PEMERINTAH HENTIKAN PEMBANGUNAN PUSAT KARANTINA HEWAN DI RIAU
Jakarta, Antara
Pemerintah akan menghentikan pembangunan pusat karantina nasional di Pulau Kepala Jerih, Riau yang semula dibangun dengan tujuan untuk menampung kerbau perah dari India dan Pakistan disamping membatalkan impomya dari kedua negara itu.
“Presiden telah memberi petunjuk agar Pusat Karantina Nasional di Pulau Jerih tidak dilanjutkan,” kata Menteri Pertanian Ir Wardojo kepada wartawan setelah melaporkan masalah ini kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Kamis.
Wardojo mengatakan karantina itu semula dibangun untuk menampung kerbau perah dari India dan Pakistan, akan tetapi hewan ini ternyata terkena penyakit yang pada akhimya bisa menyulitkan Indonesia untuk mengekspor kerbau ini.
Kesulitan dihadapi Indonesia karena kerbau yang akan dikembangkan disini akan ditolak oleh negara yang akan membeli hewan tersebut.
Karena itu, menurut Wardojo, usaha mengembangbiakkan kerbau perah ini akan ditempuh melalui sistem inseminasi buatan atau embrio transfer.
Keperluan bagi inseminasi buatan ini akan didatangkan dari beberapa negara yang hewannya tidak terkena penyakit yang membahayakan misalnya Mesir, Bulgaria ataupun Italia.
“Dengan demikian, Pulau Kepala Jerih akan diserahkan kepada pihak swasta untuk mengembangkan peternakan, tidak sebagai pusat karantina,” kata Wardojo ketika menjelaskan nasib proyek ini yang pembangunan fisiknya sudah berjalan separuhnya. Proyek ini dibangun dengan memanfaatkan dana APBN serta bantuan luar negeri.
Masalah lain yang dilaporkan Mentan kepada Kepala Negara adalah tentang usaha penanggulangan penyakit-penyakit ternak yang muncul di beberapa daerah terutama akibat kurangnya vaksinasi bagi hewan.
Program vaksinasi ini agak terhambat pelaksanaannya akibat keterbatasan dana. Presiden Soeharto, kata Wardojo, menyetujui agar vaksinasi bagi hewan digiatkan kembali kira-kira selama lima tahun mendatang. Menkeu J.B Sumarlin dan Ketua Bappenas Saleh Afiff telah menyetujui penyediaan anggaran sekitar Rp 3 miliar bagi vaksinasi massal tersebut.
Wardojo menyebutkan penyakit ngorok yang berjangkit di Aceh, Rama dewa di Lampung, dan juga anjing gila yang diakibatkan virus ataupun parasit. Sambil menunggu cairnya dana, maka persediaan obat yang ada pada beberapa pabrik akan dimanfaatkan dulu. Ketika ditanya wartawan tentang kerugian yang diderita selama ini, Wardojo memberik:an ancer-ancer Rp 100 miliar/tahun.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (07/07/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 333-334