PENILAIAN KADIN INDONESIA TERHADAP RAPBN 1988/89

PENILAIAN KADIN INDONESIA TERHADAP RAPBN 1988/89

Jakarta, Antara

Ketua Umum Kamar Dagang dan lndustri (KADIN) Indonesia, DR. Sukamdani Sahid Gitosardjono menilai peningkatan RAPBN 1988/1989 sebesar 27,1 persen disbanding APBN 1987/1988 cukup realistis mengingat dana yang dimiliki pemerintah sangat terbatas.

Penilaian tersebut dikemukakan Ketua Umum KADIN Indonesia, Sukamdani dalam percakapannya dengan ANTARA di Jakarta, Selasa sesaat selesai menghadiri sidang paripurna DPR-RI dalam rangka mendengarkan pidato kenegaraan Presiden Soeharto menyampaikan RAPBN 1988/ 1989.

Dikatakan, peningkatan RAPBN 1988/1989 dari Rp 22.783,1 miliar pada 1987/1988 menjadi Rp 28.963,6 miliar akan mendorong peningkatan kegiatan dunia usaha nasional.

Ketua Umum KADIN Indonesia, Sukamdani mengakui bahwa peningkatan tersebut bila dinilai dengan menguatnya apresiasi yen Jepang nilainya hampir sama dengan anggaran 1987/1988.

“Namun duniausaha nasional menyambut baik kenaikan tersebut, karena dalam keadaan ekonomi yang sulit pemerintah masih mampu meningkatkan anggaran belanjanya, “katanya.

Mengenai gaji pegawai negeri diharapkan pemerintah dapat menaikannya mengingat penetapan harga minyak sebesar 16 dolar per barrel dalam RAPBN 1988/1989 cukup konservatif.

Kenaikan gaji pegawai negeri secara psikologis akan memberikan dorongan gairah kerja dan meningkatkan produktivitas nasional disamping dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Mengenai pembinaan pengusaha lemah yang anggarannya akan ditingkatkan dalam RAPBN 1988/1989, Ketua Umum KADIN Indonesia menyambut gembira dan diharapkan dengan adanya peningkatan anggaran bagi pembinaan pengusaha lemah tersebut maka pengusaha lemah akan dapat ditingkatkan menjadi pengusaha kuat yang mandiri.

Dalam upaya mendorong peningkatan ekspor komoditi non-migas KADIN Indonesia akan berusaha mencari terobosan-terobosan bam antara lain mengadakan diversifikasi pasar, demikian Sukamdani.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, DR. Baramuli SH dalam percakapan terpisah mengatakan, mengingat dana yang dimiliki pemerintah sangat terbatas, maka kepercayaan kepada diri sendiri harus ditingkatkan disamping kerja keras dan disiplin nasional.

Kepercayaan kepada diri sendiri bahwa Indonesia mampu meningkatkan ekspor komoditi non-migas harus dibangkitkan.

Mengenai kenaikan RAPBN 1988/1989 sebesar 27,1 persen hams benar-benar dapat dimanfaatkan dunia usaha meningkatkan usahanya temtama yang berorientasi ke pasar ekspor.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, Baramuli juga menyambut baik mengenai tidak tertutupnya kemungkinan kenaikan gaji pegawai negeri pada pertengahan 1988.

“Kalau kita bekerja keras meningkatkan ekspor komoditi non-migas dan keadaan ekonomi dunia menolong dengan harga minyak bumi yang mantap pada tingkat 18 dolarAS perbarel, maka gaji pegawai negeri dapat dinaikkan pada pertengahan 1988,” katanya.

Mengenai cicilan dan bunga pinjaman luar negeri yang jumlahnya sekitar 6,5 miliar dolar AS sependapat dengan pemerintah tidak perlu rescheduling karena kalau diadakan rescheduling dikhawatirkan akan mengganggu kredebilitas Indonesia di forum internasional, demikian Baramuli.

Jakarta, ANTARA

Sumber : ANTARA (05/01/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 230-231.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.