SU MPR RI 1988: SEKTOR PERTANIAN INDONESIA CAPAI PERKEMBANGAN PESAT
Jakarta, Antara
Anggota MPR dari Fraksi Karya Pembangunan, Ir Rachmat Witular menilai bahwa di sektor pertanian banyak sekali kemajuan pesat yang dicapai Indonesia selama lima tahun ini.
Karena itu, kata Rachmat Witular dalam keterangannya kepada ANTARA Selasa, "Saya heran kalau ada yang mengatakan pembangunan sektor pertanian kurang berhasil karena negara-negara luar termasuk Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai Indonesia berhasil di sektor ini."
Dalam kaitan ini ia menyebutkan swasembada beras yang dicapai Indonesia sejak tahun 1984 yang mendapat penghargaan dari FAO.
Indonesia dari negara importir beras, kini menjadi eksporter beras merupakan suatu prestasi yang cukup membanggakan, katanya menambahkan.
Rachmat selanjutnya mengemukakan, di sektor industry pun Indonesia berhasil mencapai kemajuan yang cukup pesat antara lain dengan sudah dirintisnya pola industri hulu, menengah dan hilir.
Industri yang dahulu struktumya masih semrawut sekarang ini sudah ditata, sekalipun belum selesai selurulmya, ujar Rachmat Witular yang di DPR menjadi jurubicara FKP.
Tapi kalau pembangunan sektor pertanian dan industry dianggap kurang berhasil itu urusan yang menilai. "Yang jelas saya tidak mengerti apa kriteria atau ukuran dalam menilai itu hingga menjacli negatif," kata Rachmat Witular.
Menurut elia hal ini merupakan tantangan bagi setiap anggota MPR kalau menilai hasil pembangunan haruslah obyektif, jangan hanya melihat negatifnya saja.
Dia menyatakan keberatan kalau ada yang mengatakan pembangunan bidang pertanian di Indonesia kurang berhasil.
Kesan Dirjen FAO
Dirjen FAO Eduard Saouma ketika berkunjung ke Indonesia, Juli tahun lalu mengemukakan terkesan akan kemajuan yang dicapai Indonesia dalam bidang pertanian dan merasa yakin dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, dengan kerja kerasnya akan merupakan faktor menentukan dalam mengatasi tantangan di masa mendatang.
Indonesia, yang merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia beberapa tahun lalu dengan membeli dua juta ton beras setiap tahun, kini menjadi negara swasembada dengan produksi padinya lebih 38 juta ton per tahun, kata Rachmat.
Saouma, yang tiba di Indonesia tanggal 20 Juli 1987 dalam kunjungan resmi menyaksikan Pekan Kontak Tani dan Nelayan ke-VI di Kabupaten Simalungan (Sumut), selanjutnya mengatakan, produksi pangan, pertanian, perikanan dan kehutanan negeri ini mengalami pertumbuhan yang lebih pesat ketimbangan pertumbuhan penduduknya.
Menurut dia, perkembangan pesat ini adalah karena kepemimpinan Presiden Soeharto, yang menaruh minat besar dalam produksi pangan.
Menurut pengamatan FAO, katanya, Presiden Soeharto merupakan wakil utama kelompok Selatan pada dialog Utara-Selatan bersama dengan Presiden Perancis.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (01/03/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 46-47.