PRESIDEN SOEHARTO DIUNDANG KEMBALI UNTUK BERKUNJUNG KE KORSEL
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto diundang lagi untuk berkunjung Korea Selatan, dan undangan itu ditawarkan kembali mengingat hubungan RI-Korsel selama ini berlangsung cukup erat, kata Menlu Korsel Choi Ho-Joong kepada pers di Jakarta, Kamis petang.
Menurut dia, undangan dari Presiden Korea Selatan itu disampaikannya ketika ia menemui Presiden Soeharto di Jalan Cendana Jakarta pada hari yang sama. “Presiden Soeharto menyambut baik undangan tersebut, dan menyatakan kesediaannya untuk berkunjung ke Korea, sedangkan jadwal kunjungan itu sendiri akan ditentukan pada waktu yang tepat,” katanya.
Ia mengatakan, dengan Presiden Soeharto, ia membicarakan hubungan kedua negara, terutama hubungan perdagangan yang makin meningkat.
Menurut Choi, juga dibicarakan mulai meningkatnya investasi Korea Selatan di Indonesia, serta mulai banyaknya pengusaha Korsel, melalui kerjasama dengan pengusaha Indonesia, menanam modalnya di Indonesia.
Pembicaraannya dengan Presiden Soeharto, menurut dia, juga menyinggung ketergantungan Korea Selatan pada sumber energi.
“Indonesia merupakan salah satu pemasok energi yang cukup besar bagi Korsel,” katanya.
Korsel, katanya, telah mengadakan kontrak jangka panjang untuk mengimpor gas alam cair (LNG) dari Indonesia, dan Menteri Energi kedua negara setiap tahun selalu mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kerjasama pengembangan sumber daya alam dan energi.
“Kemungkinan adanya peningkatan kebutuhan impor energi bagi Korea selalu dibicarakan oleh Menteri Energi kedua negara,” katanya.
Korea Selatan dewasa ini mengimpor sekitar 2,1 juta metrik ton LNG per tahun dari Indonesia, dan negara itu lima tahun mendatang memerlukan LNG tambahan sekitar dua juta metrik ton.
Volume perdagangan RI-Korea tahun 1989, katanya, diperkirakan mencapai 1,7 miliar dolar AS, dan tahun 1988 mencapai 1,3 miliar dolar AS, dan pada tahun itu, Indonesia mendapatkan surplus dalam perdagangannya.
Choi tidak merinci nilai surplus yang didapatkan pihak Indonesia itu, selain menambahkan bahwa surplus itu didapatkan Indonesia dari ekspor minyak dan gas alam.
Mengenai pertemuan Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik yang akan berlangsung di Canberra, Australia, 6-7 Nopember 1989, Menteri Choi mengatakan, Korea Selatan pada prinsipnya mendukung ide kerjasama itu.
“Tetapi terlalu pagi untuk mengomentari apa yang akan dibahas di sana, lebih baik menunggu saja ide pembicaraan di Canberra nanti,” katanya.
Menteri Choi Ho Joong, yang tiba di Jakarta Rabu malam, akan bertolak ke Canberra hari Jum’at, menghadiri pertemuan yang akan membahas gagasan Perdana Menteri Australia Bob Hawke bagi pembentukan Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik.
Sumber : ANTARA (02/11/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 348-349.