.
Purnawirawan TNI-AD itu yang pernah bertugas di Korem Yogyakarta mengungkapkan ia diterima sebagai petani plasma PIR Ophir tahun 1985 dan masuk ke kebun tahun 1986. Sebelum kebunnya sendiri menghasilkan ia bekerja sebagai tenaga upahan.
Pebruari 1987 kebunnya mulai panen, dua bulan lebih awal dari rencana. Bulan itu ia menerima Rp. 130.000,- bulan berikutnya Rp. 170.000,- dan bulan ketiga Rp. 204.000,- kini penghasilannya tiga kali penerimaan ketika masih dinas aktif.
Petani plasma lainnya, Ny. Armaini Nasution isteri seorang purnawirawan TNIAD mengatakan, selama ini kami hidup dari asrama ke asrama tetapi kini sudah memiliki rumah dan kebun sendiri dengan total lahan 2,5 Ha.
Kepada mereka yang beruntung diterima sebagai peserta PIR Ophir, Kepala Negara mengingatkan, rumah dan lahan itu bukanlah gratis tetapi kredit yang harus dicicil secara teratur agar mereka yang belum kebagian bisa memperoleh kebun pula.
Disamping itu lahan pekarangan supaya dimanfaatkan sebaiknya untuk menambah penghasilan.
Seorang pemuka masyarakat kenegarian Kinali mengharapkan agar pembangunan kebun dengan sistim PIR ini diteruskan di Pasaman Barat agar petani yang belum kebagian dapat pula menikmatinya. Ia rnenyatakan tanah-tanah ulayat yang ada di daerah itu bisa dimanfaatkan.
Menanggapi harapan pemuka masyarakat itu Presiden Soeharto mengatakan, program PIR memang akan terus dikembangkan bukan saja oleh pemerintah tetapi juga dengan mengikutsertakan pihak swasta. Khusus bagi swasta, jika mereka belum mampu menerapkan 20 persen inti dan 80 persen plasma boleh juga dengan perbandingan 40 persen inti dan 60 persen plasma.
Yang jelas tidak akan ada lagi pembangunan perkebunan 100 persen swasta, demikian Presiden.
Seusai upacara dan setelah menekan tombol sirene pertanda peresmian proyek serta penanda tanganan prasasti Kepala Negara beserta rombongan kembali ke Padang untuk meresmikan pabrik semen Indarung III-B.
Sumber: ANTARA (24/06/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 829-831