PRESIDEN: BERBAHAYA, APABILA PANCASILA DIAMALKAN SECARA KELIRU
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengatakan, apabila Pancasila diamalkan secara keliru serta tidak sesuai dengan isi, jiwa, dan semangat ideologi bangsa Indonesia itu, maka dapat membahayakan Pancasila itu sendiri.
Masalah pengamalan Pancasila itu dikemukakan Presiden Soeharto kepada para peserta Lomba Cerdas Tangkas P-4 tingkat SD, SLP, SLA, mahasiswa, dan organisasi kemasyarakatan di lstana Negara, Senin.
Sebanyak 486 pelajar, mahasiswa, serta anggota organisasi kemasyarakatan yang berasal dari 27 propinsi akan mengikuti acara cerdas tangkas yang diselenggarakan BP7 tanggal 2-4 Oktober.
Presiden mengatakan seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali harus berusaha memahami dan menghayati nilai-nilai dasar kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun, diingatkan oleh Kepala Negara, bahwa pemahaman dan penghayatan itu belumlah memadai. Semua orang harus mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 45 itu dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Bahaya terhadap Pancasila bukan saja datang dari ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila. Tidak kalah bahayanya adalah jika Pancasila tidak kita amalkan, atau kita amalkan tetapi keliru dan tidak sesuai dengan isi, jiwa, dan semangatnya,” kata Kepala Negara.
Dalam acara yang dihadiri lbu Negara Ny. Tien Soeharto, Presiden juga mengatakan bahwa upaya memasyarakatkan P-4 selama sepuluh tahun terakhir ini menyebabkan semakin banyak warga masyarakat yang lebih memaharni nilai dan gagasan dasar yang terkandung dalam Pancasila serta UUD 45.
“Sejak semula pemasyarakatan P-4 kita lakukan secara terbuka dan terarah. Kita menjauhkan diri dari praktek indoktrinasi dan pemaksaan. Yang kita kembangkan adalah pemahaman kembali, pendalaman, dan penyegaran yang terus-menerus terhadap Pancasila,” kata Presiden.
Kepala Negara mengatakan Pancasila adalah ideologi yang terbuka. Nilai-nilai luhur Pancasila dipegang teguh, kemudian dikembangkan pengamalannya, sesuai dengan dinamika masyarakat dan tuntutan zaman.
“Pengembangan penerapan Pancasila yang demikian hanya mungkin kita lakukan apabila kita benar-benar memahami dan menghayati nilai-nilai dasar Pancasila.” Ketika menyinggung penataran P-4, UUD 1945, dan GBHN, Presiden mengatakan langkah itu diambil agar semua warga masyarakat bisa menjadi warga yang bertanggungjawab, mengetahui hak-hak politiknya, dan juga menyadari tanggungjawab politiknya.
Kepala Negara meminta para pelajar dan anggota organisasi kemasyarakatan yang mengikuti lomba cerdas tangkas P-4 tersebut agar bertukar pengalaman guna mengembangkan wawasan mereka dalam memaharni Pancasila, serta memperkuat kesatuan bangsa.
“Keadaan masyarakat kita yang sangat majemuk meminta kearifan kita untuk senantiasa memupuk dan mempertebal persatuan dan kesatuan bangsa,” ujar Kepala
Negara dalam acara yang dihadiri pula Menko Polkam Sudomo, Mensesneg Moerdiono serta Mendikbud Fuad Hassan.
Seusai membuka lomba cerdas tangkas tersebut, Presiden yang didampingi Ibu Tien Soeharto memberikan ucapan selamat kepada para peserta yang menggunakan seragam sekolah mereka. Nampak beberapa kali Presiden menepuk bahu beberapa peserta sambil mengajukan pertanyaan.
Sumber : ANTARA (02/10/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 334-336.