KALANGAN INTELEKTUAL SAMBUT GEMBIRA KETERBUKAAN PRESIDEN

KALANGAN INTELEKTUAL SAMBUT GEMBIRA KETERBUKAAN PRESIDEN

Jakarta, Antara

Kalangan intelektual di MPR merasa sangat terkesan dan menyambut gembira keterbukaan Presiden Soeharto ketika menyampaikan pidato pertanggung jawaban di depan Sidang Umum (SlUM) MPR 1988 di Jakarta Selasa.

Dr. Nurcholish Madjid sewaktu dimintai komentarnya seusai mendengarkan pidato pertanggung jawaban Presiden di gedung MPR/DPR Senayan menyatakan sangat terkesan dengan kerendahan hati Presiden Soeharto yang dalam pidatonya mau mengakui adanya beberapa hal yang belum berhasil dilaksanakan pemerintah selama kepemimpinannya lima tahun ini.

Kecuali itu, Nurcholish juga menilai, melalui pidato pertanggung jawabannya tersebut, Kepala Negara sesungguhnya sudah mengajak rakyat Indonesia untuk dapat berpikir realistis, antara lain sewaktu mengatakan merosotnya harga minyak di pasaran dunia merupakan suatu hikmah.

"Apa yang dikatakan Presiden itu betul sekali supaya kita tidak manja,"katanya.

Sementara itu, Kusnadi Hardjasumantri, SH, (Rektor UGM Yogyakarta) secara terpisah mengatakan sangat terkesan dengan pernyataan Presiden Soeharto yang menyebutkan bahwa ia terbuka terhadap berbagai kritik dan saran.

"Bagi kalangan cendikiawan yang banyak mempunyai pendapat dan saran, keterbukaan tersebut tentu sangat besar sekali artinya," kata Kusnadi.

Tantangan Terbesar

Nurcholish berpendapat, sikap dan pembawaan Presiden Soeharto yang terbuka dan rendah hati itu mendorong munculnya optimisme bahwa tantangan terbesar yang dihadapi dalam pembangunan nasional masa mendatang akan teratasi.

Menurut Nurcholish, tantangan terbesar yang akan muncul dalam pembangunan nasional waktu dekat ini terletak di bidang pembangunan politik, yakni proses pengalihan kepemimpinan secara damai.

"Kalau melihat pidato dan pembawaan Presiden Soeharto, mudah-mudahan kita akan sukses menghadapi tantangan itu," sambungnya.

Kalau Nurcholish berpendapat tantangan terbesar dalam waktu dekat terletak di bidang politik, Kusnadi berpendapat, tantangan terberat yang harus disoroti dan perlu dicari jalan pemecahannya sejak sekarang ialah bagaimana meningkatkan daya tampung perguruan tinggi dan bagaimana memperluas lapangan kerja bagi lulusan perguruan tinggi.

"Masalahnya akan menjadi semakin rumit seandainya tidak jauh-jauh hari dicari jalan pemecahannya," tegas Kusnadi.

Sementara itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Hasan Basri mengatakan, tantangan paling berat yang akan dihadapi bangsa Indonesia masa-masa mendatang terletak di bidang ekonomi, yakni bagaimana meningkatkan lapangan kerja bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (01/03/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 45-46.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.